Five

Setelah mereka sepakat untuk merawat sang bayi, tak henti-hentinya senyum itu memudar di kedua wajah mereka. "Mas, kapan kita bisa membawanya pulang? aku sudah tidak sabar untuk menggendongnya" tanya Mira kepada Irham. "Oh ya kita harus segera beri nama Mas, kira-kira nama apa yang bagus ya" lanjut Mira yang terlihat antusias.

Irham pun hanya bisa tersenyum melihat sang Istri. Seharusnya ini saat-saat yg dinantikan mereka sepuluh tahun yang lalu tepatnya setelah Brian lahir, karena kejadian yang tidak terduga yang mengharuskan Mira harus mengangkat rahimnya. Oleh sebab itu Mira sudah tidak bisa mempunyai anak lagi. Tuhan sudah mempunyai jalannya sendiri dan bersyukurlah mereka masih diberi kesempatan untuk merawat seorang bayi kembali.

'Terima kasih Tuhan, Kau masih memberi kami kesempatan dan terima kasih Engkau masih terus membuat Istri yang hamba cintai selalu tersenyum bahagia' batin Irham seraya mengusap airmatanya yang hampir lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

"Nanti kita akan tanyakan kembali dokter yang menanganinya, lebih kita kita pulang terlebih dahulu Kau sudah janji kan untuk memberitahu Brian masalah semalam? mungkin ini waktunya sekalian kita beritahukan Brian masalah bayi mungil ini" jawab Irham. Mira pun mengangguki permintaan Irham. Benar, mereka harus memberitahu Brian perihal pengadopsian bayi itu, mereka berharap semoga saja Brian bisa menerima itu semua.

Petang pun sudah menampakkan dirinya di atas sana. Begitupun dengan Brian yang sedari tadi menunggu kepulangan ke dua orangtuanya, sebenarnya Brian pun penasaran apa yang ingin orangtuanya itu ceritakan.

"Kenapa Mom dan Dad lama sekali, ini sudah hampir malam" racau Brian yang selalu saja melihat ke arah pintu masuk tetapi tetap saja tidak ada yang melalui pintu itu.

"Den, lebih baik makan malam saja dulu mungkin tuan dan nyonya akan pulang telat" pinta Mba Sri.

Mba Sri merupakan asisten rumah tangga di kediaman keluarga Irham sekaligus yang membantu mengurus Brian ketika ke dua orangtuanya tidak berada di rumah.

"Tidak mba, nanti saja dengan Mom dan Dad, nanti kalau mereka pulang panggil aku saja ya" jawab Brian berlalu menuju kamarnya.

Selang beberapa saat akhirnya Mira dan Irham tiba di rumah mereka, karena ke antusiasan Mira, ia pun sudah tidak sabar untuk menemui Brian. "Mba, dimana Brian?" tanya Mira pada mba Sri.

"Den Brian di kamarnya nyonya, tadi saya suruh makan katanya tunggu Tuan dan Nyonya kembali" jawab mba Sri.

"Baiklah, terima kasih saya akan ke kamarnya" kata Mira berlalu ke kamar anaknya. Dan Mira pun tiba di depan kamar Brian rasanya dia sudah tidak sabar untuk memberitahu Brian.

Tookkk..tookkk....

Karena tidak ada jawaban Mirapun langsung membuka pintu kamar tersebut. "Saaaa...yyaannngg" panggil Mira ya sebenarnya itulah sikap asli Mira kalau sudah berurusan dengan anak semawa watangnya, eittsss tapi sekarang tidak lagi. Irham pun mengikuti Mira masuk ke kamar Brian.

"Mom kenapa lama sekali?" tanya Brian ke sang ibu dengan wajah yang ditekuk.

"Maaf nak, tapi Mom punya kabar bagus untukmu, Mom harap kamu menyukainya" jawab Mira dengan melirik ke arah sang suami, Irham pun paham akan lirikan Istrinya kepadanya dia pun menganggukkan kepalanya yang menandakan dia menyetujui apa yang akan diberitahukan Istrinya itu. Brian pun sudah tidak sabar menunggu apa yang akan dikatakan ibunya.

"Cepat Mom" pinya Brian.

5 detik

10 detik

"Nak, kamu akan memiliki seorang adik" jawab Mira dengan wajah berseri-seri tetapi itu tidak dengan Brian. Penampakkan wajah Brian saat ini sangat memberitahunya bahwa ia tidak menyukai kabar dari sang ibu.

"Kenapa Mom tidak bicarakan dulu padaku?" tanya Brian ke sang Ibu dengan raut wajah ketidaksukaannya. Dan saat itu juga senyum mengembang di wajah sang ibu pun hilang tak berbekas karena berganti dengan wajah sendu. "Apa itu ada hubungannya dengan kejadian semalam? harusnya Mom dan Dad bertanya padaku, apakah kalian sudah tidak menyayangiku oleh karena itu kalian menyanyangi orang lain?" tanya Brian dengan wajah sendunya. Karena yang Brian tahu sang ibu sudah tidak bisa memiliki anak lagi, yang ada dipikirannya itu benar, ibunya ingin merawat orang lain.

"Cukup Brian, apa yang kau katakan pada Ibumu" bentak Irham ke sang anak.

"Sudahlah Mas, mungkin waktunya tidak tepat untuk saat ini, kita akan bicarakan kembali ini besok ya" pinta Mira berupaya menenangkan emosi suaminya itu. Jujur saja saat ini hati Mira seperti teriris-iris mendengar jawaban sang anak tapi apa boleh buat Brian tetaplah putra kesayangannya. Dia sudah terlalu egois yang hanya memikirkan kesenangannya itu semua.

Karena malam pun sudah tiba, saat ini mereka pun sudah kembali ke kamarnya masing-masing.

"Tidak bisa, aku tidak bisa melakukannya" jawab Mira dengan deraian airmata di pipinya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Apa yang akan dilakukan Mira?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!