"Mommy, pipi tante kenapa merah? Tante kepedesan?" Panik gadis berusia tiga tahun itu melihat pipi blushing Ressa.
Ressa ingin menenggelamkan diri ke dasar sungai amazon saja. Tidak mengertikah wahai kau anak kecil. Dia sedang menyembunyikan malu, malah semakin dipermalukan. Biasakan dia tidak tau malu, kenapa sekarang jadi panas dingin ditatap sang penggetar hati.
"Siapa sih yang ngajarin, jadi pintar banget. Emang gimana wajah orang kepedesan?" Tanya Ressa untuk menetralisir rasa yang tak bisa diajak kerjasama ini.
"Tadi uncle juga nanya gitu. Tante nyontek sama uncle Tian ya. Aku kan memang pintar." Jawab Erra dengan kepercayaan diri selangit. Kedua orang tuanya tak berhenti mentertawakan Ressa yang kikuk salah tingkah karena balita itu.
"Bukan nyontek, Honey. Itu namanya sehati, berarti jodoh. Nah kalau pipi tante yang memerah itu namanya blushing." Jelas Tian sambil mengerling jahil pada wanita yang memelototinya.
"Jodoh, mommy sama daddy berarti jodoh?" Erra bertanya penuh penasaran pada Erfan dan Hira. Keduanya mengiyakan dengan anggukan.
"Hemm, berarti tante sama uncle bisa bikin dedek dong. Kata daddy, mommy mau bikinkan dedek. Jadi dedek Erra ada dua." Lanjutnya bersorak girang sambil menunjukkan jari telunjuk dan tengah.
"Bee, ngajarin anak yang bener!" Hira melotot pada suaminya. Erfan menyengir, "kita bikinin dedek buat Erra yang banyak Sweety."
"Nanti Uncle bikinin dedek buat kamu, Honey." Tian tersenyum penuh kemenangan. Sementara Ressa merengut, tak habis pikir dengan kegilaan Tian anak kecil diajak kerjasama untuk mempermalukan dirinya.
"Yeee, bikinin yang banyak uncle, mommy dan daddy juga bikin yang banyak. Jadi Erra punya banyak teman buat main barbie."
"Sekarang Erra main sama mbak Ina ya, Sayang." Hira memanggil babysitternya. Semakin lama putrinya ini akan berbicara semakin ngawur. Padahal baru lancar bicara, ibu satu anak itu geleng-geleng kepala melihat kecerdasan putrinya.
"Gue pinjam tamunya bentar!" Tian menarik tangan Ressa tanpa persetujuan, bukan izin tapi pemberitahuan. Membawa perempuan itu ke taman samping rumah, mereka duduk di gazebo.
"Lama banget gak ketemu, kangen." Tian membelai lembut pipi Ressa. Dia tipe orang yang pemaksa dan sedikit kurang ajar. Tangannya susah dikendalikan, sejauh ini tidak ada wanita yang menolak sentuhannya.
"Jangan pegang-pegang!" Ketus Ressa, menepis tangan Tian. Mantan bosnya ini rada gangguan jiwa.
"Kalau gak mau di pegang, maunya apa, hm. Peluk?" Tian langsung menarik tubuh Ressa dalam pelukannya tanpa menunggu persetujuan. Bukan Ardiya Tiandra namanya kalau tidak bisa membuat perempuan takluk.
Ressa ingin menolak pelukan Tian, tapi hatinya merasakan nyaman. Menikmati debaran jantung Tian yang terdengar sampai ke telinganya. Sial, hati berkhianat.
Tian tersenyum smirk yang tak dapat dilihat Ressa. "Aku tau kamu nyaman dalam pelukanku."
Ressa mendelik, Tian lagi-lagi berhasil membuatnya malu. Ia mendorong dada lelaki itu, dia harus bisa berpikir jernih. Jangan sampai terbuai oleh pesona lelaki di depannya ini.
"Aku nyari kamu Ressa, kenapa pergi. Aku serius ngajak nikah." Dari sekian banyak perempuan yang menemaninya sepanjang malam, entah kenapa hatinya tertaut pada perempuan di depannya ini.
"Gak ada alasan buat aku tetap tinggal, Tian. Aku sudah kasih jawaban tiga tahun yang lalu. Aku gak bisa nikah sama kamu."
Ressa tersenyum lalu pergi dari hadapan Tian. Seberapa memikatnya lelaki itu, dia harus bisa melawan pesonanya. Ia tak boleh kalah dan lemah menghadapi Tian, lelaki itu sangat berbahaya untuk kesehatan hati dan jantungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
Zhoushye
Erra, love you 🤣
2022-04-02
3