Ketika aku buka mata semua terasa terang, aku fikir ini yang namanya surga? Begitu menyilau kan hanya biasan cahaya yang terlihat samar-samar.
Makin lama cahaya itu memudar, dan barulah terlihat sosok yang sekarang ku benci.
"Syukur kamu udah sadar Sri! Anak kita laki- laki, tapi dia lahir fermatur jadi harus dirawat intensif."
Sri berpaling, tak sanggup rasanya menatap wajah Bang Sayid, karna dia Sri sudah durhaka kepada orang tua dan sekarang bisa merasakan gimana sakitnya mereka ketika pergi meninggalkan rumah untuk lebih memilih dia.
Sementara dia malah membuat hancur hati Sri dengan berselingkuh dan sering berkata kasar.
Tapi mendengar anakku terlahir selamat meskipun frematur rasa sakit itu sedikit memudar dan bahkan terlupakan dengan kehadiran putraku.
"Dimana anakku bang?" Tanya Sri dengan mata berkaca-kaca.
"Di ruangan anak lagi diinkubator, kamu gak boleh kemana-mana dulu harus banyak istirahat. lagian ko bisa sich kamu jatuh kaya gitu!." hardiknya
"Aku pengen liat Rizki," tanpa mendengarkan kata kata Bang Sayid, Sri berniat turun dari kasur, tapi entah kenapa sekujur tubuhku sakit luar biasa.
"Kamu ngeyel Sri, nanti juga kalu udah sembuh kamu bebas melihat anakmu. tadi dokter bilang kamu tidak boleh banyak gerak dulu karna mengalami pendarahan, untung selamat juga."
"Lagian kamu disuruh KB gak mau nurut, jadinya hamil kan! aku gak pernah berharap anak dari kamu ya Sri.
Aku yaki kamu gak berharap anak dari aku mas, karna kamu udah punya anak, bahkan bukan hanya satu anak yang kamu miliki tapi mungkin lebih dari dua batin Sri dalam hati.
Tak sabar menanyakan siapa "Paijo" yang kemaren menelpon suaminya, tapi niatnya dia urungkan, menunggu pulang dari RS saja.
Belum sempat bertanya siapa wanita yang mengaku istrinya, sikap Bang Sayid seolah sudah tau semua dan untuk menutupi kebohongannya dia membelotkan keadaan, sering marah meskipun hanya kesalahan kecil.
Hingga suatu hari, tepatnya setelah seminggu pulang ke rumah aku sudah tidak tahan lagi memendamnya.
"Bang.. apa kamu menikah lagi?"
Bang sayid hanya diam.
"Tolong jawab Bang? Siapa wanita yang mengaku sudah punya anak bernama Hesti dan Arya?"
Bang sayid masih terdiam.
"Jawab bang! Siapa "Paijo?" kenapa namanya laki-laki tapi dia telpon Abang suaranya perempuan! pekikku tak tahan lagi meminta kejujuran Bang Sayid.
"Dia istri pertama ku! Kamu mau apa? Jangan harap kamu bisa cerai dariku!" hardik Bang Sayid membuat nyaliku menciut.
Ucapnya tak terlihat merasa bersalah telah membohongi ku selama ini.
"Dimana dia sekarang Bang?" luka bekas melahirkan masih terasa tapi lebih sakit lagi luka hati ini.
"Di luar negri.!" aku juga sudah menyiapkan kepergian mu ke sana."
Sungguh aku tak percaya dengan ucapak terakhir Bang Sayid.
Samapi usia 25 tahun aku belum pernah merasakan kerja apa lagi sampai ke luar nergi.
"Aku tidak mau ...!"
"Kalau kau tidak mau! Semua perawatan buat anak kita akan di stop." Apa kamu gak mikir! Kamu dirawat aja sudah menghabiskan biaya banyak, belum lagi anak kita entah berapa lagi uang yang harus aku keluarkan?"
"Pokonya semua sudah aku persiapkan, dua hari lagi keberangkatan mu, kalau gak mau berarti harus bayar denda 50 juta"
Teriak Bang Sayid sambi berlalu tanpa memperdulikan lagi betapa hancurnya perasaanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments