Gilang berdiri lalu melangkah menuju kamar. Mengambil dompetnya, lalu mengeluarkan black card yang ia gunakan membayar tas kecil keluaran terbaru edisi terbatas itu.
"Nih, eneng aja yang pegang. Harga tas tadi a'a statusnya ngutang ya sama eneng, kapan ada rejeki a'a ganti." Gilang menyodorkan kartu pada Gita.
"Ih.... a'a apa apaan sih. Itu uang kita. Buat acara nikah juga pasti banyak sisa. Segala ngutang..." Jawab Gita lembut.
"Ya kan tadi a'a so so an gitu mau bayarin eneng. Padahal hanya kepancing ucapan maminya mantan eneng aja." Cengir Gilang pada istrinya.
"Gitu aja udah ke pancing. Harus ya a'a lebih hebat dari Baskoro?" Gemes Gita pada Gilang yang sudah meletakkan kepalanya di paha Gita.
"Bukan Baskoronya, tapi wajah ibunya itu yang kayak mau ngetawain eneng, kalo keluar tanpa bawa apa apa. A'a ga mau eneng kayak di lecehin keluarga Baskoro." Alasan Gilang.
"Emang itu ibunya...?" ujar Gita lagi.
"Kan mami katanya... bukannya itu berarti ibu?" Gilang labih polos dari Gita ternyata, selalu berpikiran positif pada orang lain.
"Kata Baskoro tadi sih, mami ketemu gede." Jawab Gita mengulang kata kata Baskoro.
"Jadi...?"
"Mana eneng tau, apa artinya."
"Eneng ga pernah kenal sama orang tuanya?"
"Pernah sih. Tapi seingat eneng, ga gitu sih wajahnya."
"Apa ayahnya nikah lagi?" Gilang kepo maksimal.
"Ga tau juga sih."
"Tapi tadi mesra banget sih, masa iya ibu tiri." Gilang berkeras menelisik kebenaran yang mereka sendiri tak mengerti.
"Urusan dia ah. Ngapain kita kepoin mereka. Lain kali ga usah gitu a', kalo belanja. Katanya mau kuliah lagi, eneng juga harus hemat. Tapi sekali liat mantan eneng, ga mau kalah." Cibir Gita pada Gilang yang ternyata ga mau kalah, bahkan hanya sama mantan Gita.
"Ga ke pancing banget sih. Hanya a'a ga mau eneng terlihat kalah dari keluarga itu saja." Ucap Gilang pelan.
"Maaf a'a. Sejak putus juga eneng udah menang kali. Kan eneng yang di porotin oleh Baskoro. Jadi, walau ga beli tas tadi eneng udah menang, jika adalah sebuah ajang kompetisi."
"Neng udah ga cinta kan sama dia?" tanya Gilang mengalihkan topik.
"Ya ampuuun ... pake tanya lagi. A'a udah menang kemana-mana gitu. Masa masih tanya soal perasaan eneng sih?" Lotot Gita pada Gilang yang seolah meragukan cintanya.
"Maaf istriku sayang. Ga penting juga kali ya kita bahas mantan. Udah dapat yang ori ini." Hus... tangan Gilang main seruduk ke atas kepalanya, nyungsep dalam rawa iting iting yang terhimpit.
"Tangan ... tangan. Tolong di kondisikan. Atau mau pahanya yang di rentangkan?" Heeeiii Gita satu server ya sama Kevin, otak mereka terdiri dari sel yang sama, turunan Diendra kayaknya. Mesyum cap Mahesa.
"Gimana ya neng?"
"Apanya?"
"Mau nagih harga tas, tapi bukan uang pribadi. Ga minta jatah, kok rasanya hidup ini ada yang kurang gitu kalo ga, olah raga malam." Kekeh Gilang membalik tubuhnya dan mendongakkan kepalanya ke arah Gita.
"Ga usah modus. Pake alasan narik jatah retribusi. Tuh belanja dapur udah ngalahin belanjaan ibu kemarin, ga di ambil pajaknya?" Gita lebih cerdas memberi ide, untuk alasan mereka akan mengarungi samudra cinta malam ini.
"Iya... ya. Kenapa harus fokus dengan tas kecil tadi. Padahal a'a sempat pegel pas mindahin belanjaan tadi ke mobil." Kekeh Gilang bercanda.
"Hah... segitu aja pegel. Payah banget." Sengaja Gita menciptakan kekesalan Gilang.
"Payaaah?... yang biasa minta ampun siapa? kalo udah di tumbuk tumbuk, hah?" Gilang sudah merangkum kepala Gita ke dadanya.
"Ha...haa.. iya. Iya, siap salah." Kekeh Gita yang belum sempat tertawa dengan sempurna, karena bibirnya sudah di serang Gilang dengan ritme yang tidak pelan.
"A... di kamar aja."
"Coba di sofa dong. Mumpung ga ada bi Inah." Mana sempat mereka berpindah, dada Gita saja sudah terekspos dengan luasnya. Hanya tersisa kain bercup hitam di sana. Pun sudah melorot, dengan isian yang tumpah keluar oleh Gilang. Siap di sesap.
Begitulah nikmatnya pengantin baru yang tinggal di rumah sendiri. Jangankan urusan siapa yang ambil nasi. Mau bercinta di mana suka pun, tidak akan ada yang cemberut, cemburu apa lagi menghentakkan kaki.
Yang ada justru Gita lagi, yang di hentak hentak keras, oleh Gilang.
Waw... Gilang sepertinya sudah punya beberapa refrensi gaya bercinta. Sebab sudah tidak dengan gaya klasik lagi. Gita sempat ragu, itu kaki mau di bawa kemana, memilih patuh saja si paksu mau bikin kemana arah.
Menurut Gita, mau gimana juga. Ya tetep sentral itu juga yang jadi tujuan akhir. Hingga keduanya sampai puncak, Gilang mengecup kening Gita dengan sayang.
"Terima kasih mau jadi istri a'a. Menerima apa adanya. Maaf, belum bisa jadi suami sempurna yang dapat mencukupi kebutuhan lahir eneng. Doa in usaha dan kerjaan kita lancar ya neng. Biar semuanya berkah."
"A'a... materi bukan yang utama. A'a setia saja sudah cukup." Jawab Gita klasik.
"Masa...? modal setia aja udah cukup jadi suami eneng. Ga perlu uang lagi gitu?" telisik Gilang memastikan.
"Ya setia ga mencintai wanita lain selein eneng. Setia kasih nafkah lahir batin yang cukup. Setia mematuhi semua keinginan eneng gitu deh a'..." Kekeh Gita mengerjain Gilang.
"Yaaah itu sih sama aja... butuh duit neng."
"Ya iyalaaah. Masa modal cinta doang. Makan itu cinta." Ledek Gita tertawa lebar.
"Neng.. a'a liat tadi neng banyak beli aneka tepung. Buat apa?'"
"Iya... neng mau belajar bikin cemilan. Pas bebersih sama bi Inah, katanya dia pinter buat kue."
"Oh... emang kue apa sih?"
"Katanya bisa buat kue donat yang empuk gitu."
"Donat... yang bolong di tengahnya gitu?" tanya Gilang lagi pada Gita.
"Iya A'a."
"Hmm.. neng tau ga kenapa donat itu bolong tengahnya?"
"Kenapa emangnya?" heran Gita.
"Karena yang tengahnya utuh, hanya hati A'a buat eneng." yaaa kumat deh Gombalnya Gilang.
"Eehhh... a'a sialan. Gombalin eneng niih."
"Kangen juga. Dulu suka gombalin pacar, sekarang gombalin istri... kali di kasih lobang lagi."
"Saru... ah." kekeh Gita senang.
"A'aaa yank."
"Apa bebebph." Cium Gilang gemas pada bibir Gita.
"A'a dan eneng itu kaya margarin sama wajan panas ya..." desah Gita.
"Kenapa?"
"Kalo deket deket bikin eneng meleleh." Gita menutup wajahnya dengan dua tangannya malu.
"Hahaaa... bisa aja niih istri." Gilang mengangkut tubuh yang masih tak berbusana itu ke kamar.
"Kenapa ke tempat tidur lagi sih. Kamar mandi dong a'. Udah malam, istirahat deh." Pinta Gita mendelik ke jam dinding sudah lewat pukul 11.
"Ooh tidak bisa... karena tubuh eneng tuh kayak susu bendera."
"Apaaan lagii?"
"Selalu nikmat hingga tetes terakhir neng." Terkam Gilang lagi pada tubuh istri yang sudah bagai mengandung heroin itu.
"A'aaa. Emang ga pernah gagal buat aku makin cinta." Puji Gita yang sudah mulai merem melek dapat bonus malam itu.
Bersambung...
Haii readers udah panggil yang lainnya blom niih?
Biar makin padat, sesak di lapak ini..
Lapangannya masih banyak kosong di mari.
Gelas kopi masih tandus
Kebun mawarnya juga blom banyak
Hayuuuk ramaikeun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
Kinan Rosa
mantap betul gas pol bang
2023-03-20
0
meE😊😊
haduhhh tr lnjut lfi ya maraton y lgi sibuk jd inem nii🤭🤭🤭lempar kopi dlu degh buat nyaakkk
2022-05-29
1
Ning cute
Pengantin baru tinggal berdua di rumah sendiri lagi mah rasanya tun … NIKMAT TUHAN MANALAGI YG MAU DI DUSTAKAN 😋
2022-05-20
1