Malam ini akan menjadi malam pertama untuk Fira dan Alan, seperti kesepakatan awal kalau keduanya akan tetap tidur ditempat tidur yang sama. Alan sudah membaringkan tubuhnya di tempat tidur, sedangkan Fira sedang berusaha menahan kegugupannya, karena untuk pertama kalinya dia akan tidur dengan seorang pria yang tak lain adalah suaminya.
Setelah selesai dari kamar mandi dengan piama panjangnya dan tak lupa hijab instan yang setia membungkus mahkota rambutnya. Sampai saat ini Fira masib belum berani membuka hijab dihadapan Alan.
Fira masih berdiri setelah keluar dari kamar mandi, sedangkan Alan masih sibuk mengecek beberapa pekerjaannya dan juga beberapa tugas yang dikirimkan muridnya melalui email. Alan mendapatkan cuti selama 3 hari begitu juga dengan Fira yang izin menghadiri acara keluarga.
"Kenapa kamu masih berdiri, apa kamu akan tidur dengan posisi seperti itu?" tanya Alan
"Pak, sebaiknya saya tidur di lantai saja, kebetulan masih ada selimut tebal di lemari,"
"Jangan aneh-aneh, bagaimana pun kita sudah menjadi suami istri. Saya tidak ingin di cap sebagai suami kejam, jadi kamu tidak perlu khawatir untuk hal-hal yang kamu takutkan. Kita masih bisa menjaga batasan-batasan seperti sebelum kita menikah. Toh, kalaupun saya melakukannya hal itu tidak melanggar hukum," ucap Alan yang membuat Fira terkejut.
"Ma..maksud bapak apa?" sahut Fira gugup.
"Kita ini suami istri Fira, bukan pasangan kumpul kebo. Cepat atau lambat hal itu pasti akan terjadi, apalagi setelah kamu lulus sekolah nanti," Alan bicara dengan ucapan yang lagi-lagi membuat Fira kebingungan.
"Aku masih belum mengerti apa maksud bapak, "
"Sudahlah, kamu jangan terlalu berpikir keras kasihan isi kepala mu yang begitu lemot itu. Sebaiknya kita tidur, karena besok saya harus menghadiri rapat bulanan di kantor,"
"Bukannya bapak masih cuti?"
"Saya tidak suka hanya berdiam di rumah tanpa melakukan apapun, saya ambil cuti di sekolah sedangkan di kantor saya akan tetap masuk, meskipun Papa pasti menentangnya,"
"Tidurlah, kamu bebas membatasinya dengan bantal guling kalau perlu gorden, buat tidurmu senyaman mungkin,"
"Ba...baik Pak,"
Fira pun berjalan ke sisi tempat tidur miliknya, dia berbaring dengan perlahan, tak lupa Fira menjadikan guling sebagai benteng yang akan menjadi pembatas keduanya. Fira berbaring dan menatap langit-langit kamar, gugup jelas saja dia tidak tahu akan tidur nyenyak atau tidak.
"Apa kamu akan tidur dengan menggunakan hijab?" tanya Alan yang merasa heran, harusnya gadis itu melepas hijabnya toh dirinya adalah mahram untuk Fira.
"Fira belum terbiasa, Pak. Kalau bapak tidak keberatan biarkan aku seperti ini dulu, aku tidak ingin terburu-buru,"
"Baiklah, lakukan apapun yang membuatmu nyaman. Oh iya apakah kamu akan terus memanggil saya dengan panggilan bapak? seperti yang dikatakan ni Rani kalau kamu harus membuat panggilan khusus untuk saya,"
"Maksud bapak apa?"
"Kamu terlalu banyak bertanya tentang sebuah maksud, apa hal seperti ini pun harus dijelaskan secara terperinci? intinya saya suami kamu jangan terus memanggil saya dengan sebutan formal sama seperti kamu memanggil saya di sekolah,"
"Lalu saya harus memanggil bapak apa?"
"Terserah, yang penting jangan memanggil saya sama seperti di sekolah,"
"Bagaimana kalau Fira manggil bapak, Kakak atau Abang? toh umur kita hanya terpaut 10 tahun saja, jadi tidak masalah kan?"
"Jadi kamu mau manggil saya apa?"
"Hmmh, tapi kalau aku manggil kakak panggilan itu tak jauh beda saat aku memanggil Kak Fero. Abang saja lebih cocok,"
"Hmmh kenapa kedengarannya seperti tukang cilok saja,"
"Lantas aku harus memanggil apa?"
"Hmmh karena keluarga kita perpaduan Sunda dan Jawa bagaimana kalau kamu memanggil saya Mas bukankah itu panggilan yang paling umum dan sangat cocok untuk sepasang suami istri?"
"Hmmh betul juga, baiklah kalau gitu aku setuju. Selama di luar sekolah aku akan memanggil Mas, tapi saat di sekolah aku akan tetap memanggil bapak,"
"Yasudah kalau kamu setuju, sebaiknya cepat tidur,"
"Baik, Mas. Selamat malam,"
"Hmmh, tidurlah,"
Entah sudah merasa nyaman atau Fira terlalu lelah dengan acara hari ini, akhirnya dia terlelap dengan mudahnya hanya dalam hitungan menit. Sedangkan Alan hanya menatap wajah istri, wanita yang membuatnya menggelengkan kepala saat memeriksa hasil ulangan atau ujian milik Fira, namun saat ini wanita itu ada dihadapannya, tidur satu ranjang dengan nya berbagai udara diruang yang sama.
Alan tidak menolak perjodohan ini karena ia tahu tentang keluarga Fira, karena dia dan Fero yang tak lain adalah kakak dari Fira bersahabat. Awalnya ragu untuk menjadikan Fira istrinya terlebih gadis itu bertolak belakang dengan kepribadiannya, Alan yang senang belajar dan mudah menguasai materi, lain halnya dengan Fira yang kesulitan mencerna apa yang diajarkan oleh guru, bahkan tak jarang kedua orang tuanya memanggil guru privat, hasilnya tetap sama.
Mama dan papanya selalu menganggap Fira anak yang spesial, karena begitu sulit menanti kehadirannya setelah melahirkan anak sulungnya. Sepuluh tahun penantian hingga akhir gadis cantik itu hadir dan membawa kebahagiaan untuk keluarga besar.
Mereka selalu memanjakan Fira, namun mereka pun mengajarkan adab dan akhlak yang baik, terlahir dari keluarga berada, tidak serta Merta membuat dirinya selalu di atas angin. Berbeda dengan Fero yang kecerdasannya tidak bisa diragukan lagi, begitu juga dengan Alan.
"Aku tidak menyangka kalau saat ini aku sudah menjadi seorang suami dari anak kecil yang selalu merengek dan minta ikut bermain bola dengan kami, bahkan gadis kecil ini selalu membuat kami para lelaki menyentuh mainan Barbie dan perabotan rumahan miliknya." ucap Alan dalam hatinya, saat mengingat masa kecil dulu bersama Fero dan Fira.
Setelah cukup lama memandang wajah Fira akhirnya ia pun ikut terlelap dengan wajah menghadap kearah istrinya. Tangan alan melewati guling yang menjadi pembatas mereka tidur, sedangkan Fira secara tak sadar tangannya dikaitkan pada tangan milik Alan.
Tengah malam Alan terbangun karena kehausan, namun saat akan bangun tubuhnya begitu kaku. Dan alangkah terkejutnya saat Alan mendapati Fira yang sedang tertidur dan memeluk tubuh Alan dengan posesif, lalu kemana bantal dan guling yang awalnya untuk menjadi benteng pemisahan mereka?
Momen itu Alan gunakan untuk menatap wajah Fira, gadis ini membuatnya lupa, kalau dirinya sedang kehausan. "Cantik," satu kata yang keluar dari mulut Alan, dan tak lama ia menyadari apa yang baru saja ia ucapkan.
***
Terima kasih untuk yang sudah mendukung aku, mudah-mudahan aku bisa Istiqomah menulis cerita ini di setiap bab nya.
Nulis ini sambil menahan kantuk, kalau ada typo atau salah maafkan Yo, nanti aku revisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Mbak Noer
pembatas yg bikin hati penasaran..
klo Uda nyenyak...
hilang dech peambatas itu...
boleh bikin debay dech... 🥰🤣🤣🤣🤣
2022-03-26
0
ARTI SUNARTI
semangat thor buat sering2 up ya😍😍😍
2022-03-23
0
Imelda Nurrahmah
semangatttt
2022-03-23
0