Pindah Tubuh

...Happy Reading...

...~•~•~•<~•~>•~•~•~...

Tap

Tap

Tap

Sayup-sayup terdengar langkah kaki seseorang, mengusik tidur seorang gadis di ranjang nya. Apalagi sinar matahari yang masuk melalui sela-sela mengganggu matanya.

Matanya perlahan terbuka dan tangannya menghalau sinar matahari agar tidak mengganggu penglihatannya.

Berkedip bebebarapa kali sebelum matanya melihat sekitar dengan jelas.

Menelusuri setiap sudut ruangan berukuran 4 kali 4 meter itu, saat ini. dia berada di sudut kiri pojok sedang duduk di tepi ranjang kecil dengan keadaan alas yang keras.

Ada lemari kecil di seberang sana, dan samping lemari itu ada meja rias yang hanya terdiri dari cermin tembaga kecil.

Di samping meja rias itu ada jendela kayu yang masih tertutup dan dari pentilasi jendela tersebutlah cahaya matahari masuk.

Di samping kanannya ada sebuah meja yang di atasnya terdapat mangkuk yang isinya menyerupai lilin yang masih menyala, dan tak jauh dari meja ada sebuah pintu tak bercat hanya warna kayu yang terlihat yaitu coklat yang sudah usam.

"Ini dimana?" Gumam Felicia.

Kepala nya masih sedikit berdenyut. Dia ingat kejadian malam tadi, itu masih sangat jelas tercetak di ingatan nya.

Mulai dari dia tiba-tiba berada di kolam teratai, lalu melihat banyaknya rumah ala zaman China Kuno, dan terakhir bertemu seseorang yang memanggilnya nona Xinxin.

"Arghh, aku bingung dengan semua ini! Adakah yang bisa menjelaskannya?" Ucap Felicia di akhiri dengan teriakan.

Brakkk

"Nona! Apakah sesuatu terjadi? Saya mendengar teriakan nona dari luar!" Seorang gadis tiba-tiba mendobrak pintu membuat Felicia hampir terjungkal kebelakang.

Felicia mengelus dada sabar, dia masih belum tahu dirinya dimana Jadi dirinya tidak boleh emosi.

"Nona!" Panggil gadis itu lagi.

Felicia mendongak, menatap gadis yang sangat terlihat raut wajah khawatir. Hatinya sedikit tersentuh dengan perhatian gadis di depannya ini. Sudah 10 tahun dirinya tidak mendapatkan perhatian seperti ini.

"Aku tidak apa-apa! Tapi....," Felicia bingung harus mengatakan apa.

"Oh ya bisa kau ambilkan aku cermin itu?" Pinta Felicia dan di angguki oleh gadis itu. Dia pun mengambilkan apa yang di minta Felicia.

"Aku hanya ingin memastikan perkiraanku!" Gumam Felicia.

Gadis tadi datang membawakan cermin dan menyerahkannya kepada Felicia.

"Terimakasih!" Ucap Felicia.

"Sama-sama nona!" Ucap nya sambil tersenyum.

Dengan gugup Felicia mengarahkan cermin itu ke wajahnya dan...

Bang...

Benar saja apa yang dia pikirkan.

"Ini bukan wajahku! Berarti aku berpindah tubuh, waktu, bahkan zaman dan bahkan aku tidak tahu di mana tepatnya aku berada sekarang! Dan kemungkinan tubuh yang ku tempati ini adalah nona nya gadis di depannya ini, yang namanya Xinxin!" Batin Felicia yakin.

Terlihat wajah gadis yang dia tempati ini sangat cantik dan imut, akan tetapi sedikit kurus, mungkin kurang makan.

"Ada apa nona?" Tanya gadis yang Felicia masih belum tahu namanya.

Felicia beralih menatap gadis itu. "Namaku siapa?" Sekalian saja dia berakting lupa ingatan, toh memang benar dia tidak tahu siapa tubuh yang dia tempati ini.

Wajah gadis itu berubah panik, "Saya akan panggilkan tabib nona!" Bergegas dia berlari keluar tanpa menghiraukan panggillan Felicia.

"Huh, kenapa bisa jadi begini?" Keluh Felicia kemudian dia merebahkan dirinya.

Beberapa saat kemudian gadis tadi datang kembali bersama seorang pria tua berjenggot putih yang Felicia tebak dia adalah seorang Tabib.

Felicia mendudukan dirinya dengan wajah datarnya menunggu kedua orang berbeda usia itu sampai di hadapannya.

"Tolong periksa nona saya Tabib Han," pinta gadis itu.

Tabib Han pun mulai memeriksa urat nadi dipergelangan tangan Felicia dan sesekali menatap wajah tubuh yang di tempati Felicia dengan taut wajah berubah-ubah.

"Sudah pasti dia tidak bisa menebak penyakit tubuh ini, toh jiwa nya saja berbeda!" Batin Felicia.

Setelah beberapa saat Tabib Han selesai mengecek nadi Felicia dan bertanya kepada Felicia.

"Apakah kepala nona terbentur sesuatu saat terjatuh ke kolam teratai?" Tanya Tabib Han kepada Felicia.

Felicia menggeleng dan berkata. "Saya tidak tahu Tabib! Saat saya bangun tiba-tiba saja saya sudah berada di kolam teratai dan saya tidak ingat kenapa saya bisa ada disina!" Ucap Felicia. Memang dia tidak tahu sebab tubuh ini berakhir di kolam teratai, karena dia sendiri saja bingung mengapa dia bisa masuk ke dalam tubuh gadis ini dan apakah dirinya di dunianya sudah meninggal?

"Ku harap hasil kerja kerasku dulu tidak di salah gunakan oleh para orang serakah!" Batin Felicia.

Tabib Han manggut-manggut dan berkata. "Kemungkinan besar nya memang benar kepala nona Xin terbentur sesuatu saat di kolam teratai. Itu membuat kepala Nona pusing dan lupa ingatan. Tapi jangan khawatir, mungkin itu hanya sementara dan sebentar lagi ingatan nona Xin akan kembali," jelas Tabib Han panjang lebar kepada gadis di sampingnya yang masih Felicia belum tahu namanya.

Gadis itu mengangguk mengerti dan mereka pun berbicara mengenai sesuatu yang tidak dipedulikan oleh Felicia yang saat ini sedang melamun memikirkan...

"Lalu dimana jiwa dari tubuh ini?" Tanya Felicia pada dirinya sendiri.

"Lalu kenapa tidak ada satu ingatan pun yang masuk padaku? Kalau yang pernah ku baca di novel itu, akan ada ingatan pemilik tubuh yang masuk untuk memudahkan jiwa yang baru pada tubuh itu, tapi kenapa aku tidak?! Hah biarlah, anggap aku lupa ingatan beneran," lanjutnya membatin.

Saat dia sedang asik melamun, dia tidak sadar kapan Tabib Han dan gadis itu pergi dan tak berapa lama gadis tadi kembali.

"Apakah keadaan nona lebih baik? Saya sangat khawatir," ucap gadis itu sambil mengambilkan air untuk Felicia minum dan di tangannya ada bungkusan kecil.

"Aku lebih baik! Tapi masih sedikit pusing!" Jawab Felicia.

"Minum pil ini nona agar pusing anda berhenti!" Ucap gadis itu sambil menyerahkan satu butir pil yang masih terbungkus dan juga cangkir berisi air.

Felicia hanya menatap gadis ini bergantian dengan cangkir dan satu pil di tangannya.

"Ada apa nona?" Tanya gadis itu.

Felicia menggeleng dan menerima cangkir serta pil itu kemudian membuka bungkusnya dan menelannya dengan paksa.

Dia tidak tahu isi kandungan dari pil ini, dan ini sangat berbeda dengan obat-obatan di zaman modern, tapi biarlah dia coba.

Setelah tidak terjadi apa-apa Felicia pun berkata. "Terimakasih!" Ucap Felicia.

Bahkan pusing di kepalanya langsung hilang setelah dia menelan pil itu. "Sangat manjur!" Batin Felicia kagum dengan pil itu.

"Sama-sama nona!" Jawab gadis itu.

"Ekhem!" Dehem Felicia.

"Ada apa nona? Apakah tenggorokan nona sakit? Mau minum?" Tanya gadis itu khawatir.

"Eh eh tidak! Bukan itu! Aku mau tanya. Siapa namamu? Kau tahu bukan, kalau aku tidak mengingat apapun, namaku sendiri aku tidak ingat!" Mendengar pertanyaan Felicia, tiba-tiba raut gadis itu menjadi murung kemudian dia mendesah dan mulai bercerita.

"Baiklah! Kalau begitu pertama-tama perkenalkan nama saya Chici nona. Saya adalah seorang budak yang di bebaskan oleh tuan Fu. Awalnya saya adalah pelayan pribadi nona, tapi karena suatu alasan saya dihentikan melayani nona,"

"Tunggu!" Felicia mengangkat tangannya menyuruh Chici berhenti melanjutkan ceritanya.

"Ada apa nona?" Tanya Chici.

"Tidak, hanya saja kau bilang tadi seharusnya kau sudah bukan pelayan pribadiku bukan? Lalu kenapa kau masih bersamaku sekarang?" Tanya Xinxin.

Jadi sebenarnya Chici ini betugas sebagai apa? Kalau dari yang dia lihat dari malam terakhir sebelum dia pingsan Chici ini seperti pelayan pribadinya, tapi katanya sudah bukan! Lalu...

¤

¤

¤

Next...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!