Nanny And Duda
Pada sebuah jalan, terlihat seorang gadis muda yang usia dia sekitar sembilan belas tahunan. Dari penampilan dia, dia kelihatan baru datang dari kampung ke kota untuk mencari pekerjaan. Dia melamar dari sebuah rumah ke rumah yang lain. Nama dia adalah Nadilla Putri yang biasa disapa dengan sebutan Dilla.
Dilla dengan pakaian yang lusuh dan berbekal sebuah tas kecil yang berada di tangan mencoba mengadu nasib di kota. Di kampung halaman hanya terdapat pekerjaan kasar dan cukup memakan tenaga dengan gaji yang tidak seberapa. Oleh karena itu, Dilla lebih memilih mencoba mencari pekerjaan di kota.
Dilla hanyalah anak yatim piatu yang dirawat oleh paman dan bibi dari pihak sang ayah. Dilla yang sejak berusia lima tahun sudah dirawat oleh paman dan bibi. Saat Dilla masih berusia lima tahun dia kehilangan kedua orang tua. Orang tua Dilla meninggal karena mengalami sebuah kecelakaan bus.
Pada saat kecelakaan berlangsung, Dilla tidak ikut kedua orang tua karena dia dititipkan sama paman dan bibi. Orang tua Dilla menitipkan Dilla karena Dilla lagi demam, sehingga tidak memungkinkan untuk membawa Dilla serta. Orang tua Dilla langsung meninggal di tempat bersama dengan penumpang yang lain. Ada juga beberapa orang yang masih selamat tapi terluka cukup parah.
Paman dan bibi Dilla yang pada saat itu juga belum dikarunia seorang anak pun. Sehingga mereka tidak merasa keberatan dengan ada Dilla di dalam keluarga kecil mereka. Mereka dengan sepenuh hati menjaga dan merawat Dilla. Kebetulan juga hanya mereka sanak saudara dari orang tua Dilla.
Orang tua Dilla bukanlah orang yang berada, sehingga mereka tidak meninggalkan banyak warisan untuk masa depan Dilla. Mereka hanya mempunyai beberapa gram emas. Emas-emas tersebut sudah dipakai untuk pemakaman orang tua Dilla dan juga biaya masuk sekolah Dilla pada saat itu.
Paman dan bibi Dilla juga bukan orang berada, sama seperti kedua orang tua Dilla. Mereka hanyalah petani kecil yang mengelola sepetak tanah warisan dari kakek Dilla. Karena penghasilan dari sepetak tanah itu jauh dari kata cukup untuk menghidupi mereka berlima, maka paman dan bibi Dilla juga ikut bekerja sebagai buruh kasar di kampung sebelah untuk mencukupi kebutuhan sehari hari mereka.
Paman dan bibi Dilla sangat baik kepada Dilla. Mereka menganggap Dilla sebagai anak kandung mereka sendiri walaupun sudah mempunyai anak kandung. Tidak pernah membedakan mana anak kandung dan yang bukan. Paman dan bibi Dilla memiliki dua orang anak kandung, keduanya laki-laki. Anak yang pertama bernama Budi, Budi sudah menduduki kelas satu SMP dan berusia tiga belas tahun. Anak kedua bernama Yudi yang sudah menginjak kelas tiga SD dan berusia sembilan tahun.
Ok, kembali kepada saat sekarang ini.
Dilla dengan pantang menyerah terus menanyakan dari satu rumah ke rumah lain. Siapa tau nanti ada lowongan kerja yang bisa dia dapatkan.
"Assalamu'alaikum Pak," sapa Dilla.
Dilla menyapa bapak satpam di sebuah rumah yang elit. Dari raut wajah bapak tersebut, bapak tersebut berusia sekitar empat puluh dua tahun.
"Wa'alaikumsalam Dik. Adik siapa ya," sahut dan tanya satpam itu.
"Saya Dilla, Pak. Saya kemari itu untuk...."
Belum selesai Dilla menjawab pertanyaan pak satpam tersebut, tiba-tiba muncul seorang ibu-ibu dari dalam rumah dan segera menarik tangan Dilla. Sepertinya ibu itu adalah pembantu di rumah ini. Ibu itu dari usia tidak lebih dari enam puluh tahun, tapi dari segi tenaga sekitar tiga puluh tahun, sangat kuat. Seperti ibu-ibu yang ingin merebut barang diskonan.
"Kamu ini bagaimana, sih, jam segini baru sampai. Katanya dari tempat penyediaan pembantu profesional. Tapi telat begini. Lain kali kalau datang itu yang on time. Di sini kita mulai kerja dari jam tujuh pagi, tahu tidak. Ini kamu jam sepuluh baru sampai bla bla bla...," ujar pembantu itu.
Pembantu itu terus bicara tanpa berhenti dan terus menarik tangan Dilla. Pembantu itu menarik Dilla sampai masuk ke dalam rumah tersebut. Sang satpam yang melihat pun sudah terbiasa melihat dan hanya geleng-geleng kepala. Pak satpam sudah tahu kalau pembantu itu suka sekali bicara panjang lebar.
"Tapi Bi...," ujar Dilla.
Dilla ingin memotong ucapan pembantu itu, tapi....
"Tidak ada tapi-tapian. Sekarang ini baju kamu. Kamu bisa ganti baju di belakang sana. Kamar kamu yang paling sudut ya. Terus kamu bersihkan semua ruangan ini sampai bersih. Kamu sapu, lap dan pel setiap sudut. Jangan sampai ada debu setitik pun. Kamu mengerti?" tanya pembantu itu.
Dilla yang tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya hanya menganggukkan kepala saja. Pembantu tersebut mendorong Dilla ke arah kamar yang ditunjuk.
'Lumayan lah dapat kerja. Daripada tidak ada kerja sama sekali,' batin Dilla.
Dilla menuju ke belakang, ke tempat yang ditunjukkan untuk berganti baju.
Dilla memasuki kamar tersebut. Kamar ini adalah kamar pembantu, tapi lebih bagus daripada kamar yang ada rumahnya, kamar yang berada di kampung. Dilla tidak mau berlama-lama, Dilla segera meletakkan tas lusuh dia dan segera menggantikan baju dengan pemberian pembantu yang tadi.
Setelah Dilla mengganti baju, Dilla segera pergi bersih-bersih, mulai dari menyapu, mengelap perabotan yang ada di sana serta mengepel juga. Tidak ada satu tempat pun yang Dilla lewatkan. Dilla tidak mungkin menolak kesempatan emas itu. Dilla bekerja dengan penuh hati-hati dan teliti. Dilla tidak mau melewatkan satu debu pun.
'Lumayan lumayan lumayan. Kayaknya itu pembantu salah orang deh. Hehe..., pembantu dari penyediaan pembantu profesional apaan coba. Wong aku baru sampai kemarin, mana mungkin aku kenal tempat seperti itu. Mudah-mudahan saja orang yang kerja beneran di sini mengundurkan diri. Kan aku tidak capek lagi cari kerja. Ini mah rejeki nomplok, mana mungkin Dilla tolak, hem hem hem,' batin Dilla sambil mengelap perabotan.
Tidak terasa Dilla sudah bekerja sekitar dua jam. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Biasanya jam seperti itu sudah mulai memasak untuk makan siang.
"Siapa kamu?" tanya Rita sang nyonya rumah.
Rita atau dengan nama lengkap Rita Suherman, istri dari Aditya Suherman. Orang yang memiliki banyak usaha di berbagai bidang, sang pengusaha Konglomerat nomor satu di Asia ini. Rita berusia sekitar lima puluh tiga tahun, hampir seusia dengan almarhum ibu Dilla.
"Saya Dilla Nyonya," sahut Dilla sambil tersenyum.
'Kayaknya ini yang punya rumah nih.'
Rita memperhatikan ke sekeliling ruangan yang sudah dibersihkan dengan kinclong. Perabotan juga sudah bersih dan ditata dengan rapi.
"Bi..., Bi Imah...," panggil Rita kepada pembantu yang sudah bekerja lama sama dia.
"Iya Nyonya, ada apa Nyonya, apa ada yang bisa Bi Imah bantu," jawab bi Imah.
Bi Imah adalah orang yang ternyata menyeret Dilla tadi.
"Apa dia pembantu yang dari penyediaan pembantu profesional yang kita hubungi kemarin itu?" tanya Rita.
"Iya Nyonya, apa Nyonya tidak puas dengan perkerjaan dia. Atau ada yang salah dari dia, biar saya yang urus Nyonya. Nyonya tenang saja, kalau ada Bi Imah semua pasti beres. Nyonya tidak perlu turun tangan langsung, biar Bi Imah yang atasi semua," ujar bi Imah.
Sang nyonya langsung mengangkat tangan di depan muka bi Imah. Tanda menyuruh bi Imah berhenti bicara. Rita memijit kepala yang terasa pusing karena bi Imah kalau bicara tidak pernah ingat rem.
'Untung kerjanya beres, kalau tidak sudah aku pecat dari dulu,' batin Rita.
"Udah lanjut saja kerjanya. Saya mau ke kamar dulu," ujar Rita.
"Baik Nyonya, terima kasih," ucap Dilla dan bi Imah secara bersamaan.
'Alhamdulillah tidak jadi diusir,' ujar Dilla bersyukur.
Sebelum mereka semua melangkah jauh dari tempat tadi, datanglah pak Tono, satpam yang berada di depan gerbang tadi. Pak Tono tidak datang sendirian, tapi di samping dia ada seorang gadis muda juga. Usia gadis itu sekitar dua puluh lima tahun. Dari penampilan dia, dia merupakan orang yang sangat suka kerapian dan juga berwibawa.
Kira-kira ada apa ya dengan kedatangan pak Tono bersama gadis itu?
Bersambung...
Jangan lupa like, kasih saran dan kritikan. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
baru mampir
2023-03-09
0
helga
lanjut baca
2022-09-07
0
Ayra
Aku mampir kak
2022-09-07
0