"Lo banyak berubah ya sekarang Sat, padahal kita baru sebulan lho_"
"Berubah yang kaya gimana maksud lo?" potong Satria yang kini turun dari motornya, berdiri dengan kedua tangan yang ia masukan ke saku celananya sembari menatap Tiara dengan sedikit malas.
"Banyak, lo banyak berubah sekarang tahu nggak sih Sat!"
balas Tiara dengan suara meninggi dan matanya terlihat berkaca-kaca.
"Sakit lo ya, bisa nggak ngomong nya dipelanin dikit, lo lupa kita berdua lagi dimana?" ujar Satria yang membuat Tiara repleks melihat kearah sekitar.
"Gue nggak peduli, gue cuma mau lo Sat." menggenggam tangan Satria yang terasa kaku.
"Lo dengar Ra, diantara kita udah nggak ada apa-apa lagi, kita udah selesai!"
"Itu menurut lo sat, tapi nggak buat gue, gue masih sayang sama elo, dan ini nggak adil buat gue." balas Tiara yang kini mulai terisak.
Satria berusaha melepas kan genggaman tangan Tiara, seraya mendengus, dan menghela nafas cukup kasar.
"Ra lo nggak lupa sama kejadian satu bulan yang lalu kan, dan harusnya lo tahu kalau itu adalah alasan utama kita pisah."
"Iya gue inget, dan gue nyesel! please Sat, kasih gue kesempatan sekali ini lagi aja." Tiara mengatupkan kedua tangannya dengan raut memohon.
"Sorry Ra, gue udah kasih lo kesempatan kedua waktu itu, dan lo_"
"Sat, gue mohon! gue janji ini untuk yang terakhir."
Satria menggeleng, "Sorry gue nggak bisa." jawabnya bergegas menaiki motor gedenya dan melajukan nya begitu saja, meninggalkan Tiara dengan tangisnya.
Rasa cinta yang perlahan berubah menjadi benci karena kecewa, membuat Satria enggan kembali bersamanya.
*
*
Saat telah menempuh setengah perjalanan menuju rumahnya, tiba-tiba ia teringat dengan perkataan sang bunda yang memintanya untuk belajar mengelola DenadaCafe, dan tanpa pikir panjang lagi ia membelokan motornya kearah menuju dimana DenadaCafe berada.
Dengan mengunjungi Cafe dan membuat minuman yang segar mungkin Akan mengurangi sedikit rasa galaunya, batin Satria.
Satria menepikan motornya di sebelah Cafe, turun dari motornya, terdiam sesaat memperhatikan bangunan Cafe yang memang belum berubah dari sejak terakhir ia mengunjungi nya tepat 3 tahun yang lalu ketika ia masih duduk di bangku SMP.
Sedikit berdeham ketika berpapasan dengan beberapa orang yang ia yakini adalah karyawan Cafe yang Akan dikelolanya.
"Mas, mas Satria kan?" ujar Winny seorang karyawan senior yang masih bertahan dari sejak pertama kali DenadaCafe berdiri, dan lebih tepatnya manager cafe tersebut.
"Mas Satria mau ngapain tumben kesini, laper! mau mbak buatin makanan." tawar Winny, yang mengira anak dari majikannya itu mampir karena ingin memakan makanan di DenadaCafe.
"Eh, mbak Winn, ini_" Satria menggaruk kepala bagian belakangnya bingung mau menjawab apa.
"Dari sekolah langsung kesini mas, ini lho bajunya belum ganti?" lanjut Winny seraya menunjuk seragam yang dikenakan Satria.
"Eh ini, anu mbak_"
"Mau minum?"
"Eh bukan, saya kesini_ eumz saya kesini disuruh bunda buat lihat keadaan Cafe, karena katanya bang El udah nggak kesini lagi kan mbak?"
"Oh begitu, dari tadi kek bilangnya ih si mas ganteng, gemesin deh!" Winny mencubit gemas perut Satria hingga pemiliknya meringis menahan ngilu.
"Y-yaudah mbak saya pamit kedalem dulu ya, mau lihat-lihat."
"Ok mas ganteng, kalau butuh apa-apa tinggal minta pelayan aja ya, mbak mau pergi kepasar dulu nemenin si Arif, soalnya dia itu kalau nggak di temenin belanja suka salah mulu, maklum dia anaknya keturunan pelupa." ujar Winny sembari terkekeh.
"Iya mbak!" jawabnya dan bergegas memasuki Cafe, merasa sedikit lega karena terbebas dari Winny sang manager yang tergolong sedikit genit meski usianya sudah memasuki kepala tiga.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Uthe27
Satria qm itu nurunin sifat siapa sih... Hmm
2022-04-08
1
nuraeinieni
seru ya kisahx satria.
2022-04-05
1
Jihan Batubara
lanjut Thor, semangat.
2022-04-05
1