"Mmm! hhuuff..... Aku sudah bilang kepadamu aku akan menjadi sahabatmu. Tapi aku tidak bisa menjadi sahabat yang baik." ucap laila
"Apa kau tidak punya uang?" tanya Memelia
"Ya, aku sedang tidak memiliki uang" ucap Laila
"Apa kau menolak ajakan saya karena hal tersebut? Kau tidak perlu khawatir, aku akan membayarkannya untukmu." ucap Memelia
"Mm! bukan seperti itu,
Mmm aku masih ada urusan dengan keluarga, bagaimana jika besok saja?" ucap Laila
"Baiklah, aku tidak masalah dengan itu." ucap Memelia dia tersenyum, laila pun juga ikut tersenyum mereka akhirnya makan.
________
Bel sekolah berbunyi, menunjukkan saatnya waktunya pulang. Ada seorang pria paruh baya sedang menyapu jalanan di area sekolah.
Tapi tiba tiba saja ada yang melemparkan botol kepadanya.
Pria paruh baya yag umurnya 47 tahun melihat itu terdiam, dengan sabar dia mengambi botol tersebut, tapi ketika sedang mengambil botok itu. Tiba - tiba ada murid yang melempar botol sampah kepada pria paruh baya tersebut.
Pria itu menoleh, melihat siapa yang melempar botol kepadanya.
"Buang sampah pada tempatnya, apa kau pikir pria ini tempat sampah? Kau sekolah tapi kau tidak menghormati seseorang!" ucap Laila, Dia melihat kejadian tersebut. Dan memberi nasihat kepada orang yang melempar botol.
"Cih! aku tidak peduli, dan itu adalah pekerjaannya. Membersihkan sampah! Sudahlah lebih baik kita pergi, Ayo."
"Ayo"
merekapun pergi.
"Hhuuff...."
Laila menghela nafasnya melihat mereka. Dia mengambil botol yang mereka lempar tadi.
"Tidak perlu, tidak perlu. Ini bukan perkerjaan kamu anak muda." ucap pria paruh baya tersebut.
"Haaissyy tidak apa apa, kenapa kau tidak melawan merek?" Ucap Laila, Dia sedikit kesal melihat perlakuan murid di sini.
"Hhuufff..... Saya hanya orang biasa, tidak sebanding dengan anak anak itu. Dan jika saya melawan, mereka pasti akan membalasnya." ucap bapak itu.
"Ya, ya, ya sekarang yang lebih terkenal dan kaya kedudukannya lebih tinggi" ucap Laila merasa dunia tidak adil.
Merekapun bangun setelah membereskan sampah, bapak itu tersenyum.
"Kau terlihat berbeda dari murid lain."
"Ya, tentu saja aku sudah mengalami semua kehidupan kelam. Dan aku tidak mau menyakiti orang berlebihan seperti mereka, mereka itu sangat sombong!" ucap Laila.
Tiba - tiba pria paruh baya itu menangis, Laila melihat pria itu keheranan.
"Kenapa kau menangis?" ucap Laila.
Pria itu pun menyeka air matanya.
"Heh! andai saja anak saya masih hidup, pasti sekarang dia seumuran dengamu" ucap pria itu
"Apa? anak? ohhhhhh..... Baiklah, omong - omong anak kau meninggal karna apa?" ucap Laila. Dia paham apa yang di bicarakan pria tersebut.
"Anak saya sudah meninggal dari kecil karena penyakit mematikan. Jika dia masih hidup, pasti dia sudah seumuran dengan kamu."
"Oh ya, sudahlah kau bisa anggap saya seperti anakmu. Saya juga akan menganggap anda ayah saya. Karena syaa juga kesepian." ucap Laila.
"Hmmm apa boleh? apa kau tidak malu mempunyai ayah seperti saya?" ucap pria itu.
"Tidak, saya juga orang biasa. Tidak ada yang di lahirkan dengan sempurna. Dan kita tidak menginginkan kemiskinan tapi ini sudah takdir. Jadi bukan salah kita." ucap Laila, mendengar perkataan Laila. Pria itu tersenyum.
"Hmm Baiklah, bagaimana jika saya membantu anda menyapu?"
...__________...
"hhaissyy.... lelah juga menyapu sekolah, aduh pungguku." ucap Laila setelah menyapu dia merasa punggungnya sangat sakit diapun duduk di bawah pohon besar.
Ia duduk di bawah pohon tersebut, Dia mengambil botol minumnya dan meminum air. Tiba - tiba di sana ada seseorang yang sedang berdiri sambil bermain dengan heanphonenya.
"Heh!" Laila tersenyum menyeringai, Ia menaruh botol minumnya.
"Heh! Kau ini!
heh sebenernya kau itu berasal dari keluarga siapa?" ucap Laila.
Wiliam melihat ke arah laila, ya dia Wiliam, Wiliam melihat sejenak dan memalingkan pandangannya ke heanphonenya lagi.
"Heh! inilah mengapa aku tidak menyukai pria dingin seperti kau. Bahkan kau tidak menjawab pertanyaan saya." ucap Laila kesal, Dia bangkit mengambil tasnya dan pergi dari tempat tersebut.
Setelah Laila pergi, Wiliam juga pergi menggunakan motornya.
Membutuhkan waktu yg cukup lama untuk sampai ke istana, karena harus melewati hutan terlebih dahulu.
Wiliam akhirnya sampai di depan gerbang dan di bukalah gerbang besar itu oleh para penjaga. Wiliampun masuk dengan motornya dan memarkirkan motor tersebut.
Dia turun dari motornya dan berjalan menuju kamarnya. Setelah berganti pakian dengan pakaian hitam dan jas lalu Wiliam mengikatkan sebuah kain ke kepalanya dan keluar dari kamar.
________
tekkk!!
"TEPAT SASARAN" ucap orang yg ada di sana. Dan Vero mengambil panah dan melepaskan panah tersebut.
teekkkk
"TEPAT SASARAN" teriaknya seseorang dari kejauhan.
Wiliam datang
dia lalu mengambil panahnya dan membidiknya dan.
teekk
Pria yang berteriak hanya diam.
"Heh! sepertinya kau belum mahir melakukan ini" ucap Vero dengan tatapan dingin, melihat Wiliam melepaskan panah tapi tidak tepat sasaran.
"Ya, tentu saja kalian semua memang lebih hebat darik. karna aku di tempatkan di tempat yang tidak memiliki pelatihan khusus. Hingga aku tidak sebanding dengan kalian." ucap Wiliam
"Kau pasti sedang memikirkan kenap ayah mengirim kau ke tempat itu." ucap Vero, dia mengambil anak panah
dan membidiknya.
"Aku juga sering bertanya waktu kecil, kenapa kita tidak pernah bertemu?
ayah berkata kepada Saya jika saya bertemu denganmu. Saya akan mendapat kesialan karena bertemu denganmu." ucap Vero.
tekk
"TEPAT SASARAN"
Vero Melihat Wiliam
"Kau akan tau semuanya nanti" ucap Wiliam dingin.
"Hemm" Vero menaruh panahnya dan menepuk pundak Wiliam, dia pergi. Wiliam diam di tempat.
"Seburuk itu ayah tentang aku, aku akan bertanya kenapa dia melakukan semua ini? dan apa salahku?" ucap Wiliam, Dia mengambil anak panah, Dan membidik sebuah apel di pohon. Dia melepaskan panah tersebut.
Dia membidiknya dengan sempurna tepat sasaran. Wiliam pergi ke kediaman raja, dan
di buka kan pintu oleh pelayan istana.
Alex sedang duduk di singgasananya dengan santai dia tersenyum melihat siapa yang datang. Wiliam berjalan, berlutut dan memberi hormat.
"Salam ayah." ucap Wiliam, wajahnya datar.
"Ya, kenapa pangeran ketiga datang kesini?
oh ya soal kau pangeran, semua orang di istana ini sudah tau siapa dirimu, jadi kau tidak perlu khawatir" ucap Alex.
"Ya, aku di sini ingin bertanya kepada ayah" ucap Wiliam
"Kau ingin bertanya apa? Apakah ini
tentang ibumu?" ucap Alex yg sudah menebak topik pembicaraan selanjutnya.
"Ya, aku mau bertanya secara langsung tentang ini, ayah pasti tahu." ucap Wiliam
"Hhuuff..... aku akan menceritakan semua dari awal hingga akhir." ucap Alex, Dia bangkit dari singgasana, melewati wiliam begitu saja dan pergi.
Wiliam bangun dan mengikuti Alex,
Alex berjalan diikuti oleh beberapa pelayan istana.
Wiliam mengkutinya,
Alex masuk ke sebuah ruangan. Wiliam masuk dan mengikuti Alex.
Alex duduk di lantai yang depannya ada meja kecil, pena, sebuah kertas kuno, dan juga tinta. Wiliam duduk di depan Alex, Alex melihat Wiliam dan tersenyum.
"Tinggalkan kami" ucap dingin Alex kepada salah satu lelaki pengwalnya, pengawal itu mundur dan meninggalkan Alex dan juga Wiliam.
Alex mengambil pena dan memasukkan pena tersebut ke dalam tinta.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
berasambung
**Hai temen temen minta dukunganya ya jangan lupa like, shere, comen, vote, and tambah ke favorit okeh👌👌👌 terima kasih semua😊🤗🤗
...***TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments