Sore harinya Gita mendapat kabar jika Abangnya sudah siuman dan dipindahkan ke ruang rawat VIP. Keluarga Rendy bahagia mendengar kabar itu. Gita yang paling bahagia diantara mereka karena Gita dan Rendy sangat dekat.
"Alhamdulillah, Abang akhirnya sadar juga. Gita seneng banget!" ucap Gita sambil memeluk abangnya yang terbaring lemah.
Rendy hanya tersenyum tipis melihat adiknya, akan tetapi dia tidak mau melihat ke arah kedua orang tuanya. Rendy terus menatap ke arah dokter cantik yang berada di ruangan itu.
Gita terus memperhatikan interaksi kakaknya dengan dokter cantiknya. Wajah abangnya berseri seperti bertemu dengan bidadari. Gita terus menatap dokter itu kemudian teringat dengan lukisan yang dibuat Rendy lima tahun lalu.
"Wajahnya mirip lukisan Abang. Jangan-jangan dia..."
"Melamun teroosss!" teriak mama Hotma di samping Gita.
Gita tersentak kaget mendengar suara sang mama yang seperti memakai toa masjid.
"Mama ih! Ini rumah sakit bukan di hutan. Malu sama gebetan Abang," celetuk Gita sambil menepuk lengan mama Hotma pelan.
"Hah?" mama Hotma tersentak kaget mendengar kata gebetan.
"Lihat dokter cantik yang sejak tadi di samping Abang! Wajahnya mirip sama lukisan Abang. Ingat nggak?" bisik Gita pelan sehingga hanya dirinya dan sang mama yang dengar.
Mama Hotma terdiam, mencoba mengingat keadaan kamar anaknya yang di Sumatera. Setelah dapat mengingat, mama Hotma mengangguk pelan.
"Gimana?" bisik Gita lagi.
"Olo!" jawab mama Hotma dengan bisikan.
Pak Chandra yang sedari tadi memperhatikan tingkah anak dan istrinya pun akhirnya bersuara.
"Kalian berdua ngapain, dari tadi bisik-bisik?" tanya pak Chandra sehingga mengundang perhatian dari Ary dan Rendy yang sedang ngobrol.
Gita dan mama Hotma pun gelagapan mendapat teguran dari pak Chandra.
"Ng-nggak ada apa-apa kok Pa. Beneran!" jawab Gita spontan sambil mengangkat tangannya yang terlipat sebagian sehingga membentuk huruf V.
"Nggak ada apa-apa kok bisik-bisik! Papa nggak Kau bisikin, Ta?" sahut pak Chandra sewot.
"Papa mau dibisikin juga? Iri bilang Boss!" celetuk mama Hotma tersenyum mengejek.
"Ishhh, Mama mah seneng banget nge-bully suami sendiri!" jawab pak Chandra.
"Om, Tante, permisi saya mau pamit pulang!" ucap Ary menengahi.
Ary sebenarnya baru saja tiba di rumah sakit tadi siang. Akan tetapi dia langsung dikabari bagaimana keadaan Rendy saat ini. Sehingga Ary langsung turun tangan. Beberapa saat setelah Ary masuk ke ruang ICU, Rendy langsung terbangun, sadar dari komanya.
"Iya, Dok. Terima kasih sudah mau menolong anak kami. Ucapan terima kasih saja tidak akan bisa membalas budi baik Bu Dokter," tutur mama Hotma ketika Ary pamitan mencium punggung tangan mama Hotma.
Dokter cantik itu hanya tersenyum dan mengangguk saja kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
"Cantik nggak Ma?" tanya Rendy lemah setelah Ary meninggalkan ruangannya.
"Banget! Mama sampai lupa berkedip melihatnya," jawab mama Hotma antusias.
"Dokter tadi gebetan Abang, Ma! Nggak percaya tanya langsung nah sama orangnya," celetuk Gita.
"Betul itu apa yang dibilang adikmu?" tanya pak Chandra pada Rendy.
Rendy sebenarnya males menjawab pertanyaan ayahnya, namun dia sedang tidak ingin bertengkar lagi dengan ayahnya.
"Abang minta restu Mama sama Papa. Hanya dia wanita satu-satunya yang Abang inginkan dalam sisa hidup ini," jawab Rendy lirih. Dia harus menurunkan egonya untuk mendapatkan Ary.
"Mama sih terserah Kau saja. Kau yang jalani Kami hanya bisa merestui. Bukan begitu Pa?" jawab mama Hotma dengan senyuman teduh seorang ibu.
"Apa dia mau sama kamu?" tanya pak Chandra meremehkan anak laki satu-satunya itu.
"Kalau dia tidak mau, aku buat maulah! Apalagi?" tantang Rendy, baginya pantang mendapat tolakan. Dia akan terus berusaha hingga mendapat jawaban iya.
*
*
*
Sudah satu Minggu Gita dan kedua orang tuanya berada di Yogyakarta. Gita baru sekali jalan-jalan ke Malioboro, itupun ditemani tukang becak. Sang mama yang mengurus abangnya di rumah sakit tidak mau mengantarnya keliling Yogyakarta. Sedangkan sang papa sudah pulang terlebih dahulu ke Sumatera karena ada masalah dengan usahanya.
Gita memutuskan pulang ke kampung halamannya setelah satu Minggu di Yogyakarta. Gita tidak mau ketinggalan pelajaran, jadi dia harus memendam keinginannya untuk berkeliling kota Yogyakarta.
Gita ke bandara diantar oleh Brandon karena Rommy belum begitu pandai mengendarai mobil. Barang-barang Gita yang begitu banyak mengharuskan naik mobil untuk mengangkut semua barang bawaannya.
"Bang Brandon sudah punya cewek?" tanya Gita memberanikan diri untuk bertanya pada Brandon.
"Masih kecil pikirannya pacaran mulu. Belajar yang rajin biar pinter terus jadi dokter!" jawab Brandon mengalihkan pertanyaan dari Gita.
"Gita sudah gede, sudah 16 tahun. Kawan-kawan Gita aja sudah punya pacar, cuma Gita sendiri yang belum," ucap Gita sendu.
"Astaga umur masih segitu, masih bau kencur juga! Abang aja yang sudah 24 tahun belum kepikiran pacaran, Dik!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Sidieq Kamarga
Duh 16thn tu baru kelas 11 SMA ya, masih bau kencur tapi baunya lagi sedap-sedapnya 😂😂😂
2022-07-11
2
Dina⏤͟͟͞R
gitaaaa sekolah yg bner ya
2022-06-14
1
🟡Kⁱᵃⁿᵈ⏤͟͟͞Rą 🈂️irka
belajar yg pintar Git... jgn pacaran dulu... hwhhee
2022-06-03
2