"Bangsad!" Satria melempar tasnya keatas meja, sebelum kemudian ikut bergabung bersama ketiga temannya, meminum teh manis hangat milik Andre.
"BI, teh hangatnya satu lagi ya?" teriaknya pada bi Ami sang pemilik kantin.
"Ok siap ganteng!" sahut bi Ami, dengan tangan yang sibuk membolak-balik bakwan yang sedang digoreng nya di wajan.
"Wih asik dikatain ganteng sama emak-emak tuh." ledek Haikal dengan tawa khasnya.
"Setidaknya masih ada emak-emak yang ngatain gue ganteng!" sahut Satria sekenanya.
"Jiah! si anjir merendah, so iye lo! padahal hampir semua cewek disekolah ini aja bilang lo cowok paling ganteng bro." sambung haikal malas.
"Oh iya, baru tahu gue!"
"Ck!"
"Eh shhhttt.." Satria menendang kaki Haikal, "Siapa?" bisiknya, sembari melirik kearah seorang gadis yang baru saja keluar dari dalam toilet yang terletak di samping kantin bi Ami.
"Oh itu." Haikal menghentikan kegiatannya yang sedang menikmati semangkuk bubur, lalu mengikuti kemana arah pandang Satria, "Kenapa? cakep ya,?" Mengedipkan mata dengan sebelah alis yang di naik turunkan. "Stela namanya, murid baru pindahan dari sekolah sebelah." jelas Haikal.
"Anjirrr, kok gue bisa nggak tahu ya?"
Pletakkkk!
Sebuah sendok mendarat cantik tepat di kepala Satria.
"Makanya, kalau sekolah itu masuk kelas, bukan ngedekem di kantin sama di gudang doang," ujar Andre dengan diiringi gelak tawa khasnya.
"Sialan! bang sad, kepala gue!" sahut Satria, sembari memegangi kepalanya yang terasa ngilu.
"Bener sat, udah berapa hari coba lo kagak masuk kelas, lo kagak ngeri dapet SP lagi apa, kagak ada kapok-kapoknya lo!" timpal Adam.
Sementara yang di ajak ngobrol hanya mengangkat bahu, ngeloyor masuk kedalam kantin.
*
*
Brakkkkk...!!
Ando menggebrak meja yang terletak di tengah sofa ruang tamu dengan emosi yang meluap-luap.
Seharian ia bekerja di pusingkan dengan berbagai masalah yang harus ia selesaikan sendiri, lalu ketika ia pulang kerumah rupanya ketenangan belum juga ia dapat, karena lagi-lagi ia harus mendapatkan undangan dari kepala sekolah dengan masalah yang sama.
"Ayah mau tanya sekali lagi sama kamu Satria, kamu mau lanjut sekolah atau tidak?"
"Bang tenang!" Nada yang duduk di sampingnya berusaha untuk menenangkan.
"Satria, jawab ayah!"
"Ck, iya."
"Iya apa,? jangan main-main kamu." tegas Ando.
"Sekolah." jawab Satria malas, sembari memalingkan wajah.
Terlihat Ando menghela nafas, kemudian membuangnya dengan kasar, "Ok, untuk saat ini kamu ayah lolosin, karena ayah cukup lelah berdebat dengan kamu, tapi ingat! tidak untuk lain kali." lanjut Ando, lalu meninggalkannya begitu saja.
Sedangkan Nada menggelengkan kepala, menghampiri Satria lalu duduk disamping putranya itu, mengusap rambutnya dengan sangat perlahan dan hati-hati.
"Sat, kamu nggak lupa kan, sama pertanyaan bunda dari awal kamu masuk sekolah Srikandi?"
Satria mengangguk, "Nggak bun."
"Lalu masalahnya dimana, apanya yang salah, kenapa kamu jadi seperti ini?"
"Maaf!"
"Sat dengar bunda, kata maaf itu mudah sekali di ucapkan, tapi apakah kamu tahu apa makna dari kata maaf itu sendiri?"
Satria menggeleng.
"Sudah berapa kali kamu meminta maaf sama ayah dan bunda, tidak terhitung bukan? lalu berapa kali juga kamu selalu mengulang hal yang sama, yang lagi-lagi membuat kami berdua, ayah dan bunda sangat marah terhadap kamu nak!"
"Apa bagi kamu meminta maaf, lalu melakukan kembali hal yang sama adalah sebuah hobi, jika iya tolonglah berubah sat."
"Kamu tidak bisa seenaknya terus begitu dong, bunda minta tolong, jika kamu tidak kasihan sama ayah dan bunda setidaknya kasihanilah diri kamu sendiri."
"Ya sudah sekarang istirahatlah, jangan lupa besok sekolah yang bener." lanjut Nada seraya mengusap pundak Satria pelan, lalu meninggalkannya sendiri agar dapat merenungi kesalahannya.
"Bikin masalah apa lagi sih lo di sekolah,?" bisik Satya yang sejak tadi bersembunyi di belakang lemari.
"Kagak usah nanya,"
"Elah jutek banget!"
"Oh iya Sat, si Astuti tahu kan lo, anak nya pak Lurah?"
"Ngapa?"
"Nanyain lo mulu kemarin,?"
"Nanyain kenapa?"
"Kepastian katanya."
Terlihat Satria mengacak rambut bagian belakangnya, "Ajig, kepastian apa coba?"
"Lah itu elo, lo apain dia sampe minta kepastian begitu,"
"Arrggh! gue cuman godain dikit elah, tuh cewek baperan amat sih!"
"Salah lo sendiri pake acara godain anak orang segala, mana anaknya pak lurah lagi, di gibeng orang tuanya baru tahu rasa lo."
"Gue tuh emang udah biasa kaya gini ke setiap cewek, lo sendiri kan tahu dari dulu gue gimana."
"Lah itukan menurut elo, kagak tahu kan menurut si Astuti gimana."
"Tahu pusing gue!" jawabnya, kemudian beranjak berjalan menuju kamarnya.
"Ey Sat tunggu, belum kelar gue ngomong."
"Sat, woyyy!" Satya berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya dengan Satria.
"Terus si Arumi gimana?" ujar Satya membuat langkah Satria terhenti, dan mengurungkan niatnya yang hendak membuka pintu kamarnya.
"Apaan sih lo, siapa lagi si Arumi coba."
"Halah pura-pura amnesia ni bocah, kocak lo!"
"Ck!"
"Anaknya bu Ipeh, kang jamu deket gang mastur."
"Anjirrr, sumpah ni lo makin ngelantur aja ya!" Satria menyentil kening Satya.
"Arumi, Arumi siapa coba, kenal juga kagak!" gerutunya, sembari membuka dan mendorong pintu kamarnya.
"Mungkin elo kagak tahu namanya, tapi godain udah pernah."
"Tahu lah."
"Makanya stop jadi playboy, lo kan udah gede sekarang, lo inget kagak ayah sama bang El seusia kita ini udah married lho dulu, kalau lo lupa."
"Terus, lo sendiri kenapa kagak married sekarang,?"
"Ck, lo kan tahu_"
"Iya gue tahu, lo mau married sama siapa pacar aja kagak punya, pasti mau bilang gitu kan lo, ah payah! udah ketebak." potong Satria sambil tergelak keras.
"Anjir!"
*
*
"Sayang, menurut kamu apa selama ini kita kurang tegas dalam mendidik Satria, kamu tahu aku seperti seorang ayah yang gagal selama ini." ujar Ando dengan tangan yang menggenggam sebelah tangan Nada yang kini tengah bersandar di headboard kasur.
Nada menggeleng, "Nggak bang, abang nggak gagal, kita hanya perlu waktu lebih lama lagi untuk membuat Satria berubah."
"Tapi sayang_"
"Sudahlah bang, jangan terlalu di pikirkan, bukan kita yang salah mendidik Satria, tapi memang sifat Satria dari kecil itu berbeda dari yang lain."
"Iya, yang kamu bilang memang benar sayang, tapi tetap saja sebagai ayah aku merasa gagal."
"Kita Do'akan saja semoga setelah lulus tahun ini Satria bisa lebih baik lagi,"
"Iya sayang, oh iya kamu udah dikasih tahu si El belum, kalau Kinar hamil lagi."
"Iya udah, aku seneng banget tahu pas si El bilang Kinar hamil anak keduanya, Kira-kira bakalan kembar nggak ya?"
"Kamu ini, mentang-mentang punya anak kembar, pengen banget kayaknya punya cucu yang kembar juga."
"Iya dong, melestarikan keturunan." jawabnya yang disertai kekehan kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
©heezyyy ®ich
/Watermalon//Applaud/
2023-10-13
1
Qaisaa Nazarudin
Kalakuan nya Satria menurun dri siapa ya??Dari Ando bukan,dari Nada juga bukan,,si El dan Satya iya nurun sifatnya si Ando,,,😅
2023-01-13
0
Qaisaa Nazarudin
Stela istri nya Satria ntar kan??!👏🏻👏🏻👏🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Mampir lg kesini thor🙋🏻♀️🙋🏻♀️😁😁
2023-01-13
0