Rae tak berkedip melihat siapa yang berdiri kini di depan kelas bersama dengan pak Wahyu.
Dia adalah gadis yang beberapa saat yang lalu melotot padanya, karena Rae yang berteriak seolah mengharapkan sang gadis tetap berada di luar pagar.
“Perkenalkan dirimu pada teman-teman kelasmu…” pak Wahyu mempersilahkan gadis ini memperkenalkan diri.
“Perkenalkan…namaku Aluna Queeny Aswindra. Aku pindahan dari sebuah SMA di Bandung. Karena orang tua saya mempunyai kesibukan untuk dua tahun ke depan, jadi saya pindah ke Subaya, saya di sini tinggal dengan aunty.” Gadis bermata bulat jernih ini mengembangkan senyumnya, pandangannya mengitari ruangan dan pandangannya berhenti saat bertatapan dengan Rae yang masih melongo menatapnya.
Suara suitan dan godaan beberapa anak laki-laki sedikit riuh. Sementara anak perempuan seperti biasa tidak terlalu antusias dengan anak baru jika berjenis kelamin perempuan karena bagi mereka, itu hanya menambah saingan saja.
“Panggilannya siapa, sayang?” goda Bimbim si anak paling ribut urusan cewek di kelas, dia cukup cute dan terkenal sebagai playboy receh.
“Panggil saja aku Aluna.” Jawab Aluna, menanggapi Bimbim.
“Aluna Sayang, duduk di sebelah abang…” Bimbim menunjuk ke kursi di sebelahnya yang masih di duduki oleh Emma, yang langsung melotot pada Bimbim dengan wajah protes.
“Enak aja, memangnya aku kamu suruh duduk di mana. Ini kursiku, kaliiii…” Emma mencibir.
“Hush, kamu pindah sana gih ke belakang, biar Luna duduk di sini.” Bimbim berucap dengan gaya jenaka tetapi menjengkelkan.
“Eeeeh, kok kalian malah ribut begitu…” Pak wahyu sibuk melerai dua orang yang jadi saling melotot hanya gara-gara tempat duduk itu. Kemudian Aluna segera di sibukkan dengan menjawab beberapa pertanyaan murid-murid yang lain, yang di dominasi oleh anak laki-laki. Terlihat sekali banyak yang berusaha mencari perhatian Luna.
“Hey, dia cantik juga, ya?”Arka menyenggol bahu Rae. Menyadarkan Rae yang melongo sedari tadi menatap ke depan.
“Eh…biasa aja…”Rae menaikkan alisnya, terlihat sedikit salah tingkah.
“Tapi dari tadi matamu tak berkedip melihat dia. Tumben…” Tuduh Arka setengah menggoda, dia tak pernah melihat ekspresi Rae seperti itu saat melihat perempuan.
“Karena kursi untuk Aluna sepertinya belum ada, sementara ada kursi kosong di belakang ada satu karena siswanya tidak turun hari ini, kamu boleh duduk di sana.” Pak Wahyu menunjuk sebuah kursi kosong di belakang tepat di depan meja Rae.
Rae terperanjat, sedikit terkejut saat dengan santai Luna mengucapkan terimakasih kepada pak Wahyu. Dan berjalan ke marahnya.
“Dia tak akan mengenalku. Tadi kan wajahku tertutup helm.”Rae memang tidak enak dengan apa yang di lakukannya tadi di gerbang sekolah, sejujurnya dia hanya iseng saja, sesuatu yang sangat jarang di lakukannya pada siapapun terlebih pada seorang anak perempuan.
“Selamat bergabung di kelas, aku ketua ketua kelasnya di sini.” Arka menyapa, saat Luna sudah duduk di kursinya.
Sekarang, Rae melihat dengan jelas wajah dari gadis yang di isenginya tadi, dia benar-benar sangat manis, wajahnya yang mulus itu terlihat merona lembut.
“Terimakasih.” Sahut Luna, tersenyum samar, matanya melirik pada Rae yang segera pura-pura sibuk dengan mengeluarkan buku dari dalam lacinya.
“Namaku, Arka.”Arka menjulurkan tangannya pada Luna. Dengan ragu-ragu Luna menyambutnya.
“Aluna.”ALuna mengulang menyebutkan namanya.
“Kenalkan juga ini Rae…” Arka menunjuk pada Rae di sebelahnya, tapi Rae menjadi sedikit gusar dan mendelik pada Arka.
“Oh…” Aluna memiringkan tubuhnya dan memindahkan tangannya kepada Rae yang duduk di belakang kursinya.
Rae menjabat tangan Aluna sambil berpura-pura melihat ke arah depan, menghindari bersitatap dengan gadis itu. Dia bingung sendiri, berhadapan dengan Aluna membuatnya salah tingkah sendiri.
“Namamu Rae?” tanya Aluna tiba-tiba, terdengar menyelidik.
Rae tak menjawab tetapi matanya mau tak mau menatap Luna, meski tanpa ekspresi.
“Dijawab tuh, Rae. Masak cewek nanya di anggurin.” Arka menyenggol lengan Rae.
“Eh, kan kamu sudah kasih tau namaku Rae, masa aku harus ngulang lagi.” Sahut Rae, sikap dingin seperti biasanya tetapi sangat jelas terlihat kalau dia salah tingkah.
“Cuma mau memastikan.” Aluna menarik tangannya.
“Aku tahu, kita pasti bertemu lagi tadi.” Tambahnya sebelum berbalik dia menggumamkan nomor plat motor Rae, sedikit mengejutkan Rae.
"Jangan bilang kamu lupa padaku." lanjutnya dengan sedikit cemberut sambil mengeluarkan sebuah handsanitizer dari dalam tasnya. Menyemprotkan tangannya, seperti seseorang yang sangat takut terkontaminasi sesuatu.
Rae dan Arka saling pandang, seolah tak menyangka dengan sikap Luna.
“Astaga, aku tak menyangka dia sombong sekali.” Arka berbisik di telinga Rae saat Luna sudah benar-benar berbalik ke depan.
“Aku tahu, dia mahluk sombong dari tadi.”
“Eh…”
“Aku sudah bertemu dengannya.”
“Maksudmu?”
“Dia adalah gadis yang aku ceritakan ke kamu tadi, yang sok di depan gerbang sekolah.”
“Hah.”
Obrolan bisik-bisik itu segera berhenti saat mata Pak wahyu melotot pada mereka berdua, karena saat dia mengabsen nama, Rae dan Arka tampak sedang sibuk sendiri.
“Ya, Rae hadir, pak!” Rae mengangkat tangannya.
“Yang panggil namamu siapa? Bapak rasanya panggil nama Arka…” pak Wahyu mengerutkan keningnya sambil memperbaiki posisi kacamatanya, di sambut suara tertawa seisi kelas.
Wajah Rae segera memerah, baru kali ini dia di soraki oleh satu ruangan.
...***...
Suara bel pergantian jam pelajaran terdengar, di sambut suara lega anak-anak sekelas. Pelajaran pak Wahyu berakhir, usainya pelajaran itu seperti sebuah kebahagiaan tersendiri bagi para murid yang terkenal alergi dengan pelajaran matematika, termasuk Rae.
Ketika Pak Wahyu keluar, Emma langsung berlari ke arah Aluna.
“Hai, Aluna …nama belakangmu Aswindra, itu nama papamu?”tanyanya dengan antusias, tetapi matanya yang genit itu sempat-sempatnya mengedip kepada Rae yang duduk dengan muka acuh tak acuh di belakang Aluna.
“Iya, nama papaku Darrel Aswindra.”
“Berarti anaknya tante Anin, kan?” cecar Emma dengan mata berbinar-binar.
“Iya…kamu kenal mamaku?”Tanya Aluna sambil mendonggak wajahnya, sedikit bingung berusaha mengenali wajah Emma.
“Ya, iyalah aku kenal tante Anin, dia teman mamaku. Mamamu itu bestinya mamaku dulu, makanya mama sering cerita tentang mamamu dan om Darrel”
“Oh, gitu…” Aluna tampak bingung sendiri, dia benar-benar baru kali ini bertemu dengan Emma, gadis ini cantik dengan hidung mancung, tinggi langsing dan terlihat modis.
“Om Darrel itu mantan pacar mamaku.” Dia terkekeh sendiri, tetapi ocehannya membuat wajah Aluna merah seketika.
“Mantan pacar papa?” Luna tak berkedip menatap Emma dengan tak percaya.
“Iya, mamaku sering cerita. Dulu pernah pacaran lama sama om Darrel Aswindra, sempet tunangan malah. Papamu gak pernah cerita, ya? Kalau mamaku suka banget ceritain itu, sampai-sampai aku hapal banget nama mantan pacarnya…”
Aluna melongo seperti orang kehilangan kata, terlihat canggung dengan sikap Emma yang begitu senangnya menceritakan kisah masa lalu orangtua mereka.
“Mungkin kamu salah orang.” Aluna berpura-pura mengalihkan perhatiannya. Dia sedikit ragu dengan apa yang di ceritakan oleh Emma, sedikit tidak nyaman mendengar kalau mamanya berteman dengan mamanya Emma dan papanya dulu adalah mantan tunangan mamanya Emma, rasanya aneh dan canggung seolah sedang membicarakan mama Luna merebut kekasih mama Emma.
“Masa salah orang, ya nggak mungkinlah. Aku yakin banget, kamu anaknya tante Anin besti mamaku dulu. Nanti tanya deh sama tante Anin, kenal gak sama mamaku Felysia, yakin pasti kenal…”Oceh Emma denga raut yang lucu tanpa dosa.
"Takdir mempertemukan kita, sekarang kita adalah bestie!" Emma memeluk leher Aluna dengan antusias dan bersemangat, sementara Aluna yang hanya melongo saja, tak tahu harus menanggapi Emma dengan bagaimana.
"Masa si, mamaku merebut pacar orang?" Sungutnya dalam hati, mata nya tak sengaja melihat pada Rae, pada saat yang sama mereka bertemu pandang tak sengaja.
Dengan muka judes Aluna membuang muka bersamaan dengan Rae yang membalikkan badannya, tak kalah masamnya.
Aluna masih dongkol sekali pada Rae yang membuatnya harus berdebat dengan security penjaga gerbang dan terpaksa menelpon tantenya untuk menelpon langsung kepala sekolah untuk turun tangan membebeskannya dari sandera bapak penjaga pintu gerbang tadi. Semuanya sedikit banyak terjadi karena kompor dari anak laki-laki yang sedari tadi membuatnya kesal bukan main itu.
(beberapa bab ke depan kita nongkrong di SMA ya...😅 ngulik kisah anak remaja, biar emak2 ttp awet muda🤣)
Terimakasih sudah membaca novel ini dan selalu setia, kalian adalah kesayangan othor🤗 i love you full....
Jangan Lupa VOTEnya yah untuk mendukung novel ini, biar othor tetap semangat menulis😂🙏🙏🙏
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan, ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
emma langsung cerita nostalgia ortunya dengan ortu alluna... 🤣🤣🤣🤣🤣
2024-12-05
0
sintesa destania
zhao Lusi
pantes cantik banget aluna😇
2023-09-10
1
pembaca 🤟
baca ulang karna baru" ini ada sambungannya ya Thor🤭🤭
2023-02-28
1