Episode 3

Langkah kaki Jay yang semakin dekat membuat Aida hanya bisa diam mematung, tak tahu apa yang harus dilakukannya.

Ada apa dengan jantungku ini, tenanglah aku mohon. batin Aida

" Apa kamu butuh bantuan, Ai?." Tanya Jay.

" Aku rasa tidak ada Kak." Jawab Aida. Ayolah aku harus segera antri banti Aida bicara. Jay sudah membuang waktunya.

Jay orang yang sama yang tadi memperhatikan Aida dari jauh saat gadis itu sedang bertingkah menyemangati dirinya sendiri.

Aida menghentak-hentakkan ujung kakinya, dis sudah tidak sabar ingin antri masuk ke toko meskipun belum tentu mendapatkan baju incarannya.

Jay memperhatikan Aida yang terus melihat ke arah toko pakaian ternama.

" Aku bisa membantumu masuk kesana." Ucap Jay.

" Benarkah, bagaimana caranya Kak? kita bisa di usir jika menerobos masuk." Ujar Aida. Jay yang mendengarkannya tergelak.

" Kamu tenang saja, percaya padaku." Kata Jay, Aida hanya mengangguk.

Jay mengirimkan pesan pada seseorang dari ponselnya, tak lama balasan pesannya masuk.

" Kak, aku...." Kata Aida terpotong.

" Sebentar." Dengan sekali jetikan jari, Jay memanggil pengawal untuk datang padanya. Seorang pengawal datang menunduk hormat.

" Buka jalan." Perintah Jay menunjuk toko pakaian ternama dengan wajahnya.

" Baik! Asisten Jay." Kata Seorang pengawal.

Pengawal sudah mengerti dengan perintah Jay langsung bergerak bersama beberapa pengawal lain membuka akses masuk ke dalam toko tanpa mengganggu pengujung toko yang lain.

" Tenanglah! kamu bisa masuk sekarang." Ucap Jay sambil mengelus kepala Aida.

" Apa, Kak?." Tanya Aida yang sejak tadi tidak fokus pada apa yang dilakukan Jay untuknya karena pikirannya entah kemana.

" Kamu ikut aku sekarang." Jay mengenggam tangan Aida membawanya melangkah masuk ke toko pakaian diatara deretan para pengawal yang berjaga.

Para pelanggan tak bisa protes karena mereka semua tahu siapa Jay, seorang asisten pribadi yang selalu berdiri di belakang CEO Askara Grup pendiri Cinnamon Mall,

Kepala toko orang yang mendapatkan perintah melalui pesan singkat yang di kirim Jay sudah bersiap menyambut kedatangan orang nomor dua di Askara Grup dengan statusnya yang penting Jay memiliki kuasa untuk memberi perintah sesuai dengan kapasitasnya.

Aida dibuat tak percaya oleh pria yang baru saja dikenalnya. Ini pertama kalinya Aida diperlakukan bagai tuan putri melihat deretan pengawal yang berjaga membuka jalan masuk untuknya dan seorang pangeran tampan disampingnya, sekilas khayal Aida merasa berada di negeri dongeng.

.

.

.

Di luar tempat latihan futsal Bobi yang punya maksud, mengajak Joni untuk bicara berdua.

" Jon! aku minta nomor Aida." Bobi meminta dengan blak-blakan.

" Buat apa?." Tanya Joni punya selidik.

" Bukannya dia buka jasa titip order, bisa aja kapan-kapan aku butuh." Alasan Bobi yang bukan tujuan sebenarnya.

Joni mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, mencari kontak Aida.

" Catet sendiri." Ucap Joni menyerahkan ponsel miliknya ke tangan Bobi.

" Ok! Thanks, Bro." Bobi senang mendapatkan apa yang diinginkan, dia semakin bersemangat dengan rencananya untuk mendekati Aida, gadis yang berhasil menarik perhatiaannya

Selesai menyimpan kontak Aida, Bobi menyerahkan kembali ponsel milik temannya.

" Jangan macam-macam sama anak orang." Sindir Joni.

" Cuma satu macam." Kilah Bobi.

Faisal, Gerry dan Lukman setia menunggu kedua sahabatnya untuk pulang bersama.

" Udah selesai belum?. Tanya Lukman pada kedua sahabatnya.

" Gak perlu disembunyiin Bob, kita tahu kamu lagi naksir orang." Ujar Gerry.

" Suttt!!! Jangan sampai ada orang yang denger." Bobi mengisyaratkan sahabatnya untuk diam.

" Bahaya nih yang punya fans garis keras." Sindir halus Faisal yang memang kenyataannya.

Sebagai seorang kapten tim futsal banyak yang mengidolakan Bobi, bahkan membentuk fans garis keras. Berbeda dengan keempat sahabatnya yang hanya diidolakan dengan wajar sebagai anggota tim futsal.

" Kita pulang." Bobi tidak ingin lanjut meladeni obrolan bersama sahabatnya.

Mereka melanjutkan langkahnya menuju parkiran kampus mengambil motor sport milik masing-masing yang jadi kendaraan mereka untuk pulang.

.

.

.

.

" Selamat datang di toko pakaian kami Asisten Jay, apa yang bisa kami bantu?." Tanya Kepala Toko menyambut kedatangan Jay bersama Aida.

" Ai! katakan apa yang kamu cari?." Tanya Jay.

" Aku mau membeli baju limited edition yang launcing hari ini." Jawab Aida dengan gugup menunjukkan foto baju itu di ponselnya dan memberitahu ukuran baju yang dia inginkan.

" Kami siapkan, sekarang." Ucap Kepala Toko yang menunduk sopan sebelum pergi membuat Aida tersanjung diperlakukan dengan hormat.

Tak berselang lama kepala toko kembali bersama seorang pegawai membawa satu paper bag berisi baju yang diinginkan Aida, pesanan milik pelanggan jasanya.

" Berapa aku harus membayarnya?." Tanya Aida.

" Nona, Anda tidak perlu membayar." Jawab Kepala Toko

" Aku harus membayarnya karena ini pesanan temanku, dia sudah memberiku uang dan juga membayar jasaku." Ungkap Aida memberikan sejumlah uang pada kasir yang dia keluarkan dari dalam dompetnya, orang-orang yang mendengarkan Aida dibuat binggung karena mereka pikir Aida itu teman wanita atau rekan kerja dari Jay.

Jay mengisyaratkan pada Kepala Toko yang jelas mengerti maksudnya, untuk menerima saja uang yang diberikan Aida, daripada harus berdebat panjang lebar. Karena wanita tak pernah mau kalah, begitu pikirnya Jay setelah melihat Aida yang serius.

Aida yang masih menunggu kasir memberikan struk belanja dan uang kembalian, pandangan matanya tertuju pada satu style pakaian yang berhasil menarik perhatiannya, baju turtleneck dan rok dibawah lutut yang dikenakan manekin.

Sekali lagi Jay memberi isyarat pada kepala toko untuk melakukan perintahnya begitu mengikuti kemana ara pandangan mata Aida tertuju.

" Ini struk belanja dan uang kembaliannya. Terima kasih sudah datang ke toko kami, Nona." Ucap seorang kasir yang melayani pembayaran dari Aida.

" Sama-sama, terima kasih juga untuk pelayanannya." Ucap Aida tersenyum memasukan uang dan struk ke dalam dompetnya lagi.

Aida mengajak Jay untuk keluar dari toko pakaian karena dirinya semakin gugup berada di dalam, banyak pasang mata terus melihat ke arah mereka.

" Kak! terima kasih untuk bantuannya, aku gak jadi mengecewakan pelangganku." Ucap Aida tersenyum senang.

" Itu hanya hal kecil, bisakah kamu panggil namaku saja?." Tanya Jay.

Aida menggeleng entah kenapa dia terlanjur suka memanggil Jay dengan sebutan kakak, mau tak mau Jay menuruti saja keinginan gadis dihadapannya.

" Apa ada lagi yang kamu butuhkan?." Tanya Jay lagi.

" Tidak ada. Bagaimana sebagai ucapan terima kasih, aku teraktir kakak?." Aida balik bertanya.

" Aku tulus membantumu." Jawab Jay.

Bukan Aida namanya jika dia tak bersikeras untuk membujuk pria yang baru dikenalnya untuk menerima tawaran di teraktir olehnya sampai Jay akhirnya setuju.

" Tapi jangan hari ini, sekarang aku harus kembali bekerja." Ucap Jay.

" Kalau begitu berikan nomor ponsel kakak padaku, aku akan menghubungi untuk menanyakan kapan bisanya." Pinta Aida sambil mengeluarkan ponsel dari saku celanannya dan diberikan pada Jay untuk meminta nomor kontaknya.

Jay meraih ponsel itu, dengan cepat mengetik nomor kontak miliknya dan menyerahkannya kembali pada Aida yang kemudian menyimpan diponselnya dengan nama "Kakak".

Seorang pengawal datang membawa paper bag untuk diserahkannya pada Jay.

Menunduk sopan, " Asisten Jay, ini dari Kepala toko." Ucap seorang pengawal. Jay menerimanya, setelah itu pengawal pergi.

Aida membenarkan posisi tali tas ransel di pundaknya.

" Kak! maaf aku harus pulang sekarang." Aida ingin berpamitan.

" Ini untukmu, anggap sebagai hadiah perkenalan dariku." Ucap Jay menyerahkan paper bag pada Aida.

Aida memerimanya dan menanyakan ini apa, tapi Jay meminta pada Aida untuk membukanya nanti begitu sampai di rumah.

Sungguh hari ini keberuntungan terus berpihak pada Aida tak henti-hentinya, membuat gadis itu sangat senang.

" Aku minta maaf untuk orang yang tadi menabrakmu, dia sahabatku yang sedang terburu-buru." Jay mewakili CEO dari Askara Grup untuk meminta maaf.

Aida semakin kagum dengan sosok Jay yang sangat baik hati padanya.

" Aku baik-baik saja, sekali lagi terima kasih banyak. akan aku hubungi kakak nanti begitu sampai rumah." Akhirnya Aida harus undur diri. Jay mengangguk.

Aida tersenyum melambaikan tangan sebagai bentuk salam perpisahan pada Jay yang juga melakukan hal sama.

" Hati-hati dijalan." Ucap Jay sedikit berteriak. Aida menoleh dan menganggukan kepalanya.

Setelah gadis yang baru di kenal Jay menghilang dari pandangannya. Ponsel milik Jay berdering nada panggilan masuk, Ben Askara yang menghubunginya. Jay menerima panggilan masuk dari tuan muda sekaligus sahabatnya itu.

" Kau dimana? cepat kemari." Tanya Ben mengakhiri panggilan secara sepihak tanpa menunggu jawaban dari Jay..

Apa yang harus aku katakan pada Tuan Muda. batin Jay

Di ikuti para pengawalnya Jay pergi dari tempat dia berada saat ini untuk menemui tuan muda, dia harus menjelaskan kemana dirinya jika Ben bertanya meski pun tuan mudanya tidak akan peduli.

Terpopuler

Comments

HoiLim Yee Lee

HoiLim Yee Lee

nice

2022-04-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!