Salsa melanjutkan langkahnya menuju kedai kue langganan bunda. Mau marah, protes atau cemburu mengenai rencana pernikahan Azka dia bahkan tidak berhak. Memang dia siapa? Lagipula, Azka pasti sudah lupa dengan dirinya.
"Bu, kue Lempernya 10, Jellynya 15, sama Bika Ambonnya 15 ya!."
"Baik, Neng. Tunggu sebentar ya!."
"Eh, Salsa beli kue juga!," sapa Ibu Lia, tetangga yang rumahnya disebelah panti.
Salsa tersenyum, "Iya Bu. Lagi kepingin makan kue lemper!."
Ibu itu tampak memandang Salsa dari atas hingga bawah. Tapi pandangannya berhenti tepat diperut Salsa. Salsa yang mendapat tatapan itupun gugup bukan main.
"Kamu kepingin makan kue lemper?." Salsa tersenyum dan mengangguk dengan senyuman, "Kayak orang ngidam saja ya. Apalagi sepertinya perut kamu gemukan dan perut kamu agak buncit!."
Jantung Salsa berdetak begitu cepat. Apa memang sudah terlihat perubahan bentuk tubuhnya sekarang?. Apa perutnya juga mulai terlihat? Padahal usia kandungan Salsa baru menginjak 7 minggu.
"Kebanyakan makan makanan berlemak, Bu. Jadi terlihat lebih gemukan!."
"Ini kuenya, Neng!."
Alhamdulillah, bathin Salsa. Dia memberikan beberapa lembar uang kepada penjual tersebut kemudian berniat segera pergi sebelum Bu Lia bertanya semakin jauh lagi.
"Saya duluan, Bu Lia!."
Ibu Lia mengangguk, namun matanya masih memperhatikan bentuk tubuh Salsa yang ia rasa sedikit berubah.
"Tidak mungkin gadis sebaik Salsa hamil diluar nikah!." Bu Lia segera pergi meninggalkan pasar.
Salsa berjalan ke tempat dimana Pak Ari menunggunya. Pria tua itu segera mengambil belanjaan yang Salsa bawa. "Sudah semua, Sa?."
"Sudah, Pak!."
"Langsung pulang, atau mau kemana dulu?," tanya Pak Ari sambil berjalan menuju mobil
"Langsung pulang saja Pak. Aku harus memasak untuk makan siang. Mungkin saja, tamu Bunda belum pulang!." Pak Amir hanya menanggapi dengan anggukan. Setelah keduanya masuk kedalam mobil, sang sopir langsung mengemudikan mobilnya menuju rumah.
Perjalanan yang dari pasar ke panti hanya memakan waktu setengah jam. Calon ibu muda itu masuk kedalam rumah sambil membawa kresek berisi belanjaan. Dipagi hari menjelang siang seperti ini Panti memang sepi karena anak-anak masih sekolah.
"Sudah pulang?," tanya Maria menyambut kedatangan putrinya. Lalu mereka berjalan beriringan menuju dapur.
"Sudah, Bun. Ini aku bawakan kue kesukaan Bunda dan anak-anak, nanti kita makan bersama ya!." Maria mengangguk lalu tersenyum.
"Tamunya dari Jakarta sudah pulang, Bun?."
"Sudah. Cuma sebentar tadi kemari!."
"Donatur?," tanya Salsa sambil memasukkan sayuran ke kulkas.
"Tadi dia memberikan donasi untuk Panti. Beliau juga mengundang kita ke acara pengajian pernikahan putranya bulan depan"
Salsa mengernyitkan dahi, "Kita akan ke Jakarta mengisi pengajian dengan anak-anak begitu? Bukankah di Jakarta banyak panti asuhan?," tanya Salsa heran.
"Bunda juga kurang tahu. Dia bilang mendapat informasi panti kita dari temannya. Selain itu, beliau ingin memesan souvenir pengajian dari tokomu. Beliau terlihat sangat tertarik, dia bahkan ingin bertemu langsung denganmu. Sayangnya dia buru-buru karena harus menemani suaminya!."
Salsa duduk sambil mencomot satu kue lempernya. "Agak aneh sih, Bun. Usaha seperti yang aku geluti di Jakarta itu banyak. Kenapa harus jauh-jauh memesan padaku?!."
Salsa memang memiliki usaha pembuatan souvenir dan hampers. Baik untuk ulang tahun, pernikahan maupun acara lainnya. Usaha wanita muda itu sekarang mulai berkembang dan banyak dikenal orang dua bulan belakangan. Ditambah perkembangan teknologi yang begitu pesat tentu sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usahanya apalagi dizaman digitalisasi ini. Selain menjual secara offline, Salsa juga memasarkan produknya secara online. Tak ayal banyak pesanan yang diterima setiap harinya.
Maria tersenyum, "Sudahlah. Ini rezeki dari Allah, seharusnya kita bersyukur. 500 hampers loh Sal. Kalau kamu bersedia, kamu bisa menghubungi nomor beliau yang tadi dititipkan ke Bunda!."
"500, lumayan juga sih. Sayang kalau ditolak. Apa tadi beliau menyebutkan ingin hampers yang bagaimana?."
"Isinya Al-qur'an dan tasbih. Tadi beliau hanya menyebutkan demikian!."
"Baiklah, Bun. Aku terima pesanan beliau. Bisa Bunda saja yang mengabarinya? Aku akan mempersiapkan bahannya!." Maria tersenyum dan mengangguk.
"Oh ya, Sal. Beliau juga memberikan tiket liburan ke dufan untuk kita semua. Adik-adikmu pasti senang bisa liburan!."
"Pasti orang kaya sekali ya, Bun. Bagi-baginya nggak nanggung!." ucap Salsa mengambil lagi lemper yang dibelinya dari pasar.
"Kamu makan lemper? Tumben, bukannya kamu tidak suka?," tanya Maria heran.
"Aku juga tidak tahu, Bun. Mungkin bawaan bayi!."
Maria menghela nafas pelan, "Kamu belum mau cerita, siapa pria itu?."
Salsa menghentikan kunyahannya lalu menatap Maria. "Dia akan menikah, Bun. Percuma juga bukan? Dia juga berhak bahagia. Lagipula, dia tidak tahu kalau benihnya tumbuh di rahimku!."
Maria menatap Salsa dengan sendu. Kenapa nasib Salsa selalu menderita. Waktu kecil dia sakit-sakitan dan setiap ada orang yang mau mengadopsinya, selalu berakhir dengan ragu dan lebih memilih anak lainnya. Sejak itu, Maria bertekad merawat Salsa sendiri.
Salsa yang melihat Bundanya melamun, langsung memeluk wanita paruh baya tersebut. "Jangan sedih, Bun. Semua pasti baik-baik saja. Anggap saja, aku bukan jodohnya!."
*
*
"Bos, kamu mendengarku atau tidak?," tanya Alvin yang geram karena Azka tidak fokus sejak tadi.
"Apa?."
Alvin mengumpat dalam hati, jika Azka sudah begini, pekerjaannya akan lama selesai.
"Sejak tadi aku berbicara panjang lebar tapi anda tidak memberikan tanggapan apa-apa!!."
Azka menatap Alvin, pria itu bahkan terlihat santai tanpa menanggapi apa yang Alvin ucapkan tadi. "Vin, pernahkah kamu merasa ragu akan sesuatu?."
Alvin menatap atasannya, "Jangan bilang, anda ragu untuk melanjutkan pernikahan anda dengan Salwa?," tebak Alvin
"Entahlah. Aku bingung. Aku menyayangi Salwa. Dulu, aku sangat ingin hidup bersama Salwa selamanya. Tapi belakangan ini, aku seolah ragu untuk melangkah bersamanya!." Azka menghela nafas, "Menurutmu, apa wajar yang aku alami ini?. Kata orang, banyak cobaan menjelang hari pernikahan!."
"Aku sendiri tidak tahu, Bos. Aku bahkan belum menikah!."
Jawaban Alvin membuat Azka tersenyum miris, kenapa juga dia bertanya pada Alvin.
"Abang mulai ragu karena abang terus mengingat kesalahan abang pada gadis itu!!."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Shin Gao
kyknya anya.mama Salsabila
2022-12-17
0
Dede
lanjuut thor
2022-12-08
0
Ananda Adhimas yudhistira
crtitany bikin pnasaran
2022-03-29
1