"Kita harus bertahan" ujar ling wei tetapi raniya sudah pingsang.
Ling wei mencari kain untuk menutupi hidung dan mulutnya agar tidak sesak karena asap. Tidak ada kain, ling wei merobek bajunya sekolahnya.
Ling wei mengambil kursi dan berusaha membuka pintu gudang. Di saat pintu gudang terbuka, ling wei membawa raniya menerobos api.
Ling wei lega ketika dirinya berhasil keluar dari ancaman maut. Dia marah dengan fui man yang ingin membakarnya hidup-hidup.
Ling wei membawa raniya ke klinik sekolah. Dia membaringkan tubuh temannya. Ling wei merasa kasihan dengan Raniya, baru pertama datang disambut dengan perlakuan fui man yang kejam.
Raniya membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat ling wei tertidur di dekatnya.
"Ling wei.....?" Panggil Raniya lemah.
"Raniya, kamu sudah sadar?" Tanya ling wei yang melihat raniya memgerakkan tangannya.
"Aku pikir aku sudah mati"
"Kita masih hidup, aku sudah katakan tidak akan membiarkan api itu untuk membakar kita"
"Terima kasih banyak, sudah mau mengeluarkan aku dari sana"
"Kita sesama manusia harus tolong menolong" Kata ling wei tersenyum sambil memegang tangan Raniya.
DI KELAS
Fui man terlihat bercanda dengan temannya sambil mengobrol. Dia berpikir jika ling wei dan raniya sudah hagus di bakar api.
Ling wei masuk sendirian ke kelas, fui man dan teman-temannya kaget. Dia mengusap matanya memastika yang dilihatnya adalah ling wei yang asli.
Ling wei berhenti dan memberika senyuman yang sulit diartika kepada fui man.
"Kamu pasti panas melihatku ada di sini. Harapanmu untuk menghilangkanku sia-sia" guman ling wei.
Ling wei duduk dan berbura-pura membaca buku. Dia ingin melihat reaksi fui setelah membuatnya berada dalam maut.
Jian masuk dan terkejut melihat ling wei berada di kelasnya.
"Ling wei..? Kamu masih hidup?" Tanya jian sambil menyentuh wajah ling wei memastikan.
"Apa maksudmu?" Tanya ling wei yang heran, bagaimana jian bisa mengetahuinya.
"Fui man mengatakan jika dia sudah membakar pemeran pendukung, kamu dan raniya. Kamu sudah seharusnya mati sekarang, bagaimana bisa masih hidup?" Tanya jian yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Kamu berada di pihak fui man sekarang?" Kata ling wei yang merasa jika jian ikut merencanakan kebakaran itu.
Melihat jian yang tidak bisa berkata-kata, ling wei semakin yakin. Jian berpihak pada fui man.
"Kenapa kamu melakukan semua ini? Bukan kha kita berteman?"
"Aku terpaksa. Fui man mengatakan jika sebentar lagi akan ada pemeran pendukung yang hilang, melihat perlawananmu padanya"
"Karena itu kamu takut, jika dirimu yang hilang. Makanya kamu merencanakannya bersama fui man? Aku pikir, kamu orang yang baik, bisa di percaya, ternyata kamu dalang semua ini" kata ling wei sambil pergi meninggalkan kelasnya.
Jian menyesal telah berusaha melukai ling wei, hanya karena keegoisannya sendiri.
TIGA JAM SEBELUMNYA...
jian ingin masuk ke kelas, tetapi di hadang oleh fui man.
"Jian, kamu tahu kenapa ling wei sudah berani melawan?" Tanya fui man kepada jian.
"Akhir ini, ling wei terlihat tidak seperti biasanya. Lalu kenapa jika dia berani melawan?"
"Kekacauan yang dibuat ling wei bisa berdampak pada pemeran pendukung, seperti kamu. Soo hee menghilang, padahal ling wei yang berbuat kesalahan. Kali ini, bisa saja kamu yang menghilang"
"Tidak mungkin"
"Jian, kamu mau menghilang seperti soo hee juga? Aku bisa mengubah nasibmu agar pemeran pendukung yang lemah sepertimu tidak hilang sampai akhir cerita" kata fui man berusaha meyakinkan jian.
"Apa yang bisa aku lakukan?"
"Bawa ling wei dan raniya ke gudang, apa pun caranya. Aku menunggunya di gudang"
"Untuk apa?" Tanya jian merasa aneh dengan fui man.
"Kita akan menghilangkan mereka untuk selama-lamanya. Tidak ada penganggu lagi, posisimu juga aman"
Jian berhasil di bujuk fui man, dia tidak mau seperti soo hee yang menghilang karena ling wei.
"Baiklah. Kalian tunggu ling wei di gudang, aku akan membawanya" kata jian yang masuk ke kelas menghampiri raniya dan ling wei.
"Dia mudah dibujuk juga, siapa peduli denganmu. Yang jelas ling wei harus hilang" kata fui man tersenyum kemenangan.
Ling wei marah dan kecewa dengan jian. Dia tidak habis pikir, jian mengkhianatinya. Sulit mempercayaai seseorang saat ini, sahabat saja bisa menusuk.
Ling wei ke klinik menemuni Raniya. Ling wei menatap wajah Raniya yang terlelap tidur.
"Apa kamu juga tidak bisa di percaya raniya?" Guman ling wei
"Kamu bisa saja menusukku juga seperti jian, aku lebih baik mempercayai diriku sendiri"
SEMENTARA DI KELAS....
jian menemui fui man, bertanya bagaimana bisa ling wei tidak menghilang.
"Mana aku tahu, aku yakin mereka seharusnya sudah menghilang"
"Lalu siapa tadi? Hantu ling wei?" Kata jian tidak terima.
"Jangan salahkan aku, aku sudah berusaha menghilangkannya"
"Kamu tidak bisa diandalkan fui man. Seharsusnya aku tidak kerja sama denganmu" kata jian sambil melangkah pergi meninggalkan fui man.
"Kamu sendiri yang memilih kerja sama denganku" kata fui man kesal.
KLINIK...
"Ling wei, aku sudah merasa lebih baik. Kita sebaiknya pulang, sebentar lagi malam" kata raniya dengan suara lembutnya.
"Iya baiklah. Aku akan mengantarmu pulang" kata ling wei ramah sambil membantu raniya berjalan.
"Kamu punya rumah?"
"Aku tinggal di rumah Soo hee"
"Siapa soo hee, saudaramu?" Tanya Raniya
"Bukan. Sahabatku"
"Apa aku boleh tinggal di sana juga? Aku tidak tahu mau tinggal di mana"
Ling wei berhenti melangkah mendengar perkataan Raniya.
"Kamu tidak punya rumah?" Tanya ling wei heran. Jaman sekarang, masa ada orang tidak punya tempat tinggal meski kecil seperti milik soo hee.
"Aku tidak tahu. Saat aku bangun, aku sudah berada di kelas dengan memegang bunga mawar"
"Apa raniya juga seperti dirinya yang berasal dari dunia lain?" Guman ling wei.
"Baiklah, kita ke rumahku saja"
"Terima kasih banyak ling wei" kata Raniya penuh kegembiraan.
Mereka baru saja keluar dari gerbang sekolah menuju rumah Soo hee yang tidak terlalu jauh lagi. Tidak lama, mobil hitam melaju dengan kencang ke arah ling wei.
"Ling wei....Awas" Teriak Raniya tetapi dia sudah terlambat.
BUK... Ling wei terlempar jauh ke pinggir jalan. Raniya menghampiri ling wei yang sudah tidak berdaya. Senyum sinis terpancar dari pengendara mobil yang menabrak ling wei. Setelah itu, dia pergi melaju tanpa merasa bersalah.
1 jam kemudian......
Ling wei tersadar, dia berada di rumah sakit. Ling wei menghela nafas lega, dirinya masih diberi kesempatan hidup setelah ditabrak mobil.
"Ling wei, kamu memang kuat" kata ling wei meyakinkan dirinya.
"Lea... kamu sudah sadar?"
Suara yang sangat dirindukan lea.
"Bunda...., aku senang masih bisa melihat bunda" kata lea menangis sambil memeluk bundanya.
"Kamu tidak apa-apa? Masih ada yang sakit?" Tanya bunda rani yang melihat anaknya menangis.
Lea sangat senang dan terharu melihat bundanya. Rasa lelah sebagai ling wei jadi hilang ketika dirinya memeluk bundanya. Kehangatan dan kasih sayang orang tua luar biasa bagi lea, dia bisa merasakan ketika memeluk bundanya.
"Maafin bunda lea, bunda terlambat datang dan menolong kamu lebih cepat"
"Sebenarnya apa yang terjadi bunda?"
"Kamu tidak ingat? Kamu berbaring di dekat ruang tamu dengan banyak darah. Bunda kaget ketika sampai rumah. Makanya bunda membawamu ke rumah sakit. Akhirnya kamu berhasil melalui masa kritis" kata Bunda lega.
Lea teringat sekarang, kakinya menabrak meja yang membuatnya jatuh. Lalu bagaimana dengan keadaan ling wei yang kecelakaan? Lea mencari komiknya.
"Bunda liat komik lea?" Tanya lea berharap bundanya membawanya.
"Komik? Bunda tidak liat, Mungkin di rumah"
Lea harus membaca komik itu sekarang, mencari tahu keadaan ling wei dari kecelakaan tadi.
"Kita bisa pulang sekarang kan bun?"
"Kamu di periksa dokter dulu baru kita lihat hasilnya"
Lea menganguk setuju. Dia tidak sabar sampai di rumah untuk membaca komiknya.
untuk pembaca setia, maaf jika karyanya masih jauh dari kesempurnaa. Author hanya manusia, mohon di maklumi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Puspa Herliyah
semangat
2022-03-22
3