Setelah menarik selimut untuk Rio, Dilla ingin segera keluar dari kamar anak majikannya tersebut, tetapi saat dia ingin keluar ada seseorang yang memperhatikan dan memelototi Dilla dengan tajam.
Di depan pintu kamar ada Reza Suherman cucu pertama dari Aditya Suherman dan Rita Suherman. Usia Reza sudah berusia 6,5 tahun dan sedang sekolah di TK. Dengan pakaian seragam TK yang masih melekat di tubuh Reza, Reza ingin melihat Adiknya Rio terlebih dahulu sebelum ganti baju, Adik yang sangat ia sayangi.
Setelah berapa saat melihat Dilla dengan lekat, Reza menghampiri Adiknya. Dilla segera menggeserkan badannya dari kasur yang ditempati Rio digantikan sama Reza.
"Baru pulang Tuan Muda?" tanya Dilla dengan tersenyum ramah.
Reza yang telah duduk di pinggir kasur adiknya melihat ke arah Dilla lagi.
"Hem," guman Reza.
Setelah itu Reza melihat ke arah Rio lagi, serta memegang tangan adiknya yang sedang tidur terlelap.
'Sabar sabar, ingat ini cucu Majikan ya,' batin Dilla sambil mengelus dadanya.
Reza sebenarnya anak yang periang dan manja dengan keluarga dan orang lainnya. Semua itu dulu, sebelum meninggalnya sang ibu. Setelah sang ibu meninggal, Reza semakin pendiam dan cuek dengan keadaan sekitar.
Ibu Reza dan Rio bernama Riana, Riana sudah meninggal. Pada suatu malam setelah menghadiri sebuah pesta, Riana yang sedang hamil 8 bulan beserta suaminya pulang di malam badai. Saat itu Reza tidak ikut mereka karena sedang pergi bersama sang nenek. Cuaca yang tidak mendukung membuat jarak pandang mengemudi tidak bagus, angin beserta petir yang begitu kencang dan juga menggelenggar.
Hingga pada sebuah tikungan mobil yang di kendarai Riana beserta suami hilang kendali dan mengalami kecelakaan. Untung pada saat itu ada pengemudi lain yang lewat, mereka langsung dilarikan ke rumah sakit.
Beberapa Perawat dan Dokter segera membawa mereka ke ruang UGD. Namun sayang Riana meninggal setelah melahirkan Rio karena pendarahan yang hebat, sedangkan suaminya bisa selamat. Sejak kejadian itu semula rumah yang hangat mulai terasa dingin setelah kehilangan sang mentari. Reza yang suka bicara pun menjadi pendiam sampai saat ini.
"Kalau begitu saya pamit dulu ya Tuan Muda, saya permisi dulu," pamit Dilla.
Walaupun masih muda, Dilla harus menghormati Reza, karena Reza merupakan tuan dari rumah ini.
"Hem," sahut Reza.
Reza yang masih memegang tangan sang adik menyahut tanpa menoleh sedikitpun ke arah Dilla.
Setelah mendapatkan sahutan dari yuan mudanya, Dilla segera keluar dari ruangan tersebut dan tidak lupa menutup pintunya kembali. Di depan pintu kamar Rio, Dilla berpapasan dengan Rita yang juga mau ke kamar Rio.
"Nyonya," sapa Dilla.
"Kamu habis dari kamar Rio?" tanya Rita basa basi.
Karena tadi Rita melihat Dilla yang keluar dari kamar Rio.
"Iya Nyonya."
"Bagaimana dengan Rio."
"Dia sedang tertidur lelap Nyonya."
"Kenapa kamu yang mengantar Rio, kenapa bukan Sinta?" tanya Rita lagi.
"Kebetulan tadi Tuan Muda Rio tidur dalam dekapan Dilla Nyonya. Jadi Dilla memutuskan biar Dilla saja yang mengantarkan Tuan Muda Rio. Takutnya nanti Tuan Muda Rio terganggu dan bangun karena pindah tangan," jelas Dilla.
"Sekarang Sinta di mana?"
"Tadi dia bilang mau ke kamar Nyonya."
"Panggil dia kemari, dia saya bayar buat jagain cucu saya, bukan mendekam di kamar saja."
"Baik Nyonya, akan segera Dilla sampaikan."
Setelahnya Rita segera masuk ke kamar cucunya.
"Reza kenapa tidak ganti baju dulu sayang," ujar Rita.
"Reza kangen adik Rio, Nek."
Rita hanya bisa tersenyum perih melihat kondisi cucunya.
"Kan setelah mandi dan ganti baju bisa lihat adiknya."
Reza hanya diam saja mendengar omongan sang neneknya. Rita merasa sedih melihat cucunya begini.
'Coba Nak kamu masih hidup, semua tidak akan sedih seperti ini.'
Tak terasa ada setitik air mata yang keluar dari mata Rita. Rita segera menghapus air mata supaya tidak dilihat oleh Reza.
"Sekarang Reza mandi dulu ya. Setelah itu ganti baju, terus makan. Nanti baru main sama A
adiknya ya," kata Rita dengan halus dan lembut dan tak lupa sebuah senyuman yang bertengger di bibirnya.
Reza yang mendengar Rita berkata demikian langsung mengangguk-angguk kepalanya. Reza sebelum pergi mencium dulu kening Rio dulu, baru setelah itu Reza keluar dari kamar Rio menuju ke kamar sendiri.
Setelah Reza keluar, Rita membenarkan kembali selimut yang dikenakan oleh Rio. Rita mengelus kepala Rio dengan lembut, agar Rio tidak terganggu dan terbangun.
Setelah merasa cukup untuk melihat cucunya yang sedang tidur dengan damai, Rita segera keluar kamar sang cucu dan tak lupa menutup pintunya dengan pelan.
***
Dilla segera menuju ke kamar Sinta sesuai perintah Majikannya.
Tok tok tok.
Dilla mengetok pintu kamar Sinta.
"Permisi Mbak Sinta," panggil Dilla.
Sinta bangun dan segera membuka pintu kamarnya.
"Iya, ada apa."
"Itu Mbak Sinta, Mbak di suruh Nyonya untuk menemani Rio. Dilla hanya ingin menyampaikan itu saja, Dilla pamit ya."
Dilla buru buru pergi dari sana, karena dari wajah Sinta, dia merasa sangat terganggu.
***
Setelah Rita dari kamar Rio, Rita langsung menuju ke ruang makan.
"Bi apa semua makanannya sudah siap?" tanya Rita.
"Sudah Nyonya, semua sudah Bi Imah siapkan," sahut bi Imah.
"Kalau begitu tolong panggilkan Reza ya Bi."
"Iya Nyonya, siap laksanakan."
Rita hanya tersenyum dengan tingkah bi Imah. Rita tau bi Imah melakukan itu agar suasana di rumah ini tidak terlalu dingin lagi.
Baru beberapa langkah Bi Imah jalan sudah terlihat Reza yang turun dari tangga.
"Tuan Muda sudah di sini ternyata, baru aja Bi Imah mau nyusul Tuan Muda ke atas. Ayo Tuan Muda, silahkan duduk," kata bi Imah sambil menarik kursi untuk yuan mudanya.
"Kalau gitu saya ke belakang dulu ya Nyonya."
"Iya Bi, jangan lupa yang lain juga diajak makan siang ya."
"Iya Nyonya beres. Kalau ada Bi Imah semua pasti beres."
Bi Imah setelah berkata demikian langsung ke dapur dan mengajak yang lain untuk makan siang.
Rita menuangkan nasi ke atas piring Reza.
"Reza mau lauk apa sayang."
"Reza mau ayam."
"Ini Nenek ambilkan, ini juga Nenek kasih sayur ya biar badan kita sehat dan kuat."
Rita selalu memperhatikan gizi untuk cucunya. Reza membalasnya dengan menganggukkan kepala.
"Sudah siap Nenek tarok lauk pauknya, sekarang Reza bisa mulai makannya."
Saat sedang lagi menikmati makan siang Rita dan Reza mendengar suara tangis Rio yang kencang dari lantai dua.
"Uwahhh... uwahhh... uwahhh...."
Tangisan Rio kali ini lebih kencang dari tadi, bahkan tangisan dari lantai dua bisa terdengar ke lantai satu.
Mereka langsung meletakkan perlengkapan makannya yang baru di santap setengah. Langsung saja Rita dan Reza menuju ke kamar Rio yang berada diatas.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Anonymous
anaknya 3 atau 2 ya?
2021-11-26
0
snowee_heree
sabar ya kalian, bpknya ngk akan muncul dulu berdasarkan apa yng gw pernah baca tapi ngk sambung lagi:( betewe gw baca ampe bpknya diangkat ama Dilla klo ngk slh sih
2021-06-29
0
Kulita
bagus ceritanya
2021-05-18
0