Di New York ...
Arya sudah 1 tahun disini. Ia tinggal di sebuah apartemen yang telah di sewakan dari Arya belum lulus SMA di Bandung. Cukup mewah memang. Hanya saja, tetap bagi Arya lebih enak punya rumah sendiri.
Arya pun ke kampus dengan menaiki bus. Ia bertemu dengan temannya di bus. Namanya adalah Roud. Ia asli dari New York, dan tahu kalau Arya ini orang Indonesia. Arya tentu bicara memakai bahasa Inggris dengannya. Dan Roud malah sering diajarkan bahasa Indonesia.
"It just so happened that we went together (kebetulan sekali kita pergi bersama-sama)," kata Roud yang duduk di sebelah kirinya Arya.
"Yes. Ooh, have you had breakfast? I happened to bring two sandwiches (Ya. Oh, apa kau sudah sarapan? Kebetulan aku membawa dua sandwich)," balas Arya, sambil menunjukkan tempat bekal makanannya.
"Good! I was in a hurry earlier, *M*an! So no time for breakfast. Good thing you brought two (Bagus! Aku tadi buru-buru, Bung! Jadi tak sempat sarapan. Untungnya kau bawa dua)."
Ternyata, Arya juga belum sempat sarapan. Akhirnya, ia dan Roud sarapan bersamaan di bus. Masih lama waktu yang dibutuhkan untuk menuju ke kampus. Indahnya suasana New York yang sedang menghadapi musim semi. Bunga dimana-mana bermekaran dengan indah.
Sarapan habis saat bus berhenti di depan kampus. Arya dan Roud membayar ongkos bus dan turun dari bus. Segeralah mereka menuju ke dalam kampus.
Akan tetapi mungkin karena berjalan sambil terlalu asyik mengobrol dan bercanda tawa, Arya dan Roud menabrak seseorang. Yang mereka tabrak adalah seorang gadis, dan ia memakai jilbab. Entah dari negara mana.
Sampai saat tabrakan terjadi itu, buku-buku yang dibawa oleh gadis berjilbab itu berjatuhan. Arya pun meminta maaf dan membantu gadis itu mengambil buku yang jatuh itu.
Gadis itu sedikit kesal dan mengeluh dengan bahasa Inggris, "The road only uses feet. But also use the eyes. Don't just talk and laugh about it! (jalan itu tak hanya pakai kaki. Tapi juga pakai mata. Jangan hanya ngobrol dan tertawa makanya!)".
"Yes. Once again we apologize! Don't be angry anymore! (Iya. Sekali lagi kami minta maaf! Jangan marah-marah lagi!)" balas Arya dengan sungguh-sungguh.
Gadis yang terlihat berkacamata itupun memaafkan, kemudian pergi meninggalkan Arya dan Roud.
Melihat gadis itu pergi dengan jalan khas orang yang kesal dan marah, Arya jadi ikut kesal juga, "Base! Hijabers but grumpy! Plus a bitchy face (Dasar! Berhijab tapi galak! Ditambah judes wajahnya)."
"Come on, Arya! Next time we have to be careful walking! (Sudahlah, Arya! Lain kali kita harus hati-hati kalau jalan!)" Roud menenangkan Arya.
Arya pun mengikuti apa yang Roud katakan barusan. Keduanya pun segera pergi dari tempat itu dan menuju ke kelas.
...***...
Saat pulang, Arya pulang sendiri. Road ada urusan dengan teman kelas sebelah. Jadi, Arya sudah izin pada Road kalau dia akan pulang duluan. Tak ada tugas hari ini, karena itu Arya memilih santai sejenak di taman sebelah gedung kampusnya.
Ketika ia duduk di kursi besi taman untuk para pengunjung taman dekat air mancur, tiba-tiba Arya melihat ada seorang gadis berkacamata. Kalau diperhatikan baik-baik dia mengenakan hijab. Dan hijabnya, mirip dengan hijab yang dipakai gadis yang ia tabrak bersama Road tadi pagi.
Penasaran apakah gadis muslimah itu asli Indonesia atau dari negara Islam lain (mungkin muslimah Brunei, Malaysia, atau dataran Timur Tengah), Arya pun menutup buku yang baru saja akan ia baca. Ia masukan lagi ke dalam tasnya dan mendekati gadis itu.
Merasa kalau gadis ini benar-benar orang Indonesia, Arya mulai bicara dengan bahasa Indonesia, "Kamu, asli Indonesia?"
Gadis itu sedikit terkejut. Dan mengalihkan pandangannya yang semula serius membaca bukunya, jadi pada Arya. Karena Arya bicara bahasa Indonesia, gadis itu menjawab ternyata dengan bahasa yang sama, "I...iya. Aku orang Indonesia. Kamu juga?"
"Iya, aku juga dari sana. Asal Indonesia-nya darimana? Aku asli Jakarta."
"Aku dari Bandung. Salam kenal, ya!"
"Iya. Aku Arya Kamandanu Ramadhan. Panggilannya Arya. Kamu siapa?"
"Aku Pramudina Shifa. Panggil aku Dina."
Arya dan gadis yang bernama Dina itu jadi mengobrol cukup lama. Ditambah dengan kisah Arya yang menabraknya tadi pagi bersama Road. Ia juga meminta maaf padanya karena sudah menghina Dina judes.
Namun, Dina tidak marah. Ia justru tertawa kecil karena sudah biasa dibilang begitu. Itupun karena dirinya masih asing untuk orang-orang sekitar. Hanya saja, ia punya dua sahabat asli Amerika ini, karena keduanya pernah ke Indonesia.
"Mereka kemana sekarang?" tanya Arya.
"Mereka udah pulang. Aku cuman masih mau disini," jawab Dina santai dengan senyum.
Arya mengangguk paham. Setelah memperhatikan Dina baik-baik, terlihat ia baik dan cantik juga. Lihat senyumannya ketika melihat kembali buku yang dibacanya itu, membuat Arya nampaknya semakin terpana dengan kecantikan Dina.
Namun, Dina tiba-tiba merapikan bukunya dan pamit untuk pulang. Sebelum pergi sangat jauh, Arya memanggil gadis itu dan menanyakan dimanakah rumahnya Dina selama ia tinggal di New York itu.
"Rumahku ada di pemukiman. Ke arah timur dari kampus," jawabnya sambil menunjuk ke arah timur kampus.
"Boleh aku datang kesana kapan-kapan?" tanya Arya lagi dengan sedikit tak sabar.
"Bo...boleh aja. Aku tunggu kapanpun kamu datang."
"Okey. Hati-hati, ya!"
Dina pun pamit dengan ucapan salam pada Arya. Arya melambaikan tangan pada Dina sambil membalas ucapan salamnya Dina. Dan ia lihat gadis itu pergi menjauh dibawa sebuah mobil taksi.
Sekarang giliran Arya yang harus ke halte, tak jauh dari taman kampus. Ia menunggu bus yang menuju ke apartemennya. Tak lama kemudian datanglah bus itu. Tanpa berlama-lama lagi, Arya naik ke dalam bus itu dan mencari tempat duduk yang kosong.
Di tempat duduknya itu, Arya berbicara dalam hati, 'Pokoknya, aku harus dapatkan hatinya Dina. Setelah lulus nanti, aku harus nikahin dia!'
...***...
Beberapa bulan kemudian ...
Dina dan Arya lulus kuliah. Mereka dapat prestasi di kampus mereka. Sejak perkenalan hari itu, Dina dan Arya semakin rapat dan dekat. Nempel terus seperti lem dengan kertas. Arya menepati janjinya, terkadang ia main ke rumahnya Dina.
Tapi tak jarang juga Dina main ke apartemennya Arya. Arya jadi mengutarakan perasaannya pada Dina. Dan Dina ingin segera membicarakan hal ini dengan pamannya di Indonesia, Oum Michael.
Dina tinggal dengan pamannya sejak kecil. Ia sudah tak punya orang tua. Ibu dan ayahnya sudah meninggal dunia. Jadi yang mengurusnya harus pamannya. Nenek-kakek pun sudah tiada. Paman Michael ini adalah adik dari ayahnya Dina.
Dina juga anak tunggal. Tak punya kakak atau adik, semata wayang. Di tambah lagi pamannya sudah usia 30 tahun lebih tapi masih bujangan. Belum menikah sama sekali. Tapi orangnya baik dan ikhlas mengurus Dina.
Meskipun kaya, tapi kerja pamannya Dina adalah sebagai pelayan sebuah kafe di pusat kota. Perginya selalu dengan motornya. Dan saat masih kuliah di Indonesia, Dina selalu diantar pergi dengan motornya.
Butuh waktu 4 hari untuk Dina dan Arya untuk sampai ke Indonesia. Mereka pergi dari bandara Soekarno-Hatta. Dan pulang pun haruslah bandara Soekarno-Hatta juga. Belum lagi naik kereta api dari Tangerang ke Bandung.
...°°°...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Ova
kek d translate pake google y thooor
2023-02-20
1