Yang itu, warna hitam. Lalu yang kanan di rak tingkat dua warna kuning, terus yang haknya kaca, juga itu yang atasnya ada pita. Bawa semua ke sini, di coba dulu." Suara seorang wanita berusia hampir setengah abad, dengan dandanan gelamor. Rambut tidak hitam, bibir berlipstik merah merona, bertubuh agak besar.
Reflek Gilang dan Gita menoleh ke suara itu bersamaan. Lalu saling bertukar pandang, seolah heran dengan suara yang terdengar seperti sedang memerintah seseorang tersebut.
"Baaas... Denger mami ga sih? Cepetan." Bunyi perintah lanjutan dari orang yang sama, yang sudah berhasil mendudukan bokoongnya pada kursi yang di sediakan untuk para pelanggan.
Gita memegang tangan Gilang untuk beralih dari tempat itu, sebab tak tertarik dengan jenis sepatu yang berjejer di sana.
"Iya sebentar mi." Jawab suara lelaki yang tak asing di telinga Gita, tapi ia memilih cuek saja dan semakin memutar tubuhnya berbalik menjauhi area itu.
"Pasangin dong kayak biasa...!" Suara wanita itu lagi terdengar memerintah. Siluet tubuh itu pun terlihat menunduk di depan wanita yang duduk di kursi yang tersedia untuk memasang beberapa sepatu di kaki wanita tersebut.
Gilang menoleh memastikan perintah itu apakah di turuti atau tidak oleh orang yang ia perintahkan. Gita, ikut menoleh ke arah perintah tadi. Penasaran dengan suara lelaki yang seperti ia kenal itu.
"Baskoro." Batin Gita tercekat. Ternyata orang yang di perintahkan oleh wanita separuh baya tadi adalah Baskoro, mantannya. Tidak mungkim Gita salah, toh ia lebih dari tiga tahun menjalani hubungan asamara dengan pria yang berhasil memperdaya hati juga uangnya. Baskoro yang selalu memperlakukannya dengan manias dan manja, tanpa cacat cela.
Gita segera berbalik lalu memeluk erat tangan Gilang. Ingin segera menghilang saja, sebab tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan mantan kekasihnya tersebut. Gita pun tak ingin Gilang tau jika itu adalah kekasih di masa lalunya.
"Neng... Ga mau beli sepatu?" Gilang memastikan.
"Ga ada yang cocok a'..." Jawab Gita singkat namun sangat menyejukkan hati Gilang.
"Selamat rekeningku." batin Gilang senang, tanpa ia tau istrinya sangat tegang saat melihat sang mantan tiba-tiba ada di hadapan.
"Kapan neng liat? Kok udah bilang ga cocok? Kita liat lagi deh beiibph." Gilang masih berani menawarkan Gita.
"Neng ga punya rencana nambah koleksi sepatu a'a." Jawab Gita sedikit manja.
"Sepatu buat di pake sayang, bukan buat di koleksi." Gilang mencubit hidung Gita yang selalu mesra dan gemes. Keduanya sambil berlalu ke outlet yang berisi tas tas model terbaru juga mahal tentunya.
"Kenapa ke sini?" tanya Gita pada Gilang yang selalu meletakkan tangannya di pinggang istrinya.
"Kali mau beli tas...?" tawar Gilang lagi masih berani uji nyali ternyata.
"Jangan menggoda, kalo eneng khilaf jangan nyesel lho." Jawab Gita masih menjaga kewarasannya.
"Sekali kali, boleh kali neng. Anggap hadiah pernikahan kita." Jawab Gilang memberanikan diri.
Gilang tetap saja mengajak Gita berputar putar di deretan tas edisi terbaru.
"Selamat sore kakak... silahkan di lihat lihat, di pilih, langsung di pinang juga kakak." Sapa seorang pramuniaga berpenampilan laki laki tapi bertingkah sopan dan lembut bagai seorang wanita.
"Iya kakak... kami liat liat dulu ya." Jawab Gita sopan. Dan makin rapat menempel pada Gilang melihat gelagat pria agak ngondek itu.
"Ini... edisi terbaru kak. Limitied lhoo, baru ada satu stok yang datang. Cuuus kakak di pinang." Sodornya semakin mendekatkan tubuhnya dengan Gilang. Dengan Gilang ya, bukan Gita.
"Oh... kita liat liat saja dulu kakak." Jawab Gita bergeser melindungi tubuh Gilang agar tidak di dekati pria yang sepertinya suka dekat dekat dengan suaminya itu.
"Udah deh Bas, jangan bawel. Bawa aja, tinggal nenteng doang. Mami yang bayar sendiri kok kamu yang cerewet." Lagi suara wanita yang sama saat Gita dan Gilang berada di outlet sepatu tadi.
"Iya mami yang bayar, tapi tanganku udah penuh mi." Jawab lelaki itu agak kesal. Membuat Gita dan Gilang lagi lagi menoleh ke arah yang sama.
"Gita..." Ucap lelaki yang di pandangi secara masal oleh mereka yang ada di outlet itu.
"Baskoro?" Kaget Gita pura pura, padahal ia tau sejak tadi ada Baskoro di dekatnya, untuk itu ia segera ingin menghilang dari tempat itu untuk menghindar pria itu.
"Siapa sayang?" tanya wanita paruh baya itu penuh selidik pada Baskoro.
"Temen kuliah mi." Jawab Baskoro pelan dengan tampang serba salah, malu dan entahlah seolah ketangkap basah.
"Oh... hai. Kenalkan Miranda, maminya Baskoro." Ujar wanita itu ramah pada Gita dan mengulurkan tangannya ingin berkenalan.
"Gita... tante. Ini Gilang, suami Gita." Gita tak mau kalah mengenal Gilang pada wanita yang mengaku sebagai maminya tersebut. Padahal Gita ingat betul, ibunya Baskoro tidak berpenampilan begini.
"Oh..." Kerlingnya manja pada Baskoro yang makin salah tingkah di buatnya.
Gita hanya tersenyum kearah pasangan beda genre itu, dengan berbagai macam tuduhan dan kecurigaan di kepalanya.
Gilang mengingat ingat nama pria itu. Dan mengaitkan dengan masa lalu istrinya. Hm... mengapa sama seperti nama mantannya?
"Neng... ini mantanmu?" bisik Gilang di telinga Gita lalu so modus mencium sisi daun telinga Gita.
"Iya A'. " Jujur Gita menjawab pertanyaan suaminya sembari menyusup tangannya ke pinggang Gilang. Agar tidak kentara sedang memberi jawaban untuk suaminya.
"Kakak cantik... cuus deh. Ini tas edisi terbaru, limitied lho say." Lagi lelaki ngondek tadi tanpa permisi menenteng tas yang ia tawarkan pada Gita, lalu menyodorkan pada maminya Baskoro.
"Sini di liat dulu." Jawab wanita paruh baya itu.
Gilang mengajak Gita mengitari etalase yang ada, dengan mendorong tubuh istrinya dengan dua tangan di pundak Gita.
"Pilih satu neng... pliiis." Bisiknya pelan.
"Ga ada yang bagus a'..." Jawab Gita yang tidak fokus dengan pilihannya karena terganggu dengan kehadiran Baskoro.
"Liat lagi dengan teliti. Neng suka yang gimana sih, a'a mau tau lah, selera istri a'a." Rayu Gilang mesra. Sadar jika gerak tubuh mereka tidak pernah lepas dari tatapan penasaran Baskoro, sementara maminya sibuk dengan si cowok kemayu tadi, melayani pilihan dan selera si mami Baskoro.
"Apa kabar Git?" tanya Baskoro saat Gilang ijin menerima telepon, entah dari siapa.
"Baik."
"Itu benar suamimu? Kapan kamu nikah?"
"Belum resepsi sih. Bulan depan mungkin." Jawab Gita pelan.
"Selamat ya, Git." Ucapnya pelan lagi.
"Bas... wajah mamamu beda? Oplas??" Gita memberanikan diri bertanya akan kebingungannya.
"Mami ketemu gede lah."
"Papa mu nikah lagi?" polos Gita bertanya.
"Yaaank... sini liatin dong mami pilih yang mana?" Suara mami Baskoro agak nyaring agar Baskoro mendekatinya.
"Ambil semua aja mana yang mami suka." Jawab Baskoro mendekati maminya. Dan langsung cup... pipi Baskoro di kecup maminya itu gemas.
Bersambung...
Hallo vote, like, gift n komennya di sini aja yaah👍🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 229 Episodes
Comments
bunda n3
baskoro jadi simpanan mami mami rupanya
2024-04-16
0
Ryanti
baru baca lagi di kira in udahan ini cerita kangen deh nyak
2022-11-20
1
Innara Maulida
🤣🤣🤣🤣
2022-10-19
1