Sebelum mereka melangkah jauh dari tempat tadi datanglah pak Tono, satpam yang berada di depan gerbang tadi.
"Maaf Nyonya, ini ada yang ingin ketemu sama Nyonya," kata pak Tono.
"Siapa ya?" tanya Rita.
"Saya Mina Marlina Nyonya. Pembantu dari penyediaan pembantu profesional," kata Mina dengan senyum canggung.
Rita dan bi Imah seketika langsung menoleh ke arah Dilla. Dilla yang tidak tau situasi hanya bisa celingak-celingukan saja.
"Lalu?" tanya Rita lagi.
"Maaf atas keterlambatan saya Nyonya. Tadi ada hal yang harus diurus dulu. Saya janji jika ke depan saya tidak akan mengulangi lagi," sesal Mina.
'Jadi ini pembantu yang sebenarnya yang mau direkrut. Gimana ini, masak belum kerja sehari sudah mau dipecat saja. Adik tidak ridho bang.'
Bi Imah yang ingin menjawab langsung dihentikan oleh Rita.
"Kamu tau jam berapa sekarang?" tanya Rita.
"Emm tau Nyonya," dengan sedikit gugup Mina mencoba menjawab dengan lancar.
'Coba saja semalam aku tidak bergadang buat nonton drama korea. Pasti tidak akan telat bangun. Alamat ini bisa dipecat sebelum gajian, padahal kan lumayan uangnya bisa buat beli tiket ke korea. Lihat Oppa Oppa tampan, hufff...,' batin Mina sambil mendumel menyalahkan diri sendiri karena kesiangan bangun.
Dilla yang mendengar percakapan itu, hati dia jadi dag dig dug menunggu keputusan calon Nyonyanya.
"Jam berapa janjian datang ke sini?" tanya Rita lagi.
"Jam tujuh Nyonya."
"Ini sudah jam berapa?"
"Jam dua belas lewat Nyonya," jawab Mina sambil melihat jam di pergelangan tangan.
"Sekarang kamu pulang saja. Saya tidak suka sama orang yang tidak telaten. Di sini sudah ada yang bisa gantikan kamu," ujar Rita sambil melirik Dilla yang di samping bi Imah.
Mina yang melihat sang calon Nyonya melirik ke arah seorang, dia juga ikutan melihat.
'siapa dia? apa dia yang bakal gantikan aku kerja di sini ya.'
'Alhamdulillah tidak jadi dipecat. Paman, bibi, Dilla tidak jadi dipecat. Dilla akhirnya dapat kerja. Untung saja itu calon pembantu telat datang. Maafkan Dilla ya Mbak. Dilla juga butuh kerja. Dilla butuh uang,' batin Dilla karena merasa beruntung tadi dia sempat mampir ke rumah ini.
'Tak apalah sekali-kali senang di atas derita orang lain. Salah sendiri telat datang, rejeki seperti ini mana mungkin aku tolak.'
Dilla tetap diam melihat sang Nyonya yang mulai marah.
"Tapi Nyonya...," Mina mau membantah agar tidak dipecat.
"Tidak ada tapi-tapian, sekarang kamu bawa tas kamu dan keluar dari rumah ini. Pak Tono, bawa orang ini keluar, jangan biarkan dia masuk lagi. Saya tidak mau ada orang asing di sini," suruh Rita kepada pak Tono.
Pak Tono segera membawa Mina keluar dari rumah. Mina yang memang merasa dia yang bersalah maka dia keluar tanpa protes lagi.
'Bye bye Oppa Oppa tampan. Sepertinya kita tunda dulu jumpa ya. Jangan rindu Mina dulu. Mina belum ada uang buat ke sana.'
Mina meratapi nasib dia yang gagal ketemu Oppa Oppa Korea.
Beberapa saat kemudian setelah pak Tono dan Mina keluar, Rita kembali memfokuskan diri pada Dilla.
"Kamu kerja yang benar. Saya tidak mau tau, pokoknya tidak boleh ada kekurangan sedikit pun," ujar Rita memperingati.
'Saya hanya manusia biasa Nyonya. Banyak kekurangan tidak ada kelebihan.'
"Iya Nyonya, saya akan melakukan semuanya semampu saya. Terima kasih banyak atas kesempatan yang telah Nyonya berikan kepada saya," ujar Dilla sopan.
"Hem."
Rita mengangguk kepala sekilas, kemudian dia segera pergi ke lantai atas. Rita mau menemui anaknya. Setelah kepergian Nyonya Rita, bi Imah langsung melihat ke arah Dilla.
"Jadi kamu bukan pembantu dari tempat penyediaan pembantu profesional itu?" tanya bi Imah.
"Bukan Bi," jawab Dilla sambil geleng-geleng kepala.
Tangan Dilla dari tadi masih memengang perlengkapan pembersihan. Bi Imah melihat Dilla dari atas sampai bawah, maksudnya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
"Sudah ayo kita ke dapur bantu Bi Imah bersih-bersih. Untung kerjamu bagus, jadi bisa di terima kamu. Coba kalau kamu ceroboh dan tidak telaten, sudah dipecat tadi, digantikan sama yang pembantu tadi," nyerocos bi Imah.
"Iya Bi, terima kasih," ucap Dilla sambil tersenyum manis ke arah bi Imah.
"Kalau gitu saya duluan ya Bi. Mau bereskan barang ini dulu," pamit Dilla.
"Iya."
Bi Imah dan Dilla melanjutkan pekerjaan mereka.
Tugas utama Dilla di rumah ini adalah membersihkan ruangan yang ada di rumah besar ini. Walaupun rumahnya besar, sang Nyonya tidak suka banyak orang di rumah. Bukan karena pelit, tetapi kurang nyaman saja. Walaupun pekerjaan Dilla banyak tapi sesuai dengan gaji yang akan ia terima.
Pekerja di rumah itu ada beberapa orang. Pertama ada bi Imah yang bertugas mengurus dapur dan belanja. Kedua ada pak Tono sebagai satpam yang menjaga gerbang dan keamanan rumah. Ketiga ada pak Kasmin sebagai tukang kebun yang berusia sekitar 40 tahun. Kemudian ada Mbak Sinta sebagai baby sitter yang merawat kedua tuan muda.
Dengan Dilla di sana sekarang, maka yang bekerja di rumah tersebut sudah ada lima pekerja.
***
Setelah selesai menyimpan perlengkapan bersih-bersih, Dilla segera pergi ke dapur.
"Bi apa yang bisa Dilla bantu?" tanya Dilla.
"Memang tugas kamu sudah selesai," ujar bi Imah sambil mencuci tangan.
"Udah Bi," jawab Dilla.
"Kalau sudah sini bantu Bi Imah masak. Kamu cuci sayur dulu, sebentar lagi sudah waktunya makan siang."
"Baik Bi," jawab Dilla dengan senang hati melakukannya.
"Ternyata kamu pandai juga ya bersihkan sayurnya," puji bi Imah.
"Terima kasih Bi atas pujiannya. Di kampung Dilla biasanya juga sering bantu paman dan bibi. Jadi soal memasak sering Dilla yang urus," kata Dilla.
"Jadi kamu bisa masak juga ya?"
"Bisa Bi, Dilla bisa masak bebebepa jenis makanan dan juga kue."
"Kalau gitu sini kamu bantuin Bi Imah masak. Biar Bi imah yang siapkan bahan makanan yang lain."
"Baik Bi."
Akhirnya sejam kemudian makan siang sudah siap disajikan di atas meja.
Di rumah ini makanan majikan sama pembantu makanannya sama. Makan juga di waktu yang sama. Bedanya, majikan dan pembantu memiliki meja tersendiri. Para pembantu makanan disajikan di meja makan dekat dapur tanpa harus menunggu majikan selesai makan terlebih dahulu. Sedangkan majikan di meja khusus.
Para pembantu di sini bagaikan keluarga sendiri. Tidak pernah membeda-bedakan, hanya Sinta saja sifatnya yang sedikit judes. Setelah selesai makan Dilla juga ikut membantu membereskan piring yang kotor.
"Aduh Dilla biar Bibi aja yang bersihkan, sekarang kamu istirahat saja. Tadi kamu juga sudah membantu Bi Imah," kata bi Imah tidak enak.
"Tidak apa-apa Bi, Dilla senang membantu. Lagian Dilla masih muda, masih banyak tenaga," Dilla mengabaikan bi Imah dan melanjutkan mencuci piring yang kotor.
"Senangnya jika punya teman kerja seperti kamu Dilla. Bi Imah jadi ada kawan di sini. Walaupun si Sinta lebih lama di sini, tapi dia tidak pernah mau bantu Bi Imah," curhat bi Imah.
Dilla hanya tersenyum menangkapi bi Imah yang mulai mode curhat.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Bu Neng
lagi baca maraton nih...salam kenal Thor...
2023-11-25
0
Kookibill
baca tahun 2020, baca lg 2023 krnaa SERUUUUU
2023-07-13
0
Laela Ismiyatin
Lebih tertata kalimatnya, good
2022-02-15
0