Di atas tempat peraduan seorang pria menyingkap selimut. Kelapnya malam menemaninya dari satu wanita ke wanita lain. Tak ada pernikahan dalam kamus hidupnya.
Pernah satu kali ia mengajak wanita menikah, namun dewi keberuntungan tidak berpihak padanya.
Tubuhnya atletis dan rahang tegas yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu menambah kesan gagah penampilannya. Wanita mana yang bisa menolak pesonanya, terkecuali hanya satu orang. Sudah beberapa tahun ini ia tak pernah bertemu lagi. Ada rasa rindu yang tak bisa tersampaikan.
Netranya menatap wanita yang menemani malam panjangnya. Ia bangkit ke kamar mandi. Selesai ritual bersih-bersih langsung pergi meninggalkan wanita yang masih meringkuk di bawah selimut itu.
Malas pulang ke apartemen, ia mendatangi rumah sahabat sekaligus partner bisnisnya. Hari libur sering ia habiskan di sana dari pada menemani para wanita berbelanja, sungguh sangat membosankan.
"Uncle...!" teriak gadis kecil yang hari ini tepat berumur tiga tahun. Kaki mungil itu mendekati sofa tempat di mana Ardiya Tiandra duduk. Lelaki yang bisa menjerat wanita hanya dengan satu kedipan mata.
"Yes honey, come on." Lelaki yang lebih sering disapa Tian itu merentangkan tangan. Membawa Erra Tanisha putri sang sahabat, Erfan dan Hira dalam pangkuannya.
Di belakang gadis kecil itu ada babysitter yang tak berkedip menatap Tian.
"Uncle bawakan Erra hadiah apa?" Tanya Erra, saat berbicara bibir mungil itu sangat menggemaskan.
"Acaranya kan nanti siang, jadi Uncle belum bawakan hadiah." Tangan Tian terulur mengusap rambut bergelombang Erra.
Kepala kecil itu menggeleng dengan bibir cemberut, ditambah mata yang berkaca-kaca. Siapa yang tidak gemas melihatnya.
Erfan sang ayah geleng-geleng kepala melihat tingkah putri kecilnya itu. Aktingnya sungguh menghayati sekali.
"Emang daddy sudah ngasih Erra kado?" Tanya Tian licik, tersenyum miring pada sahabatnya.
"Belum, kata daddy kejutannya nanti pas tiup lilin." Jawab Erra yang baru lancar bicara itu.
"Sama dong. Uncle ngasih kejutan bareng daddy nanti," ujar Tian dengan senyuman menggoda. Anak kecil saja jadi sasarannya.
"Beneran? Uncle pasti nanti bilang lupa. Terus gak jadi ngasih Erra kado," katanya cerewet.
"Siapa sih yang ngajarin, jadi pintar banget." Gemas, Tian menciumi kedua pipi gadis itu.
"Mommy," jawab gadis kecil itu dengan lantang.
Erfan terkekeh kecil, untung mommy-nya lagi sibuk. "Erra temani mommy ya, daddy mau ngobrol sama uncle dulu."
"Yes, Daddy." Erra sambil mengangguk-angguk lucu. Erfan memanggil babysitter untuk menemani putrinya. Ia mengajak Tian ke ruang kerja.
"Gue mau ketemu Ressa, lo sembunyiin dia di mana." Ini bukan yang pertama kalinya Tian meminta Erfan untuk memberitahu keberadaan wanita yang sangat ingin ia nikahi itu.
"Dia ada di sekitar sini, emang gak jodoh aja lo jadi gak pernah ketemu dia." Erfan tersenyum mengejek.
"Lo tega banget bikin gue tersiksa!"
"Tersiksa dari mana? Lo suka pilih mau perempuan mana buat nemenin tidur!" Tukas Erfan geram, tidak sekali dua kali ia memberikan sahabatnya ini wejangan. Tapi selalu saja masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
"Gue mau nikah, tapi cuma sama Ressa." Ungkap Tian, tidak tau apa yang membuat hatinya bersikeras ingin menikah dengan Ressa. Padahal tidak pernah ada hubungan yang terjalin antara mereka, selain bos dan karyawan.
"Kalau beneran mau nikah sikap lo gak gini. Lo berhenti nidurin perempuan. Gue bakal bantu lo dapetin Ressa kalau berhenti jadi pemain wanita."
"Sekarang gue gak bisa, Erfan. Gue butuh mereka untuk menghangatkan ranjang gue."
"Ya sudah, berarti lo gak usah berharap sama Ressa. Dia berhak mendapatkan laki-laki yang baik. Jangan serakah, mau semua wanita." Tegas Erfan, Tian bergeming di tempat, menghela napas dengan gusar. Behenti dalam sekejap itu mustahil untuk dilakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Agustine
deeeh..maksaa/Determined/
2024-11-24
1
YuWie
ternyata begitu kelakuan dady tian.... hmmmm
2022-09-19
1
Zhoushye
Dasar Tian serakah 🤨
2022-04-02
4