Membaca Buku

...Happy Reading...

...~•~•<~•~>•~•~...

Hari sudah gelap, tapi seorang gadis masih setia membaca buku yang dia pegang sambil duduk di jendela. Dia sudah beberapa kali pindah posisi bahkan tempat tanpa mengalihkan matanya dari arah tulisan-tulisan pada buku.

Entah kenapa dia menamahami dan mengerti tulisan dunia ini?!

Xinxin, setelah Chici membawakan tumpukan buku yang dia minta, dia langsung memilih dan membacanya dan ini sudah buku kedua yang dia baca.

Bukan buku tipis, tapi dua buku tebal yang isinya menjelaskan mengenai sejarah dunia yang dia tempati sekarang.

Dunia ini memiliki tiga Alam, yaitu:

Tingkat paling atas, yaitu Alam Langit, atau bisa juga di sebut dengan Kekaisaran Langit. Alam Langit adalah alam dengan energi alam terbanyak, oleh sebab itu, hampir semua penduduk nya orang-orang hebat.

Tingkat tengah, yaitu Alam Manusia atau bisa di sebut juga dengan Kekaisaran Tengah. Alam Manusia sendiri adalah alam yang memiliki energi alam yang tidak banyak, tapi tidak dipungkiri ada tempat-tempat yang memiliki banyak energi alam. Bagi orang hebat atau jenius, mereka akan mampu naik ke Alam Langit, tapi dalam seratus tahun hanya beberapa orang yang mampu berhasil.

Tingkat yang tidak rendah dan juga tidak tinggi, yaitu Alam Bawah, atau bisa disebut Kekaisaran Iblis atau juga neraka. Alam yang di huni oleh para iblis serta tempat penyiksaan para orang-orang pendosa. Berbeda dengan Alam Langit dan Alam Manusia, Alam Bawah bukan menyerap energi alam yang pastinya positif, tapi di Alam Bawah mereka memperkuat diri dengan cara menyerap energi negatif para pendosa, atau saling makan energi sesama iblis.

Tiga Alam ini di pimpin masing-masing Kaisar yang sudah menduduki tahta mereka sedari munculnya tiga Alam ini, bisa dikatakan mereka adalah para abadi dan masih tidak ada yang bisa mencapai ke keabadian seperti mereka bertiga.

"Ah, Mengapa penjelasannya hanya sampai sini?" Keluh Xinxin tak menemukan kelanjutan sejarah dunia ini.

Tok

Tok

Tok

"Nona!" Panggil Chici.

"Hm?" Hanya gumaman tak jelas sebagai jawaban karena dia masih asik mencari buku yang selanjutnya akan dia baca.

"Nona makan dulu! Sedari pagi nona belum makan, nanti nona sakit," ucap Chici dan itu membuat Xinxin tersadar dan mengelus perutnya yang kempis.

"Ya! Kau benar Chi, perutku ternyata sudah sangat lapar," ucap Xinxin.

Xinxin pun duduk di kursinya menunggu Chici mengeluarkan makanan keranjang yang ia bawa.

Semua makanan sederhana terdiri dari sayur, sedikit ikan dan nasi tersaji di atas meja, tapi kenapa hanya satu saja? Dimana untuk Chici.

"Chi, dimana makanan untukmu?" Tanya Xinxin.

"Ah saya?" Tunjuknya pada dirinya. "Saya sudah makan sore tadi nona, bersamaan dengan pelayan lainnya," ucap Chici.

"Benarkah? Kau tidak bohongkan?" Selidik Xinxin.

"Benar nona! Kami para pelayan akan di beri makan 3 kali sehari di satu tempat," jelas Chici.

"Oh begitu! Lalu kau dapat semua makanan ini darimana? Bukankah tidak ada yang mengingatku dan pastinya mereka tidak peduli aku akan makan atau tidak bukan?" Tanya Xinxin.

Raut wajah Chici berubah sedih dan

bersalah. "Maafkan saya nona, selama ini makanan yang saya bawakan untuk nona adalah makanan yang selalu saya sisihkan setiap saya dapat jatah makan," ucap nya menunduk.

"Jadi, kau hanya akan sedikit setiap saat begitu?" Tanya Xinxin tak percaya. Dia bukan jijik dengan makanan sisa, karena dia juga pernah merasakannya diawal dia ditinggal sendiri oleh kedua orang tuanya. Dia marah karena kenapa tubuh yang dia tempati ini sangat lemah dan membiarkan orang yang merawatnya dengan tulus kesulitan.

Chici masih menunduk, dia mengira Xinxin akan marah saat mengetahui fakta, bahwa makanan yang dia makan selama ini adalah makanan sisa.

"Chi, mulai sekarang kau tidak perlu menyisihkan makananmu untukku! Kau mengerti?!" Ucap Xinxin tegas.

Chici langsung mendongak mendengar perkataan Xinxin. "Maafkan saya nona,"

"Bukan salahmu, salahku yang tidak bisa menjaga orang yang tulus merawatku,"

Chici menatap Xinxin terkejut, dia kira Xinxin marah padanya, tapi tidak! Nona nya hanya khawatir padanya.

"Baiklah! Ini yang terakhir kau menyisihkan makananmu. Untuk selanjutnya aku akan mencari makanan ku sendiri," ucap Xinxin kemudian memakan makanannya menghiraukan raut bingung Chici.

...•<>•~•<>•...

Satu minggu berlalu, Xinxin terus membaca buku-buku yang di bawakan oleh Chici dan dengan otak jeniusnya dia mampu memahami isi buku-buku tersebut.

Ternyata yang namanya elemen adalah kumpulan energi yang di ambil dari energi alam positif yang tempat berkumpulnya adalah inti dari tubuh manusia, tepatnya yaitu jantung manusia itu sendiri.

Sama hal nya dengan sebuah mangkuk yang kalau terus menerus di isi dengan air maka akan tumpah ruah, begitu juga dengan energi alam yang kalau tempatnya yaitu jantung diisi terus menarik dengan energi alam maka bukan hanya tumpah ruah akan tetapi tempatnya akan retak kemudian akan bocor dan meskipun diisi terus menerus tidak akan ada gunanya lagi karena tempat penampungannya sudan bocor.

Kalau dipikirkan dengan seksama, setiap manusia pasti memiliki batasan masing-masing dan diri mereka sendirilah yang mampu merasakan sebatas mana mereka dapat berkembang dan menghentikannya jika sudah diambang batas.

Elemen di dunia ini adalah 6 dan juga masing-masing memiliki tingkatan, yaitu:

Api (Merah): hijau -> kuning -> merah

Tanah (Coklat): hijau -> kuning -> merah

Air (Biru): hijau -> kuning -> merah

Udara/angin (transparan): hijau -> kuning -> merah

Cahaya/penyembuh (putih): Putih : putih redup -> putih sedang -> putih terang (cahaya yang menyilaukan mata)

Kegelapan/perusak (hitam arrange): abu-abu -> hitam -> gelap

Buk

Xinxin meletakkan buku terakhir dari semua yang Chici bawa satu minggu yang lalu.

"Hah akhirnya selesai!" Ucap Xinxin.

Tanpa menunggu lama, dia langsung ingin menpraktikkan semua yang telah dia pelajari dari buku.

"Mari kita coba! Eh tunggu. Dikatakan di buku kalau saat menyerap energi alam harus dalam keadaan tenang dan tidak boleh di ganggu, jadi aku harus memberitahu Chici dulu kalau dia tidak boleh masuk," ucap Xinxin pada dirinya sendiri.

Xinxin turun dari ranjang kecilnya dan melangkah keluar kamar untuk pertama kalinya.

Kreatttt

Semilir angin segar menerpa lembut wajahnya membuat Xinxin memejamkan matanya.

"Hmmm segarnya," gumamnya sambil melangkah pelan keluar.

Dia sampai di ujung teras dan duduk selonjoran disana.

"Enak juga disini," gumamnya lagi.

Hampir saja dia tertidur karena enaknya angin segar menerpa wajahnya kalau saja tidak ada Chici yang memanggilnya.

"Nona? Oh nona mengapa nona duduk di sana? Itu kotor," ucap Chici.

"Haaahh," Xinxin menghela nafas kemudian melihat tempat dimana dia duduk.

"Tidak kotor kok, malahan sangat bersih!" gumam pelan Xinxin.

"Hm hm ya ya aku berdiri ini," dengan terpaksa Xinxin berdiri karena Chici terus-terusan mengomel.

"Oh astaga mata nona kenapa, sekelilingnya hitam begitu?!" Tanya Chici.

"Oh benarkah? Ah tak masalah nanti juga hilang," ucap Xinxin santai.

"Oh ya Chi, seminggu ke depan kau tidak perlu masuk kamarku ya, kalau mau mengantarkan makanan tinggalkan saja di depan pintu ya!" Pinta Xinxin.

"Jangan tanya dulu! Nanti saja aku akan jawab setelah seminggu berlalu," ucap Xinxin mencegah Chici bertanya membuat Chici memberengut.

"Eh eh wajahnya di kondisikan ya!" Ejek Xinxin membuat wajah Chici semakin merengut kesal.

"Hahahaha maaf maaf, aku hanya bercanda hahaha!" Ucap Xinxin sambil merangkul pundak Chici.

Setelah bercanda ria, akhirnya Chici pergi dari wilayah rumah Xinxin dan meninggalkan makanan, minuman serta buah-buahan untuk Xinxin.

"Mari kita mulai!" Ucap Xinxin semangat.

Dia pun mulai memposisikan duduknya seperti yang dia baca pada buku.

¤

¤

¤

Next...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!