Selepas kepergian mama menuju kamarnya, aku beranjak dari tempat dudukku dan pergi ke ruang keluarga. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul jam 14: 45. Kuraih remote TV di atas meja dan kurebahkan tubuhku di atas sofa. Kunyalakan TV dan ku cari channel kartun favoritku. Makin lama kurasakan, kenyang di perutku membuat mataku semakin berat hingga tak terasa aku pun tertidur dengan TV yang masih menyala.
Waktu terus berjalan. Samar-samar kudengar suara bel berbunyi. Pelan-pelan kubuka mataku yang masih terasa berat dan kulihat jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 16:10.
"ahhh... Cukup lama juga tidurku" kataku dengan suara parau dan meregangkan otot-ototku.
Aku beranjak dan berjalan gontai menuju pintu utama untuk membuka pintu.
"assalamualaikum..."
"waalaikumsalam... Eee Kak Adit kirain tamu siapa.." kataku yang masih lemas karena bangun tidur dan lalu bersalaman mencium tangannya
"baru bangun tidur dek?" Tanya ke Adit berjalan masuk rumah.
"hehehe..... Iya kak" jawabku cengengesan
"mama mana dek?"
"mama dikamar kak, kayanya belum bangun deh" jawabku mengekor di belakang kakakku. "kakak mau makan biar aku siapin dulu, soalnya kayaknya Mama lagi capek banget habis belanja bulanan tadi"
"nanti lah dek kakak mau ke kamar bersih-bersih dulu. badanku lengket" jawab Kak Adit.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
POV ANDRE
Sepulang sekolah kami berempat dijemput oleh supir Devan karena ada rencana main dirumahnya, tentunya setelah mendapatkan ijin dari orang tua kami.
Saat mobil yang kami tumpangi melewati halte dekat sekolah, kulihat Vania dan Nadya berdiri menunggu bus bersama siswa lain. Aku melihatnya dengan jelas karena kami membiarkan sebagian kaca jendela mobil terbuka. Sontak saja membuatku menoleh kearah Devan yang sedang duduk di kursi depan. Kuamati setiap gerak-geriknya. aku ingin tahu bagaimana reaksinya saat melihat Vania. Dan betul dugaanku, dia terus saja memandang Vania.
Setelah mobil mulai jauh dari halte, aku melihat Devan sedikit gelisah. Mungkin dia sedang mengkhawatirkan keadaan Vania yang sebelumnya sakit.
Tak lama kami pun sampai di depan gerbang rumah mewah Devan. Pak Kadir yang bertugas sebagai satpam rumah segera membuka gerbang setelah mendengar bunyi klakson mobil yang kami tumpangi.
Kami bergegas turun dan mengekor dibelakang Devan. Kulihat rumah nampak sepi, hanya ada beberapa asisten rumah tangga yg lalu lalang mengerjakan aktifitasnya. Kedua orang tua Devan sama-sama sibuk. Ayahnya sebagai seorang pengusaha kaya raya dengan perusahaan besar lebih sering berada diluar daripada di rumah. Bahkan sering keluar negeri karena melakukan perjalanan bisnis. Ibu Devan juga seorang pengusaha berlian. Beliau akan pulang dari tokonya saat hari menunjukkan pukul 16:00.
Saat sampai di kamar Devan yang cukup besar, kami meletakkan tas diatas sofa kamar. Kami memang cukup terbiasa dengan kondisi rumah Devan. Mungkin karena kami sering kemari untuk sekedar berkumpul.
"Lu kalo mau maen PS maen aja... gue mau rebahan bentar di sofa", kata Devan santai, sontak membuat Kribo dan Bimo girang dan segera melakukan kegiatan bermainnya.
Aku yang melihat kegirangan mereka hany menggelengkan kepala dan ikut duduk dekat Devan di sofa sama yang berjarak 5 meter dari posisi Kribo dan Bimo.
Kulihat Devan yang tengah sibuk dengan ponselnya membuatku mulai berfikir cara untuk membuatnya mengakui perasaannya ke Vania.
"gimana ya...masa ia gue tanya terus terang, iya kalo dianya mau ngaku, kalo malah emosi kan bisa brabe, secara gengsinya luar biasa. apa iya gue mesti cari kata-kata jebakan dulu biar dia kepancing" batinku dalam hati sambil menjentik-jentikkan jari telunjuk ke pelipisku.
Tanpa kusadari, Devan yang dari tadi memperhatikanku mulai bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya "kenapa lu, bengong mulu"
"ehm....eh enggak kog" jawablu gelagapan karena kaget.
"kesambet baru tau rasa lu" ejek Devan
"hahaha....lu bisa aja Van" jawabku bingung
" eh Van, gue boleh tanya nggak" sambungku lagi
"nggak!!!" jawab Devan spontan
"lu kog gitu sih Van, masa nanya aja nggak boleh"
"terus yang tadi lu ucapin tu menurit lu apa kalo bukan pertanyaan? huuufft....dasar aneh"
kata Devan yang membuatku mati kutu.
"hahaha....iya juga ya kok gue jadi **** gini" jawab Bu cengengesan sambil menggaruk rambut kepalaku yang tidak gatal.
"emang mau tanya apaan" tanya Devan santai
"menurut lo Vania tuh anaknya kayak gimana sih" kataku memulai pertanyaan
"maksud lu, ngapain tanya-tanya tuh anak"
"ya enggak.... gue pengen lebih dekat aja sama dia" jawab ku santai. Sontak membuat Devan kaget dan duduk bangun dari tidurnya.
"maksudnya dekat gimana" tanyanya mulai cemas dan menoleh kearahku.
"gue suka deh sama Vania" ,kalimat singkat yang kuucap mampu membuat kepanikan tersendiri di wajah Devan yang tak mampu dia tutupi. Seketika wajahnya mulai merah seperti menahan emosi dan kemudian menunduk untuk menyembunyikan keterkejutannya.
"kenapa kan lu.... kebanyakan gengsi sih...." batinku sambil tersenyum
"lu kenapa bro" tanyaku yang
membuat Devan buru-buru mengangkat kepalanya karena tersadar akan keberadaanku yang mulai curiga.
"e.. e...nggak papa" jawabnya gugup dan mulai tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya
"jangan bilang lu juga suka sama Vania" tanya aku cepat mulai membuatnya tidak berkutik "lu nggak bisa bohongin gue kan, gue tahu gimana lu, gue kena lu bukan cuma sehari dua hari tapi tahunan bro. mungkin lu bisa nutupin perasaan lu sama mereka" kataku menunjuk Kribo dan Bimo "tapi tidak ke gue"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
**Terimakasih buat like dan votenya
salam sayang selalu💗💗😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Novie Louretta
Devan dan Vania...panggilannya sama "VAN" 😄
2022-01-02
0