Menikah Mudah
Pernikahan Fira dan Alan berjalan dengan lancar tanpa satu kendala apapun. Pernikahan keduanya benar-benar dilakukan secara kekeluargaan saja, mengundang beberapa saksi penting seperti ketua RT, kepala sekolah dan sahabat terdekat keduanya.
Keduanya terdaftar sebagai sepasang suami yang sah secara hukum dan agama. Namun pernikahan keduanya masih harus dirahasiakan karena Fira yang masih sekolah. Kedua orangtua mereka begitu bahagia dengan pernikahan Fira dan Alan, meskipun Alan terlihat biasa saja tanpa ekspresi dan Fira lebih banyak menunduk karena masih tidak percaya kalau dirinya sudah menikah.
Setelah menikah keduanya langsung menempati rumah yang dihadiahkan oleh orang tua Alan. Rumah minimalis namun terlihat mewah dan elegan. Awalnya Fira menolak, karena dirinya tidak ingin berpisah dengan kedua orangtuanya, namun mereka berhasil meyakinkan Fira bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Sesampainya di rumah mereka, Fira terlihat bingung harus berbuat apa. Sedangkan Alan sejak tadi hanya diam dan berkutat dengan hape ditangannya.
"Pak Alan apa kita akan tidur terpisah?" tanya Fira ragu-ragu
Alan melihat ke arah Fira dengan muka datarnya.
"Papa dan Mama ku sudah mengirim mata-mata untuk mengawasi kita..." Alan belum selesai melanjutkan ucapannya namun Fira terlanjur penasaran.
"Mata-mata? apa maksud bapak?"
"Para pekerja di rumah ini adalah orang kepercayaan Mama, mereka sengaja mengirim mereka untuk mengawasi kita,"
"Aku masih belum paham, maksud bapak apa?"
"Kamu ini benar-benar bodoh, saya pikir di sekolah saja ternyata otak mu juga begitu lambat!" kata-kata pedas pertama yang Alan katakan pada Fira, hal itu membuat dirinya terkejut dan sedih.
"Maaf, aku hanya belum benar-benar paham. " ucap Fira menundukkan kepalanya.
"Intinya mereka suruhan Mama untuk mengawasi kita, mereka akan melaporkan apa saja kepada Mama. Saya mengenal mereka dengan baik, sebelumnya mereka bekerja di rumah kami. Jadi kita harus bersikap sewajarnya,"
"Aku ikut bapak saja bagaimana baiknya,"
"Kita akan tetap berada di kamar yang sama bahkan tidur di tempat tidur yang sama. Saya janji tidak akan melewati batasan, dan saya juga tidak ingin kamu menggangu privasi saya apapun itu,"
Fira hanya mengangguk tanda menyetujui apa yang dikatakan oleh Alan. Fira gadis polos dan sederhana, meskipun dia lahir dari keluarga berada namun sikap dan perilaku membuat siapapun menyukainya, meski dalam bidang akademik Fira sedikit tertinggal. Terlalu sempurna jika Fira memiliki semua hal, maka dari itu kelemahan Fira adalah tidak terlalu cerdas dalam pendidikan.
Keduanya memasuki kamar utama yang berada di lantai dua, kamar berukuran luas dengan beberapa barang seperti lemari, tempat tidur dan sofa yang menjadi pelengkap di dalam kamar luas itu.
Kamar tersebut sudah diisi barang-barang milik Alan dan Fira, dari pakaian, alat mandi dan keperluan lainnya. Ulah siapa lagi kalau bukan kedua orang tua mereka.
"Saya akan mandi lebih dulu, sebaiknya kamu melepaskan riasan di wajahmu. Saya tidak akan lama,"
"Baik. Pak,"
Seperti perintah Alan, Fira pun membersihkan wajahnya dengan facial cleanser yang memang sudah ada di meja rias. Ia tidak membuka hijabnya sedikitpun, meskipun ia tahu kalau saat ini suaminya berhak melihat Fira dalam keadaan apapun termasuk tanpa busana, namun Fira tidak ingin semudah itu memperlihatkan auratnya.
10 menit kemudian Alan keluar dari kamarnya dengan hanya menggunakan handuk yang melingkar di pinggangnya, hal itu sontak saja membuat Fira terkejut, ini pertama kalinya Fira melihat pemandangan yang tidak senonoh. Fira langsung mengalihkan pandangannya, namun Alan semakin mendekat.
"Bapak mau apa?" tanya Fira panik
Alan mengernyitkan keningnya. "Tentu saja saya akan mengambil pakaian, memangnya mau apa?" sahut Alan heran.
Fira baru sadar kalau lemari pakaian dan meja rias yang sedang ia duduki jaraknya bersebelahan. Hal itu membuat dirinya malu karena sudah berpikiran yang tidak-tidak.
"Cepatlah mandi, setelah itu kita makan siang bersama. Jangan sampai Mama meneriaki ku karena tidak mengajakmu makan,"
"Ba..baik, Pak. Saya akan segera mandi, sebaiknya bapak turun lebih dulu, saya akan menyusul,"
"Tapi ingat jangan lama-lama, saya tidak suka menunggu,"
"Baik, Pak."
Fira bergegas mengambil pakaian di lemari dan membawanya ke kamar mandi, tak butuh lama untuk Fira membersihkan diri, kurang dari 10 menit dia sudah rapih dengan celana kulot, dan kaos lengan panjang miliknya tak lupa hijab bergo bewarna hitam yang membingkai wajahnya yang cantik.
Bik Rani yang sejak tadi berdiri untuk membantu kedua majikannya itu, tetap siaga. Apalagi kali ini dia mendapatkan perintah untuk mengawasi keduanya.
"Selamat siang Non Fira, perkenalkan saya Rani yang bekerja di rumah ini tugas saya adalah melakukan pekerjaan rumah dan menyiapkan semua kebutuhan Den Alan dan Non Fira," ucap Bi Rani memperkenalkan diri.
"Assalamualaikum, Bi. terima kasih sudah menyediakan makan siangnya, Bibi tidak perlu memanggil saya dengan panggilan 'Non' panggil saja Fira,"
"Sama-sama non, tapi tidak sopan atuh. Bagaimana kalau Bibi panggil Neng Fira saja," usul Bi Rani
"Aku setuju, Bi."
"Kapan kita mulai makannya kalau kalian masih sibuk mengobrol, saya sudah lapar," ucap Alan menginterupsi. Keduanya pun baru menyadari kalau sejak tadi ada mahluk dingin.
"Maaf, Den. Bibi kan harus melakukan perkenalan dengan nyonya baru rumah ini, ah Ibu memang paling deubes kalau urusan mencarikan jodoh," Bi Rani membuat lelucon hanya dirinya saja yg tertawa.
Bi Rani merinding melihat Alan yang tanpa ekspresi, meskipun sudah mengenal dengan baik anak dari majikannya ini, namun tetap saja Alan begitu menakutkan.
"Mau saya yang mengambilkan atau Neng Fira," tanya bi Rani
"Saya bisa ambil sendiri, Bi. sebaiknya Bibi lanjutkan saja pekerjaannya atau makan bersama kami di sini," ucap Alan sambil mengambil satu persatu makanan yang disediakan Bi Rani.
"Tapi, Den. biasanya kalau orang sudah menikah yang melayani suaminya adalah sang istri, masa pengantin baru cuma diam-diaman doang si,"
Fira pun berdiri dari duduknya, meskipun belum memiliki pengalaman namun dirinya cukup peka terhadap apapun, termasuk saat ini yang mau tidak mau dia harus menjalankan perannya sebagai seorang istri.
"Pak, biar saya ambilkan," ucap Fira membuat Bi Rani heran dengan panggilan Fira.
"Neng Fira memanggil Den Alan bapak? Aihhh neng masa sama suami manggilnya bapak, kaya ke guru aja..."
"Pak Alan memang guru saya di sekolah, Bi."
"Tapi, kan. Saat ini kalian berdua sudah menikah, sudah menjadi kewajiban seorang suami istri untuk memiliki panggilan yang romantis," oceh Bi Rani membuat Fira malu, sedangkan Alah bersikap biasa saja sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya.
"Jangan berlebihan, Bi. Bibi membuat dia malu,"
"Maaf neng, Bibi tidak bermaksud sedikitpun. Tapi bagaimana pun neng Fira harus terbiasa dengan panggilan yang romantis untuk Den Alan,"
Fira hanya mengangguk patuh, rasanya akan sedikit kesulitan merubah panggilan yang sudah mendarah daging dalam Dirinya contohnya panggilan bapak untuk Alan.
"Jangan terlalu banyak berpikir, cepat makan makananmu nanti keburu tidak enak,"
***
Beri dukungan ya buat aku, biar aku semangat nulisnya. Jangan lupa like dan komen ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
sasesi
Ka saya penggemar ceritamu apalagi tentang rasa, jadi mohon dong ka, jika menulis sampai selesai ya
2023-01-12
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-09-25
0
Ega Riski
aduuh kok gak bilang² sih ada novel barunya aku kan jadi ketinggalan 😔
2022-06-04
1