Pak Amin berhasil memarkirkan mobilnya di garasi dengan baik, kemudian dia berjalan ke arah pos satpam untuk sekedar mengobrol dengan Pak Budi yang saat itu sedang asik membaca koran.
"Wah, pak Budi serius sekali baca korannya, memangnya ada berita heboh apa hari ini?," tanya Pak Amin
"Ah pak Amin, saya hanya iseng saja baca koran. Tadi saya pinjem dari Den Alan, Pak Amin sendiri saja? saya tidak melihat neng Fira keluar dari mobil,"
"Iya, saya sendiri saja, Neng Fira pulang ke rumah orangtuanya,"
"Ohh gitu, Den Alan sudah tahu kalau neng Fira pulang ke rumah orangtuanya?"
"Saya tidak tahu, sudah kali ya? masa iya suami istri tidak saling mengabari."
"Iya benar juga,"
Saat keduanya sedang asik berbincang tiba-tiba Alan keluar dari dalam rumah.
"Pak Amin sudah kembali?" tanya Alan dengan baju rumahannya.
"Sudah, Den. Belum lama ini,"
Alan mengangguk dan mencari seseorang namun tak ada.
"Den Alan seperti mencari seseorang?" timpal pak Budi
Pak Amin juga sepakat dengan ucapan Pak Budi "Apa Aden mencari neng Fira?" tanya pak Amin sok tahu.
"Iya, Pak. Kemana dia, bukankah tadi kalian pulang bersama? ,"
"Memang neng Fira tidak bilang sama Aden kalau mau pulang ke rumah orangtuanya?" ucap pak Amin
Alan menggeleng "Oh jadi Fira pulang ke rumahnya, yasudah biar nanti saya hubungi Dia,"
"Baik, Den. "
"Saya masuk dulu ke dalam," Alan pamit pada kedua pekerjaannya.
"Silakan, Den,"
Alan masuk ke kamarnya setelah memastikan kalau Fira tidak pulang ke rumah, Alan tidak ambil pusing pikirnya gadis itu akan menghubungi Pak Amin untuk meminta di jemput pulang.
**
Sedangkan Fira saat selesai menyantap makanan siangnya dia kembali ke kamar untuk merebahkan tubuhnya yang saat ini begitu lelah. Sejenak dia ingin melupakan statusnya sebagai istri dari Razka Allandra Wijaya.
Pukul 7 malam gadis itu sedang santai di rumah besar orang tuanya, sedangkan Mama dan Papa nya sedang menghadiri undangan dari koleganya, mereka pikir pun Fira akan dijemput suaminya atau pulang sendiri.
Di kediaman Alan, laki-laki itu mulai bertanya-tanya karena istrinya tak juga kembali, Dia tidak ingin mendapatkan penilaian buruk dari mertuanya karena tidak menjemput Fira. Saat Alan sedang sibuk dengan lamunannya, tiba-tiba Alan mendapatkan kabar kalau salah satu sahabatnya mengalami kecelakaan, Alan langsung bergegas menuju rumah sakit, bahkan ia melupakan niat awalnya untuk menjemput Fira.
Detik, menit berubah menjadi jam, Fira berharap suaminya akan menjemput atau sekedar menanyakan kabarnya lewat hp, harapannya sia-sia. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, bahkan kedua orang tuanya sudah kembali. Fira membuat alasan kalau dirinya sudah mendapatkan izin untuk menginap di rumah Papa dan Mama nya malam ini.
"Harusnya aku sadar diri kalau sejak awal Pak Alan tidak menginginkan pernikahan ini, kalau saja aku menjadi anak yang cerdas dan membanggakan Papa dan Mama mungkin aku bisa melakukan penolakan, sayangnya aku ini anak bodoh, akan sangat mengecewakan mereka kalau aku menolak keinginan Papa dan Mama, padahal mereka tidak pernah menuntut apapun terhadap ku," ucap Fira pada dirinya sendiri.
"Mulai saat ini aku akan berusaha mandiri, aku tidak ingin menjadi beban semua orang. Setidaknya aku berhasil meminta sebuah kafe dari Mama dan Papa, Anggap saja itu sebuah awal untuk aku memulai sebuah karir dan fashion ku. Aku benar-benar sudah tidak sabar untuk mengelola kafe ku dan membuat kue-kue yang enak," Fira sudah mulai menyusun rencana untuk kafe nya nanti, nampaknya dia lebih senang bekerja dengan otot dari pada otak.
Fira akhirnya terlelap setelah merenungkan banyak hal dan membuat rencana untuk kedepannya, termasuk kemungkinan kalau Alan akan menceraikannya nanti.
***
Alan sendiri sedang berada di sebuah ruangan rawat inap, ada beberapa sahabatnya di sana termasuk wanita yang selama ini ia kagumi dalam diam. Hari ini Alan mendapatkan kabar kalau Hardi salah satu sahabat semasa SMA nya mengalami kecelakaan, tapi dia tidak menyangka kalau Dinda juga berada di sana, Alan nampak gugup sampai dia melupakan istri kecilnya.
"Apa kabar Alan?" tanya Dinda yang sejak tadi melihat Alan, ia pun nampak gugup karena bukan tidak tahu kalau Alan menyukai nya, hanya saja saat itu Dinda ingin fokus dengan belajar dan berambisi untuk menjadi seorang dokter, dan cita-cita itu tercapai, kini dia menjadi salah satu dokter tempat di mana Hardi di rawat.
"Baik, kamu sendiri bagaimana? sepertinya cita-cita mu sudah tercapai, menjadi dokter hebat di rumah sakit besar," ucap Alan.
Dinda tersenyum "Aku pun baik, ya. Seperti yang kamu lihat kalau aku sudah berhasil meraih impian ku. Bagaimana dengan mu, apa kamu juga berhasil meraih impian mu me jadi seorang pengajar?" Dinda balik bertanya, karena setahunya dulu, Alan bercita-cita ingin menjadi pengajar entah itu guru atau dosen.
"Hmmh, tentu. Aku menjadi salah satu pengajar di yayasan milik keluarga ku,"
"Syukurlah, kita berhasil mewujudkan impian kita," ucap Dinda tersenyum dan disetujui oleh Alan.
Keduanya mengabaikan keberadaan Hardi dan dua teman lainnya, mereka pun mengejek dan menggoda keduanya.
"Kalau orang lagi jatuh cinta, yang lain ngontrak emangnya juga," Ucap Adit dan Rama yang tidak tahu tentang pernikahan Alan, sehingga membuat keduanya menggoda Dinda dan Alan. Sepertinya bukan hanya mereka yang tidak tahu, Alan pun sudah sedikit amnesia dan melupakan statusnya.
Hardi yang saat ini terbaring di brankarnya, hanya menggeleng pelan, meskipun lukanya tidak parah, namun laki-laki itu tetap harus menerima perawatan. Hardi hanya ingin mengingatkan kalau Alan saat ini adalah seorang suami.
Sedangkan Dinda hanya tersenyum malu.
"Kalian ada ada saja, kalau gitu aku pamit pulang ya, jam kerjaku sudah selesai sejak tadi sore, besok aku ada praktik pagi." ucap Dinda
"Wah bu dokter benar-benar sibuk, maaf sudah mengganggu waktu istirahat mu," ucap Hardi.
"Kamu ini apa-apaan si, sudah tugasku merawat mu, lagi pula kita ini sahabat, setelah sekian lama akhirnya aku bisa melihat kalian lagi,"
"Melihat kami atau dia," ucap Rama sambil cengengesan.
Lagi-lagi Dinda hanya tersenyum dan menggeleng mendengar guyonan sahabatnya yang lain.
"Sudah malam Din, tidak baik seorang wanita pulang sendiri. Alan sebaiknya kamu antar Dinda pulang, sepertinya kalian satu arah," timpal Adit membuat situasi canggung sebenarnya.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri, jam segini masih banyak taksi ko," ucap Dinda menolak.
"Ini sudah malam, sebaiknya kita pulang bareng saja. Memangnya kamu tinggal di mana?" ucap Alan yang bersedia mengantar Dinda, karena ia pun akan pulang ke rumah.
"Nah gitu dong kan gentle . " ucap kedua sahabatnya bersamaan.
Dinda tidak lagi bisa melakukan penolakan, dan akhirnya dia setuju untuk pulang bersama. Alan berpamitan pada ketiga sahabatnya, namun saat menyalami Hardi, laki-laki itu mengungkapkan beberapa kata yang membuat Alan tersadar akan statusnya.
"Ingat status, Lan," bisik Hardi dan saat itu Alan sadar kalau dirinya sudah menjadi seorang suami, tanpa menjawab ucapan Hardi, ia hanya mengangguk dan meninggalkan ruangan itu, untuk kemudian mengantarkan Dinda pulang.
***
Aku semalam ketiduran, in syaa Allah hari ini 2 bab ya. Aku cicil satu dulu. Terima kasih untuk yang sudah membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Wati_esha
Jadi pernikahan Allandra dan Fira tak banyak yang tahu ya, dari sisi masing2 teman kedua belah pihak.
2022-03-29
0
Wati_esha
Hmmm Allandra ... ternyata menyimpan rasa untuk Dinda ya. Awassss ya ...
2022-03-29
0
Wati_esha
Tq update nya.
2022-03-29
0