Lea membaca komiknya dengan infus masih melekat di tangannya. Dengan susah payah dia membujuk bundanya untuk membawanya pulang ke rumah dan akhirnya berhasil.
"Aku harus membaca semua komik ini, agar aku tahu apa yang terjadi selanjutnya" guman lea.
Ting...Ting...Tong...Tong....
Suara aneh yang di dengar lea saat membaca komik di kamarnya. Dia mencari sumber suara itu. Terdengar sekali, di lantai bawah. Lea menuruni tangga dan perlahan matanya tertuju ketika melihat sebuah cahaya dari tembok. Lea menyentuh cahaya tersebut, tangannya hilang menebus tembok.
"Apa ini seperti pintu masuk ke dimensi lain?" Guman lea.
Lea menyentuh dan berhasil masuk ke taman dimana dia sebelumnya memetik bunga.
"Jadi ini pintu ke dunia komik ini?"
Saat lea terjatuh ke danau, pintu di mensi terbuka makanya lea bisa berada di rumahnya.
Lea berjalan menuju rumah, di mana dia menyuruh Raniya untuk tinggal di sana.
"Ling wei kembali" Guman lea.
ling wei melihat Raniya menangis di depan rumah soo hee. Dengan cepat, ling wei menghampirinya dengan panik.
"Apa yang terjadi raniya, mengapa kamu menangis?" Tanya lea sambil menyentuh punda raniya.
Suara yang ingin di dengar Raniya, dia menoleh dan melihat ling wei berdiri di belakangnya.
"Ling wei......" Kata Raniya berdiri sambil memeluk ling wei.
Ling wei yang mendapat pelukan beserta tangisan, merasa heran dengan perlakuan raniya. Apa sebenarnya terjadi dengan raniya? itulah yang dipikirkan ling wei.
"Aku mencarimu kemana-mana, kamu hilang saat di tabrak mobil kemarin. Aku tidak tahu harus berbuat apa?" Kata raniya sambil terus menagis.
"Raniya, ling wei tidak selemah dirimu. Aku akan tunjukkan padamu, seperti apa kuatnya ling wei. Kita akan buktikan pada fui man dan temannya jika kita bukan lawan baginya"
"Ling wei, terima kasih sudah bertahan. Kamu satu-satunya yang aku punya"
Ling wei mengerti bagaimana perasaan Raniya sewaktu dirinya tidak ada. Lea juga pernah merasakan kesepian di saat bundanya pulang dari kantor. Tetapi di saat dirinya memeluk bundanya, rasa lelah hilang seketika. Bahkan lea tidak merasa kesepian lagi.
Ling wei sudah seperti kakak bagi raniya. Walau dia tidak punya pengalaman mengasuh adik, ling wei bisa mencobanya.
"Raniya, kamu mau aku anggap sebagai adik? Aku janji akan melindungimu dari siapapun yang jahat padamu sebagai seorang kakak" kata ling wei tersenyum ramah pada raniya.
Raniya membulatkan matanya, tidak percaya perkataan ling wei. Dia tidak bisa berkata, itu yang diinginkan Raniya saat ini. Sebuah harapan untuk bersama keluarga walau hanya ada kakak baginya.
"Aku mau, Mau sekali. Terima kasih banyak kak" Kata Raniya penuh kesenangan.
Ling wei tersenyum, seperti ini rasanya jika punya adik. Sebagai lea, dia jarang bereaksi dengan teman-temannya. Lea sibuk selalu pemotretan, wajar dia model yang wajahnya terpajang di mana-mana.
Lea bahkan hanya punya fita sebagai teman di waktu luangnya. Ketika di rumah, dia kembali kesepian. Bunda kadang pulang tengah malam, sibuk dengan perkerjaannya juga.
******
Mentari datang menyambut pagi. Ling wei pergi ke sekolah bersama raniya. Dia berjalan sambil mengandeng tangan Raniya.
"*Apapun yang terjadi, aku akan selalu melindungi Raniya. Terutama dari fui man yang selalu menyingkirkannya" guman ling wei.
"Aku tidak boleh lemah karena harus melindungi adikku*"
Ling wei dan Raniya masuk ke kelas. Dia duduk berdampingan.
"Aku tidak melihat fui man, jangan-jangan dia merencanakan sesuatu lagi" Kata Raniya sambil melepas tasnya.
"Kamu tidak perlu khawatir, fui man urusanku"
"Tapi kak, aku takut fui man mencelakaimu seperti kemarin"
"Kamu lihat, dia sudah susah payah menyingkirkanku. Tetapi aku masih bisa bertahan hidup. kemarin bukan akhir dari hidupku" Kata Ling wei tersenyum yang sulit di artikan.
Lea atau ling wei sudah membaca semua adegan yang akan terjadi pada dirinya, hal yang lea lakukan, berusaha untuk tidak mengikuti adegannya. Jika mengikutinya, ling wei akan berakhir menganaskan. Ling wei mati karena diracuni. Ling wei tidak boleh mengambil makanan dari orang lain siapapun itu.
Fui mam masuk dengan tertawa bersama teman-temannya. Tawanya terhenti ketika melihat ling wei duduk sambil membaca buku bersama raniya.
"Tidak mungkin, dia seharusnya sudah lenyap"Guman fui man.
Fui man berjalan sambil terus melihat wajah ling wei dengan tatapan tidak percaya dengan dilihatnya.
"Apa kamu bingung, melihatku ada di sini?" Tanya ling wei yang menyadari fui man memperhatikannya.
Fui man hanya terdiam, yang dia lihat bisa bicara seolah-olah dia asli.
"Kamu tidak akan mudah melenyapkanku, aku yang akan lebih dulu melenyapkanmu" Kata ling wei yang penuh penekanan dan ancaman sambil tetap membaca buku di tangannya.
Fui man gemetar, mendengar ancaman dari ling wei. Ling wei yang dulu sudah berubah. Dia sekarang tidak bisa di remehkan lagi.
"Aku harus melenyapkannya sebelum dia melenyapkanku terlebih dulu. Aku tidak bisa sendiri, aku akan mencari teman yang bisa di andalkan" guman fui man berusaha menahan ketakutannya.
****
Ling wei tersenyum saat di kantin, dia senang melihat wajah ketakutan fui man.
"Ini baru permulaan, sebentar lagi, dia akan tahu siapa ling wei sebenarnya"
Seorang siswa datang memberi roti kepada ling wei, walau ling wei tidak mengenalnya. Ling wei tersenyum ramah dan mengambil roti yang diberikan untuknya.
"Terima kasih"
"Sama-sama"
Raniya datang dan melihat roti ditangan kakaknya. Dia mengambilnya, berniat memakannya.
"Raniya jangan, roti itu punya kakak. Tidak baik merebut Roti orang lain" Kata ling wei menghalangi.
"Bagi-bagi kak, Raniya juga mau roti ini"
"Kakak bilang jangan, jangan. Adik harus patuh dengan kakaknya. Tidak boleh melawan" kata Ling wei mengambil roti dari tangan Raniya.
Ling wei pergi dari kantin meningalkan Raniya yang marah karena tidak mendapat roti.
"Kakak pelit, tidak mau berbagi dengan adiknya" Kata raniya kesal.
Ling wei menyimpan rotinya dalam tas, ingin memakannya nanti. Ling wei berjalan menyusuri tiap jalan yang membawanya ke kelas.
Di menulis sesuatu di bukunya kemudian membaca lagi. Ling wei terlihat sibuk. Fui man yang selalu memperhatikan ling wei dari tadi.
"Ling wei, kamu tidak ingin mengucapkan selamat tinggal padaku?" Tanya fui man yang mendatangi ling wei ke mejanya.
"Aku ucapkan selamat tinggal, sebentar lagi kamu akan hilang. Jadi nikmati waktumu sekarang ini"
"Aku takut ling wei... sangat takut" Kata Fui man berekspresi ketakutan.
"Tapi boong....." Lanjut Fui man disertai tawa.
"Kita lihat saja nanti, siapa yang akan lenyap" guman Fui man.
Ling wei membuka roti dari tasnya dan melahapnya sampai habis.
"Enak rotinya..." Teriaknya membiarkan Fui man mendengarnya.
Ling wei melanjutkan membaca bukunya, tiba-tiba di memegang kepalanya dan tidak lama, ling wei terjatuh dari kursi.
Siswa yang melihatnya panik dan berkerumunan di depan ling wei. Mereka heran, apa yang terjadi dengan ling wei.
Sementara Fui man tersenyum menyaksikan ling wei yang terjatuh.
Jangan lupa vote, like dan komen jika suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments