...My man is a Bunian...
...Santi Terluka...
Hari pun berlalu. Dan di hari ini, adalah hari ke 4 di mana Santi masih setia menunggu Raka di bawah pohon randu. Hari ini , Santi menunggu Raka dari jam 11 hingga jam 2 siang .
Karna tidak ada tanda-tanda akan hadirnya Raka, Santi memutuskan untuk menelusuri jejak Raka di tempat Raka terakhir menghilang.
Se'tibanya di pepohonan besar nan ribun dengan semak belukar yang lumayan tinggi. Santi kemudian berteriak memanggil-manggil nama Raka, berharap Raka kebutulan lewat atau sedang berada tak jauh dari tempat Santi berada.
Namun, sekitar 1 jam lebih Santi mengitari semak-semak , ilalang dan belukar di sekitar yang terus menerus memanggil-manggil nama Raka, namun Santi tidak pernah mendapatkan jawaban dari pria yang ia panggil.
Karna Santi tidak mendapatkan jawaban dari pria yang ia cari, Santi memutuskan untuk menghilangkan lelah'nya dengan duduk di sebuah pohon yang lumayan rimbun.
Setelah beberapa menit Santi duduk di bawah pohon, untuk mengilangkan pegal di kakinya. Tiba-tiba saja perasaan Santi menjadi tidak tenang. Perasaan Santi seakan-akan sedang di intai dan di perhatikan. Dengan waspada dan hati-hati, Santi mencoba menjamah keadaan di sekeliling.
Kini pandangan Santi mulai tajam di setiap pepohonan,belukar dan ilalang. Namun tidak ada yang Santi dapatkan dari hasil penelusuran dari iris mata'nya.
'Huufff! Semoga saja bukan apa-apa' Guman Santi.
Santi mencoba memejamkan mata seraya menarik nafas dalam-dalam yang terasa begitu berat. Karna kali ini ,hanya ada satu tempat yang belum terjamah dari penglihatan Santi .
Dengan pelan bersama rasa was-was, Santi memberanikan diri untuk melihat ke arah pohon di atas kepalanya.
Deg!!.
Jantung Santi berhenti beberapa detik. Pupil mata Santi seketika melebar dan detak jantung Santi seketika berdetak lebih cepat dengan tiba-tiba. Ternyata di atas pohon tepat di atas kepala Santi, ada se'ekor Ular Sanca berukuran besar dan panjang sekitar 6 meter dengan mulut yang sudah menganga yang telah memperlihatkan 2 taringnya.
Dengan panik , Santi langsung meraih golok yang selalu ia bawa jika ia pergi ke kebun untuk berjaga-jaga. Dengan ketakutan di serati panik, Santi mengarahkan ujung golok ke atas pohon dengan tangan yang gemetar. Santi hanya berjaga-jaga , jika saja Sanca itu terjun bebas.
dan...
Dugaan Santi tepat, sanca tersebut langsung terjun bebas ke arah santi dengan mulut menganga yang terbuka lebar.
Jlebb!
Kreek!
Bunyi golok yang Santi genggam, berhasil menacap di tubuh Sanca. Tidak di sangka, Sanca itu langsung melilit golok dengan kuat. Dan na'as 'nya, tangan santi pun ikut terlilit bersama golok yang di genggam oleh Santi.
"Kuat! Ini sangat kuat." guman Santi ketika ia merasakan lilitan ular tersebut di pergelangan tangannya.
Tangan Santi seketika mati rasa. Ketika tangan'nya terlilit. Seperti'nya, aliran dara yang mengalir ke pergelangan tangan Santi kini telah tersumbat oleh lilita ular tersebut.
Krek!
"Arrrhhghhh! Keparat!" Teriak Santi kesakitan. Ketika taring sanca itu berhasil menembus kulit tangan Santi.
Santi meregang sesakitan, Akibat taring ularnyang menancap membuat tangan Santi bergetar hebat. Sial'nya, ular tersebut lebih memper'erat lilitan'nya.
Santi menatap heran dengan ular yang sedang melilit pergelangan tangan Santi, beserta golok yang masih menancap. Santi merasa enah dengan ular tersebut, kenapa ular itu tidak merasa'kan sakit. Ketika tubuh'nya telah terkena golok.
'Apa? Apa yang harus aku lakukan? berpikir'lah Santi,' Batin Santi merancu.
Di saat Santi sedang kebingungan, dengan pandang Santi yang yang liar, berharap ada sesuatu yang bisa di gunakan oleh Santi. Mata Santi Pun tertuju ke ranting-ranting yang telah mengering yang berserakan di hadapan'nya.
Dengan Panik, Santi mencoba meraih ranting tersebut. Santi pun menusuk mata ular tersebut berulang kali dengan ranting yang di genggam oleh santi dengan kuat.
"haa! Mati kau Sialan, kau menyakiti tanganku," Umpat Santi dengan menusuk Mata ular dengan berulang kali.
Merasakan sakit akibat tusukan di mata, ular tersebut melepaskan gigitan dan lilitannya pada lengan Santi. Merasa ada celah, Santi dengan tangan kiri'nya mendorong ular tersebut dengan kuat, agar terlepas dari pergelangan tangan'nya.
Saat ular itu terjatuh, tangan Santi tidak bisa di gerakan. Tanga'nya seketika mati rasa, ketika Santi mencoba mengangkat tangan kanan'nya. tangan'nya seperti tidak bertulang.
Di saat Santi sedang fokus mencoba menggerakan tangan'nya agar berfungsi, mata Santi teralihkan oleh sanca yang ingin melarikan diri dengan golok yang masih menancap pada tubuh ular tersebut.
Santi dengan cepat lungsung menginjak kepala ular tersebut dengan kuat . Kemudian menekan kepala ular tersebut hingga kepala ular tersebut terbenam ke dalam tanah .
Terlihat ,tubuh ular di bawah kaki Santi sedang menggeliat tak menentu, Santi yang melihat ular yang hendak melilit kakinya, mencoba meraih golok yang masih menancap di badan ular , namun usaha Santi harus lebih ekstra. Karna golok yang menancap di tubuh ular juga ikut menggeliat dan menari-nari mengikuti gerakan ular.
Dengan usaha, Akhirnya golok yang ikut menari pun dapat di raih oleh santi dengan tangan kirinya. Tanpa membuang waktu, Santi mengarah'kan golok itu ke badan ular.
"Aaa! Sialan, b*ngsat! Beraninya hewan sepertimu melukai tanganku, kau mau jadikan aku mangsa ha! Rasakan ini, mati kau hewan sialan! Hewan terkutuk, hewan laknat."
Santi mengumpat. Dengan beringas di sertai emosi yang membara, Santi memotong-motong ular yang kini berada di kaki'nya dengan nafas yang tersengal.
"Sialan," umpat Santi yang melempar goloknya asal. Ketika ia melihat, tubuh ular tersebut telah terbagi menjadi beberapa bagian.
Santi kehilangan banyak tenaga, Karna harus bertarung dengan seekor sanca yang sedang kelaparan. Kini , sebagian baju hingga tangan Santi telah di penuhi dengan darah ular yang baru saja ia mutilasi. Sungguh bau darah dari ular tersebut memuat perut Santi mual, karena amis dari darah ular itu sungguh menyengat.
Santi merasakan tubuh'nya lemas dan tak bertenaga lagi. Ia merasa bahwa kaki'nya tidak memiliki tulang untuk dapat menompang tubuhnya. Ia pun terduduk lunglai ke tanah ,yang tak jauh dari badan ular yang sudah terpotong-potong menjadi beberapa bagian tersebut. Santi menatap ke arah badan ular yang ada beberapa bagian dari badan ular yang terlihat masih dapat bergerak. Mungkin Karna saraf dan otot-otot pada ular tersebut masih aktif .
"Sial apa aku bertemu dengan ular yang kedang kelaparan?" Ucap Santi dengan jantung yang masih terdengar belum stabil.
Santi menatap ke arah lengan bekas di gigit ular. Terlihat darah mengalir dengan deras, dengan tenang. Santi menarik kasar ikat rambutnya . Ia pun langsung mengikat pergelangan tangannya menggunakan ikat rambut miliknya. Kini rambut Santi pun terurai lepas hingga ke pinggang.
Dengan sisa tenaga, Santi mencoba untuk berdiri, walau pun ia merasa gemetaran dan tidak memiliki tenaga. Namun Santi harus mencoba untuk tetap kuat. Santi kemudian melangkah menjauh dari badan ular yang sudah menjadi bangkai tersebut , ia pun berjalan tergopoh-gopoh menuju ke arah rumahnya .
Saat perjalanan pulang menuju ke arah rumah'nya, Santi Tidak sengaja menemukan satu pohon jarak yang sedang berdaun lebat. Di tebangnya pohon tersebut , batang yang telah terpotong di ambil dan kemudian di arahkan ke bekas gigitan ular yang lukanya sudan terlihat sobek dan menganga .
"Arrrgghh!" Teriak Santi. Santi pun seketika menutup mata dan menggigit kuat lengan kaos yang ia gunakan.
Saat getah jarak itu mengenai luka Santi, Santi hanya bisa meringis dan menghentakan kaki'nya dengan menggit kuat kaos yang ia pakai. Rasa'nya sudah pasti nano-nano.
Setelah merasa agak lebih baik , Santi pun melepaskan ikat rambut yang mengikat kuat pergelangan tangannya. Dan ternyata darah sudah berhenti. Karna tersumbat oleh getah dari pohon jarak yang Santi teteskan. Santi kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah dengan jalan yang lemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments