Bab 2

Ketika sudah sampai di Indonesia ...

Lamaran Arya pada Dina berlangsung. 2 hari setelah kepulangan keduanya dari Amerika. Arya berjanji keras, akan menerima Dina apa adanya.

"Kamu yakin, mau menerima Dina apa adanya?" tanya Michael memastikan.

"Insya Allah, Oum. Saya akan selalu setia dan menjadi imam yang baik sebisa mungkin," jawab Arya dengan senyum percaya diri.

Orang tuanya Arya juga ternyata meresmikan hubungan Arya dan Dina. Keduanya pun akan segera melangsungkan pernikahan. Keduanya saling memperkenalkan keluarga dan sifat masing-masing. Ini yang ditanyakan dengan bicara secara empat mata.

Sama seperti Dina, Arya juga anak semata wayang. Ia masih ada orang tua lengkap, dan di rumahnya juga ada neneknya. Neneknya itu adalah ibu dari mamanya Arya. Arya asli dari Jawa, tapi berdarah Sunda. Jangan heran lagi Arya mengerti bahasa Sunda. Meskipun tidak bisa seutuhnya.

Arya punya saudara sepupu yang tinggal di Wonogiri dan Jawa Barat. Di Jawa Barat, saudaranya berada di Subang. Namun tetap saja, kalau ke Subang, Arya lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia jika mengobrol dengan saudara sepupunya.

Di tengah obrolan itu, Arya bertanya pada Dina, "Kamu pernah pacaran nggak?"

"Pernah," jawab Dina singkat.

"Kamu nggak undang mantan kamu di resepsi pernikahan kita nanti?"

"Aku mau. Tapi, jangan deh! Takutnya, istrinya cemburu. Lagipula, dia sama istrinya tinggal di Spanyol. Istrinya asli dari Madrid sana, lho!"

Arya mengangguk paham. Ia kembali bertanya, "Kalau aku undang mantan aku gimana? Boleh, nggak?"

Dina malah tertawa kecil, lalu menjawab dengan santai, "Itu sih terserah kamu. Kalau yakin nggak akan ada hal-hal negatif yang terjadi, ya udahlah. Aku izinkan."

Arya melamun sejenak mendengar jawaban Dina. Nampaknya bagi Arya, Dina adalah perempuan yang sabar dan tabah. Jadi, pasti tak akan ada hal-hal aneh yang terjadi di resepsi pernikahan mereka nanti.

"Aku akan undang dia. Lagian, aku sama dia putusnya baik-baik. Bukan karena diantara kami ada yang selingkuh!" kata Arya membuat keputusan.

"Silahkan aja! Nggak apa-apa, kok. Nanti kamu bisa kasih dukungan ke dia agar dia bisa dapat pengganti kamu dihatinya," balas Dina dengan cerianya.

Arya merasa kalau penilaiannya tak salah. Dina tipe perempuan yang bisa sabar dan tabah. Tawaduk. Ia hanya dingin jika bertemu dengan orang yang asing baginya. Jika bertemu dengan orang yang tak ia kenali.

...***...

Tahap lamaran dan perkenalan lebih jauh sudah dilaksanakan. Tinggal mencari tempat untuk pernikahan nanti. Karena Dina ingin akad nikah di masjid, jadi pertama-tama yang dicari adalah masjid. Baru setelah itu gedung untuk resepsinya.

Itu tugas Arya dengan ayahnya dan dibantu dengan Michael. Sementara tugas Dina dan calon ibu mertuanya mencari butik yang bagus untuk pembuatan baju pengantin. Hingga Dina bercerita, kalau teman SMA-nya yang bernama Karin, punya usaha butik.

"Bagus, dong! Mama antar ya, kasih tahu lokasinya dimana," kata ibunya Arya.

"Nggak jauh dari perumahan tempat Oum Michael tinggal kok, Ma. Naik mobil 5 menit juga udah sampai," balas Dina.

"Ya udah. Yuk, nanti keburu sore. Kita harus segera bikin undangan juga."

Segera saja Dina dan ibunya Arya menuju ke butiknya Karin. Mereka menggunakan mobilnya Dina karena tak jauh dari rumahnya Dina dan pamannya itu yang berada di komplek perumahan.

Benar saja. Waktu yang ditempuh hanya memakan waktu 5 menit jika memakai kendaraan. Segera saja mereka memasuki butik itu. Ramai juga butiknya Karin ini.

Pelayan wanita yang sudah kenal Dina, segera menyambutnya dengan sopan. Ia bertanya apakah Dina mau membuat baju atau bertemu Karin.

"Dua-duanyalah! Tapi, aku butuh bantuan Mbak Karin juga. Ada nggak dia?" tanya Dina sambil melihat-lihat seisi butik itu.

"Ada. Sebentar, saya panggil dulu!" balas pelayan wanita itu kemudian pergi sebentar.

Dina menunggu dengan sabar bersama ibunya Arya. Hingga pelayan tadi kembali bersama wanita yang bernama Karin.

Begitu melihat Dina, keduanya berpelukan melepas rindu. Karena sudah lama tinggal di Amerika dan sudah lama tak memberikan kabar pada Karin. Kemudian Dina memperkenalkan calon ibu mertuanya pada Karin.

"Selamat ya, Din! Doain semoga aku juga cepat dapat jodoh," pinta Karin penuh harap.

Dina tertawa kecil dan membalas, "Amin Ya Allah! Kamunya jangan terlalu sibuk juga disini. Jadi biar nggak terhindar dari cowok terus."

"Kamu ada-ada aja, Din!"

Keduanya tertawa lagi. Ibunya Arya hanya tersenyum melihat kebahagiaan Dina bertemu sahabatnya itu.

Dina pun menjelaskan tujuan utamanya datang ke butiknya bersama ibu Arya. Karin pun mengangguk paham dan bersedia membantu. Dan ia akan dibawa Dina ke rumahnya Arya di Jakarta untuk mengukur tubuhnya Arya sebelum membuat baju pengantin prianya nanti.

Karin bersedia ke sana untuk itu. Ia pun memanggil asistennya untuk mencatat ukuran baju yang akan dibuat untuk Dina dan ibu Arya. Dan pengukuran badan untuk bajunya Michael akan diukur di rumahnya Arya nanti. Karena ia masih sibuk bersama Arya dan ayahnya mencari gedung untuk resepsi dan masjid untuk akadnya.

...***...

Ternyata masjid sudah ditemukan untuk akad nikah. Bagus, cukup luas, dan besar. Menyewanya pun tidak terlalu mahal. Masih cukup jika dibayar uang muka dan uang cash. Jadi sekarang tinggal mencari gedung resepsi, catering, dan pembuatan undangan.

"Gimana kalau hotel ini, Ya? Bagus dan bersih lagi," kata Michael memberikan tawaran.

Arya dan ayahnya memperhatikan gedung hotel itu. Nampaknya ini hotel bintang lima, jadi pasti harga sewanya mahal.

"Dek Michael! Ini kayaknya kemahalan deh sewaannya," ayah Arya sedikit ragu. Dan ada rasa menolak tawaran Michael tadi.

"Iya sih mahal. Disewa buat yang nikah disini pun cuman beberapa kali. Nggak terlalu sering banget."

"Ya udah, cari aja yang lain!" Arya buat keputusan.

Tawaran Michael tak diterima. Tapi Michael tidak marah. Ketiganya kembali mencari gedung. Sampai mereka menemukan hotel lagi. Memang tak sebesar hotel sebelumnya. Tapi tempatnya bagus, tak kalah mewah dan bersih juga dengan hotel sebelumnya.

"Yang ini gimana, Pak? Kalau nggak terlalu gede kayak gini sih pasti murah," tawar Michael.

Ayah Arya berpikir sejenak. Ia bertanya juga pada Arya, "Gimana, Arya? Kamu setuju?"

Arya dengan santai menjawab, "Terserah Papa-Mama aja, deh. Arya mah ikut aja."

"Papa, Mama sama Dina pasti setuju pakai hotel yang ini. Ini lumayanlah."

Sudah diputuskan, hotel ini yang akan digunakan untuk resepsi pernikahan. Lagipula Dina juga minta kalau tempat resepsinya nanti tidak perlu di tempat yang mewah-mewah juga. Sekarang pemberitahuan dulu pada Dina dan ibunya Arya untuk tempat resepsi.

Untungnya setuju juga Dina dan ibunya Arya. Waktunya sekarang menemui pemilik hotel untuk minta izin menggunakan hotel ini sebagai tempat acara pernikahan. Baru kemudian mencari catering dan membuat undangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!