Kini kebahagiaan datang untuk Arya dan Dina. Arya memilih tinggal dengan istrinya di Bandung, meskipun satu rumah dengan pamannya Dina. Wajar saja, hanya ini satu-satunya rumah tempat Dina tinggal sejak dulu.
Malam pertama sudah dilakukan di keesokan harinya setelah hari pernikahan. Sekarang tinggal tunggu saja hasilnya. Hasilnya mendapatkan momongan bagi keduanya. Cucu untuk mendiang kedua orang tuanya Dina.
...***...
Suatu pagi di hari Arya masih cuti nikah dari kerjanya, Arya melihat ke meja makan kalau sarapan sudah disediakan. Sarapannya nasi goreng yang dibuat oleh Dina dan Bi Una, pembantu Dina dan Michael sejak Dina masih punya orang tua.
"Selamat pagi, Sayang!" seru Dina menyapa Arya dengan manjanya.
Arya hanya tersenyum biasa. Maklum saja karena ia masih mengantuk, setelah bangun dari tidurnya setelah sholat subuh tadi. Ia segera ke meja makan untuk sarapan. Tapi sebelumnya, tentu ia minum segelas air putih hangat dulu.
"Oum Michael kemana?" tanya Arya dengan suara lemas karena tenaganya masih belum pulih.
"Ada di depan. Aku panggil dulu, ya!" jawab Dina. Wanita berhijab itu pun meninggalkan suaminya untuk menyusul pamannya.
Arya langsung melahap nasi gorengnya, meskipun masih juga menguap lebar-lebar mulutnya. Tapi ia tak peduli. Justru dengan langsung melahap sarapannya, ia berharap semoga kantuk ini segera hilang.
Dina dan Michael datang ke ruang makan. Mereka sedikit terkejut karena Arya sudah mulai makan dengan lahapnya, bahkan terlihat nasi goreng di piringnya tinggal sedikit lagi mau habis. Harusnya, Arya menunggu dulu Dina dan Michael karena mau makan bersama.
"Aku masih ngantuk, Sayang! Semoga aja, dengan makan secepatnya, kantuk aku segera hilang," kata Arya sambil mengunyah sarapannya.
Mendengar alasan itu, Dina menggeleng kepalanya karena sambil tersenyum. Ia pun mengalah suaminya seperti itu, malah makan duluan tanpa menunggu istri dan pamannya terlebih dahulu.
"Ya udahlah, nggak apa-apa. Aku makan sama Oum Michael aja," balas Dina pasrah.
"Maaf ya, Sayang! Masih ada hari besok kok untuk sarapan bersamanya."
"Iya deh, iya."
Dina pun sarapan dengan Michael. Sementara Arya yang merasa tenaganya sudah sedikit meninggi karena sarapan cepat, memilih untuk meminum kopi susu hangat yang sudah disediakan istrinya, di teras rumah sambil menikmati pagi yang sejuk ini.
...***...
Malam harinya, Arya dan Dina melakukan hubungan suami-istri pada umumnya. Namun, hubungan yang biasa saja. Tidak terlalu mesra memang, biasa saja. Tapi, tetap hubungan mereka harmonis, layaknya suami-istri pada umumnya.
Di tengah praktek itu, Arya bertanya, "Sayang! Kalau kamu udah hamil, kamu mau anak pertama kita cewek atau cowok?"
"Mmm..." Dina berlagak seperti orang yang berpikir cukup keras, sambil melihat langit-langit kamar.
Sampai akhirnya Dina menjawab, "Cowok dulu sih. Tapi kalau dari Allah cewek, ya udah. Yang terbaik itu datang dari-Nya. Iya, 'kan?"
"Iyalah. Aku juga sih maunya cewek dulu. Tapi kalau dikasihnya cowok dulu, ya udah. Aku terima dengan senang hati."
"Nanti mirip siapa ya anak kita, Mas?"
"Mirip Ariel Noah. Ya mirip aku atau kamulah! Ada-ada aja pertanyaannya."
"Ikh, lebih mending soal kayak gitulah! Daripada soal matematika, lebih susah. Hayo, pilih mana? Soal matematika atau soal aku yang tadi?"
"Soal matematika ajalah. Biar sulit, asal menjebaknya serius."
"Idiiih, soal menjebak yang serius gitu sih, yang ada bikin otak stress hebat, tahu!"
"Iya juga, ya."
"Hadeeeeuh, kok jadi plin-plan, Mas Arya!"
"Biar bisa bercanda sama kamu, tempe!"
"Tahu-lah. Masa tempe?!"
"Abisnya, tahu 'kan udah kamu pakai tadi. Ya udah aku pakai tempe."
Arya dan Dina saling tertawa mesra. Keduanya semakin lengket. Sampai keduanya terlihat dan terdengar oleh Michael dari luar kamar mereka. Kebetulan pintu kamar keduanya terbuka sedikit.
Ada rasa iseng sedikit, Michael mengintip apa yang keponakannya lakukan bersama suaminya. Ia ikut tertawa gembira melihat keponakannya itu sudah ada pendamping sejatinya. Ikut bahagia senang melihat Dina sudah ada imam yang pass untuk hidupnya.
Tapi untungnya tak mau lama-lama Michael memperhatikan keduanya. Tak hanya karena takut ketahuan, tapi juga karena merasa tak sopan ia intip keponakannya melakukan itu dengan suaminya. Akhirnya, Michael memutuskan untuk pergi menuju kamarnya sendiri di sebelah kamarnya Dina dan Arya.
...°°°...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments