#4
Memasuki hari ketiga setelah kejadian sore itu. Sudah tiga hari pula aku mengurung diriku di dalam kamar. Untuk makan-pun menunggu hanya saat perutku sudah berteriak meminta hak nya.
Pikiranku berantakan. Dunia rasanya berhenti.
Waktu terasa sangat lambat.
Tiap detik berlalu seperti membawa langkah kaki ku berjalan di atas pecahan luka.
Tertatih namun harus ku jalani.
Ya. Duniaku berhenti sejak tiga hari yang lalu.
Seperti katanya,
“Aku bakal ngebuat kamu ngalamin sesuatu yang gak akan kamu lupain seumur hidup kamu."
Dia benar. Kejadian sore itu akan terus ku ingat sampai aku mati.
Bagaimana mungkin bisa lupa jika bekas lukanya se-sakit ini?
Aku menangis. Berteriak di bawah bantal, berusaha meredam suaraku.
Malam setelah kejadian sore itu aku sudah berniat untuk bunuh diri.
Cairan pemutih pakaian sudah hampir habis aku minum namun tubuhku bereaksi secara spontan menolaknya.
Perutku mengeluarkan semua isinya. Memuntahkan segalanya bersamaan dengan derasnya air mata yang terus keluar.
Bayangan Abah dan Ibu terus saja berkelebat di pelupuk mataku.
Malam itu, Andy berulang kali mengetuk pintu kosanku, ia menelfonku tanpa henti.
Namun aku tidak perduli. Aku tidak mau melihat wajahnya lagi.
Mengapa selalu pihak wanita yang menanggung luka ini sendiri?
Mengapa selalu pihak wanita yang selamanya di anggap sudah tidak sempurna?
Bagaimana dengan laki-laki yang sudah merenggut segalanya dariku itu?
Bagaimana dengannya?
Tidak ada bekas kejadian apapun di tubuhnya, bahkan setitik noda pun tidak.
Ia bersih, saaangatt bersih sampai jika ia ingin membual bahwa ia belum pernah sama sekali tersentuh wanita, semua akan percaya.
Ia bisa melanggeng dengan sempurna, tanpa terbebani oleh apapun, tanpa berkurang apapun.
Bagaimana denganku?
Bagaimana dengan keluargaku?
Saat semua orang tahu, semua akan lenyap beserta segalanya dariku.
Bukan hanya nama baikku, tapi seluruh keluargaku.
Segalanya yang sudah ku lakukan, semua pencapaian yang ku raih.
Apalah arti-nya jika nanti semua orang akan tahu fakta menyakitkan ini?
Dasar Murahan. Sok jual mahal tapi ternyata gampangan!
Aaahhh...!!!! Apa yang sudah ku lakukaannnn....!
Harusnya aku berjuang mati-matian mempertahan ke hormatanku, atau harusnya aku membiarkan diriku mati daripada harus menyerahkan ke hormatanku, atau harusnya aku bunuh saja laki-laki itu sebelum dia merenggut segalanya dariku, atau seharusnya aku bisa lari.
Ya. Aku harusnya bisa berusaha lari.
KENAPA AKU HANYA DIAM SAJAAA SAAT ITUUU???
Apa yang akan mereka katakan jika tahu keadaanku?
Masih teringat jelas sore itu, saat Andy berlutut memohon maaf dariku, memohon agar aku tidak mengakhiri hubungan kami.
“Bukan ini yang aku maksud, Naya... Aku gak mau kamu pergi. Jangan tinggalin aku...”
Aku yang kalut saat itu hanya bisa menangis.
Andy berusaha memelukku walau berkali-kali aku mendorong tubuhnya agar menjauh dariku.
Kami menangis bersamaan.
Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Melihatnya menangis justru membuatku bertambah marah.
Untuk apa tangisan itu?
Apa dengan air mata-nya bisa mengembalikan waktu? Bisa mengembalikan ke hormatanku?
Cukup lama kami terdiam. Hanya terdengar isak tangis yang perlahan mereda.
Andy berusaha membujukku agar mau makan keluar sekaligus menemaninya potong rambut.
“Biar kamu lebih tenang,” katanya saat itu.
Aku tidak mengerti.
Mungkin dia menganggap kemarahan dan kesedihanku saat ini sama dengan ketika aku merajuk karena dia terlambat menjemput ku, atau saat aku merajuk karena ia lebih memilih film action daripada romance saat kami ke bioskop.
Tidakkah ia mengerti tidak ada yang dapat menandingi kehancuranku saat ini?
Luka dan perih yang luar biasa.
Ah, air mataku makin deras keluar.
........................................................................
“Mau sampai kapan kamu seperti ini, Naya?”
Shinta duduk di sebelahku. Matanya menatapku sedih.
Aku menarik nafas panjang, “Aku gak tau, Ta...”
“Aku sudah ngomong sama seluruh keluargaku kalo kamu terpaksa harus nginep disini ber hari-hari karena kamu lagi sakit. Tapi please, Nayaa... kamu gak bisa kayak gini terus!”
Sudah tiga hari aku menginap di rumah Shinta. Aku sengaja menginap disini karena hanya di tempat ini Andy tidak bisa menemui ku.
Shinta sudah memberitahu seluruh keluarganya jika ada yang datang mencari ku, katakan mereka tidak tahu dimana keberadaan ku.
“Hidup ku hancur, Taa... segalanya kacau!”
"Masa lalu memang gak bisa dirubah, Naya. Sekuat apapun kamu berusaha, waktu tidak akan bisa terulang kembali. Tapi kalau kamu terus-terusan bersikap seperti ini, seluruh hidupmu yang artinya juga beserta masa depanmu akan hancur. Benar-benar hancur. Totally!”
"Kamu gak ngerti, Ta... Kamu gak bener bener ngerti apa yang aku rasain sekarang”
"Tell me, apa yang gak aku ngerti? Jelasin sama aku.”
“Aku gak bakal bisa nikah, Taa... gak akan ada laki-laki yang mau nerima aku.“
Shinta mendengus kesal, “Siapa yang bilang kayak gitu?! Apa kamu itu Tuhan Yang Maha Tahu tentang masa depanmu??”
"Belum lagi kalau keluargaku tau...”
"Mereka gak bakal tau, Nay! Tapi kalau kamu terus-terusan bersikap seperti ini, cepat atau lambat mereka bakal segera tau!”
Semua penjelasan Shinta masuk akal. Aku gak punya alasan untuk membantah kalimatnya.
“Aku tanya deh sama kamu sekarang, apa dengan cara ini masalah kamu bisa selesai? Atau apa dengan cara ini kamu bisa mengembalikan waktu dan menempatkan segala sesuatu kembali sesuai dengan yang kamu mau?”
Aku menggeleng lemah.
“Aku fahaamm banget kenapa kamu seperti ini. Jangan kamu tanya apa aku bener-bener bisa ngerasain apa yang kamu rasain atau enggak. Inget kaan waktu kamu pertama kali cerita tentang masalah ini aku bahkan menangis lebih keras daripada kamu?”
Lagi-lagi aku hanya menjawab pertanyaannya dengan mengangguk pelan.
Persahabatan kami sudah lebih dari tiga tahun. Lebih dari cukup untuk bisa saling memahami antara kami.
“Kehilangan itu bukan akhir dari segalanya, Naya. Masih banyak hal yang kamu punya. Jangan sampai kehilangan ini ngebuat kamu kehilangan semuanya. Perjalanan kita masih panjang, Naya.
Walau menyakitkan, tapi dengan kejadian ini kamu jadi tahu apa saja yang harus kamu hindari.
Kamu juga pasti berharap melakukan sesuatu berbeda saat kejadian itu. Kamu juga pasti terus-terusan menyalahkan dirimu sendiri, tapi gak ada gunanya dibebani dengan penyesalan atas hal-hal yang gak bisa kita ubah.
Hidup gak hanya tentang hari kemarin, namun juga untuk hari ini dan esok, Naya.
Ah ya, satu lagi. Kamu bilang, kamu gak bakal bisa nikah? Gak akan ada laki-laki yang mau nerima kamu? Thanks God...! mereka yang bakal rugi gak bisa dapetin kamu, Naya!”
Aku tersenyum kecut. Aku tau Shinta hanya berusaha menghiburku.
“Kamu sudah tiga hari gak kuliah, tiga hari gak keluar kamar, tiga hari juga kamu nangiiisss ajaa. Kamu tau gak? Hengky sama Andy hampir berantem di depan kelas siang tadi?”
“Hengky? Apa hubungannya sama Hengky?”
“Gak tau deh, katanya dia khawatir banget sama kamu. Andy juga sebenernya sudah tiga hari juga bolak balik kelas nanyain kamu sama aku tapi gak pernah ketemu sama Hengky.
Nah, tadi mereka ketemu. Hengky marah trus nuduh Andy penyebab kamu menghilang selama tiga hari ini”
“Kenapa Hengky selalu ikut campur urusanku sih?”
“Ya karena dia suka sama kamu, Bodoh! Kamu itu hilang perawan loh Nayaaa bukan hilang akal!”
Aku tertunduk. Kalimat Shinta seperti membawaku kembali ke medan pertempuran yang sempat ku tinggalkan. Pertempuran yang baru saja dimulai namun pertahanan ku sudah hampir koyak.
Naya tertawa, ia menekan kedua pipiku dengan tangannya hingga membuat bibirku mengerucut,
“Maafin akuu loh, Bebep Sayaaanggg...! Abisnya kamu nyebelin banget sih! Kan kamu tau Hengky memang sudah lama bilang suka sama kamu tapi gak kamu terima."
“Coba aku terima aja yaa si Hengky... mungkin kejadian kayak gini gak bakal terjadi sama aku...”
“Siapa bilang?! Bisa jadi malah lebih parah! No, Naya! Jangan pernah berurusan sama dia. Aku gak suka kamu deket sama Hengky.
Hey, aku juga baru inget. Aku sudah pernah bilang dari awal kalo aku juga gak setuju kamu sama Andy. Cara dia ngeliat kamu tuh aneh. Belum lagi cara ngomongnya yang mentang-mentang senior jadi sok tau segala hal.
O iya, jangan bilang kamu lupa kalo dia pernah selama satu jam cerita tentang koleksi mobil keluarganya, aset kekaayaan ayahnya terus juga koleksi motor gede di rumahnya..!
OH MY GOD, Nayaaa!! Satu jam, Nayaaaa!!”
Aku dan Shinta tertawa bersamaan. Menertawakan kebodohan ku. Menertawakan betapa indah cara Semesta mengingatkanku namun tidak ku hiraukan.
Tiba-tiba handphone ku berdering, tertera nama Andy di layar.
Pandangan mataku langsung menatap Shinta, meminta pendapatnya.
“Angkat, Naya. Suruh dia kesini sekarang. Sudah saatnya kalian menyelesaikan masalah yang telah kalian perbuat.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
temi rusli
Duh, Nay ... Aku sedih tahu ...
Btw, semangat kak Thor..
2022-04-07
2
Fujio Ami
trs mrk gmn ya...
Semangat Naya,
semangatt Thor!!!
2022-04-06
2
Fujio Ami
Shinta the best 🥰
2022-04-06
2