Aku beruntung?

2

"Kamu kenapa, Sayang? Kok ngelamun?"

Aku terhenyak. Ah ya, aku sedang dalam perjalanan pulang ke kosan. Setelah melewati hari yang panjang selama di rumah, liburan akhir semester akhirnya selesai.

Andy, pacarku selama 8 bulan belakangan ini tersenyum sambil menggenggam tanganku, "Ada masalah ya?"

Jangan ditanya mengapa aku yang sangat paham agama ini bisa berada berdua di mobil seorang laki-laki. Aku tahu, tidak seharusnya aku pacaran. Agama melarang.

Tapi entah ini karena pengaruh aku tidak dekat dengan Abah, rasanya aku seperti menginginkan kasih sayang dan perhatian lebih dari seorang laki-laki. Aku menginginkan perhatian, pujian bahkan sekedar tatapan memuja.

Terkadang perhatian kecil saja sudah meluluhkan hatiku, walau dalam banyak kasus aku memendam erat perasaanku dan menepisnya.

"Gak papa kok. Mungkin cuman kurang tidur aja, " jawabku pelan.

"Kalau ada apa-apa cerita aja... Aku siap kok dengerin."

Mobil melaju dengan lambat. Seperti biasa Ibu Kota, penuh dengan kemacetan di sana dan di sini.

Andy tidak menjemput ke rumahku. Tentu saja tidak. Aku bisa makin dimarahi habis-habisan oleh Abah dan Ibu.

Ia hanya menjemput ku di terminal bis tadi. Seperti biasa, ia bersikeras menjemput walau aku sudah bilang aku bisa naik taksi atau ojek online.

"O iya, Kakak besok jadi naik gunung?” tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan awal, memilih untuk tidak pernah membicarakan masalah keluargaku kepada pasangan.

Pacarku adalah Ketua Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam di kampus kami. Seorang mahasiswa jurusan teknik sipil semester akhir. Ia adalah idola bagi mahasiswi dan menjadi leader bagi mahasiswa lainnya.

Banyak yang mengira kami hanya akan bertahan sampai tiga bulan saja.

Bagaimana tidak?

Aku yang tidak mengikuti satupun kegiatan organisasi di kampus sedangkan dia sangat aktif di berbagai organisasi diluar dan didalam kampus. Dia yang ekstrovert sedangkan aku introvert. Dia yg ramah kepada siapa saja, temannya ada di mana-mana, sedangkan aku?

Ya Tuhan, aku cuman punya satu teman sekaligus sahabat bernama Shinta. Entahlah, aku bingung apa yang membuatnya yakin memilihku menjadi pasangannya.

"Kakak kan ketua rombongan, gimana bisa kakak gak ikutan? Pasti jadi dong, Sayang...

Kamu gak mau ikut juga? Kayaknya seru deh kalo kita naik bareng"

Aku bergidik ngeri, membayangkan naik tangga ke lantai tiga di kampus saja aku sudah terengah-engah, apalagi naik gunung yang puncaknya tidak jelas dimana.

"Kakak kan tau aku gampang capek. Aku gak bakal kuat naik gunung gitu... "

"Kan ada kakak... Kalau capek, bisa kakak gendong," katanya sambil tertawa kecil.

Ekspresiku langsung berubah.

Apaan sih? Apanya yang lucu? Dia nganggep aku cewek apaan?

Melihat aku yang hanya diam, Andy langsung menghentikan tawanya lalu berdehem kecil, "Becanda doang, Nay... Gitu aja marah sih... Gak bisa diajak bercanda ya?"

Hey, ada apa ini? kenapa jadi terkesan aku yang salah ya?

"Masih lama gak ya sampe kosannya? Aku sudah gak sabar pengen istirahat di kosan. Rasanya capek banget.”

"Bentar lagi kok, 10 menit lagi. Oh ya, aku mau mampir ke kosanku sebentar ya? Dompetku ketinggalan. Kamu laper kan belum makan?"

Tunggu dulu. Sepertinya aku faham ke arah mana maksud dan tujuan laki-laki ini...

"Aku gak laper. Lagian, aku juga gak minta makan kan?"

"Tapi aku yang lapar, Sayang. Seharian ini aku sibuk banget di Sekret.

Aku belum sempat makan apapun dari pagi. C’mon, Nay... temenin aku makan ya?"

"Aku capek loh, Kak... Pengen buru-buru istirahat"

Andy menggenggam tanganku, "Sebentaaar ajaa... Pleasee......”

Aku menarik nafas panjang.

Tidak akan terjadi sesuatu buruk seperti yang aku pikirkan bukan?

"Okey, sebentar aja ya"

"Naaah... Gituu doongg! Iyaa... Bentar aja kook..."

Andy menginjak gas lebih dalam. Ia tersenyum lebar sambil ikut bernyanyi mengikuti musik di Radio. Sesekali ia menoleh ke arahku lalu tertawa.

Sementara aku masih bergelut dengan pikiranku sendiri.

Everything’s gonna be okay....

Gak bakal terjadi apa-apa, Naya... Andy bukan tipe laki-laki seperti itu...

................................

Sebenarnya hatiku deg-degan gak karuan. Ini kali pertama aku ke kosan laki-laki. Kali pertama aku masuk ke kamar laki-laki selain dari kamar adik-adikku. Aku berusaha tenang. Telapak tanganku yg mulai berkeringat ku sembunyikan di kantong celana hitam ku.

Selama ini aku selalu menolak tiap kali Andy mengajakku mampir ke Kosannya dengan berbagai alasan. Aku takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi di sana.

Tapi, Andy adalah laki-laki pertama yang bisa sabar menghadapi ku selama lebih dari delapan bulan. Hubungan ku sebelumnya selalu berakhir di bawah enam bulan. Selalu berakhir dengan berbagai alasan.

Ya. Andy berbeda... dia tidak seperti laki-laki sebelumnya... Selama ini dia selalu memperlakukanku dengan baik.

"Yuk masuk, Sayang." Andy membuka pintu kamar Kosannya.

Aku tak bergeming. Keraguan besar menguasai hati. Alarm peringatan berkali-kali berbunyi memenuhi pikiranku.

Ah, tidak apa-apa... tidak akan terjadi apa-apa..

“Kenapa sih? Kamu kayak baru pertama kali aja masuk ke kosan cowok?” Andy tertawa kecil

“Eh...i..iya, eh, apa?”

“Ya ampuun... seriusan, Nay?? Beneran ya? Ini pertama kali buat kamu?” Mata Andy membulat tak percaya

Aku terdiam, mencoba mencari jawaban sambil menyusun kebohongan.

“Waaahh! Gilaa... beruntung bangett sih aku, Nay! Alhamdulillah banget aku bisa dapet cewek kayak kamu...”

“Trus gimana dengan aku? Apakah aku juga seberuntung itu dapetin Kakak?“

“We’ll see, Nay... aku gak mungkin kan ngomongin semua kelebihan aku didepan kamu?”

Oke, dia benar. Aku kehabisan kata-kata. Lagipula tanpa dia sebutkan-pun, aku sudah hafal diluar kepala.

“Come In. Kita gak mungkin ngobrol di luar sambil berdiri gini, kan?”

Tidak ada pilihan lain, aku mengekori langkah Andy.

Kosannya lumayan luas. Ada ruang tamu, dua kamar dan satu dapur. Cukup mewah dengan nuansa hitam dan putih. Aku mencium aroma parfum Montblanc legend. Aroma dirinya.

“Tunggu disini sebentar ya. Aku mau ambil dompet di kamar”

Aku mengangguk pelan.

Mataku berputar mengamati isi Kosan. Untuk ukuran anak kosan, ruang tamu Andy terbilang mewah. Sofa lembut warna hitam yang lebar lengkap dengan meja panjang berwarna putih memenuhi ruang depan. Cat dinding warna putih kontras sekali dengan warna sofa, membuatnya terlihat mewah. Sepertinya Andy memang tidak membual jika ayahnya adalah pengusaha sapi sukses di kampungnya.

“Naya... katanya kamu capek? Istirahat aja bentar di sofa... atau mau istirahat dikamar aku aja?”

Andy sudah berdiri di depanku, bibirnya tersenyum sambil menatap lembut kedua mataku.

.............................................................

Aku tipe orang yang suka mendominasi.

Dari SMA setiap kali pacaran, aku punya peraturan sendiri yang gak boleh aku atau pasanganku langgar.

No kiss. No hug.

Tidak ada ciuman. Mau itu ciuman kening kek, ciuman di tangan kek, apalagi bibir atau area sensitif lainnya.

Peraturan ku jelas dan sampai aku kuliah semester lima peraturan ini tidak pernah aku langgar. Aku pernah mengakhiri hubunganku dengan seorang laki-laki hanya karena beberapa kali ia meminta mencium keningku.

“C’mon... cuman kening doang kok. Itu namanya cium sayang,” katanya waktu itu

Tidak ada toleransi. Menurutku, pada saat itu hanya sebatas kening tapi siapa yang akan menjamin itu akan tetap sebatas kening?

Tapi apa yang sedang aku lakukan sekarang? Aku sedang berduaan di Kosan pacarku tanpa melakukan penolakan yang berarti.

Ya Tuhan... Apa aku sudah kehilangan akal sehatku?

“Boleh aku tiduran disini?” Andy menunjuk pangkuanku.

Aku yang sedari tadi duduk mematung seakan tertampar.

“Aku mau pulang sekarang”

“Ini kan tempat kamu juga, Sayang... Kosan aku yaa kosan kamu... Semua punya aku itu juga punya kamu...”

Apa-apaan? Memangnya semua ini dia yang beli? Uang masih sama-sama minta orang tua tapi kata-katanya seolah dia yang membeli semuanya...

“Aku sudah pernah bilang sama Kakak kan yaa dari awal kita pacaran? Aku gak mau....”

“Hey... hey... relax!”

Andy memotong kalimatku sambil tertawa sinis, “Aku gak bakal lupa kok. Lagian aku kan juga gak minta macem-macem dari kamu... apa aku minta cium? Minta peluk? Minta tidur sama kamu? Enggak kan? Aku cuman pengen tiduran doang di pangkuan pacar aku...”

“Aku gak mau dan aku gak mengizinkan.”

Gak ada toleransi lagi. Aku sepertinya sudah kehilangan akal kali ini. Bisa-bisanya tadi aku menurut begitu saja sewaktu diajak kesini.

“Okey... aku juga gak maksa kok. Kamu mau pulang? Go Ahead!”

"Sendiri?”

“Ya!”

Harusnya aku sadar dari awal. Bodoh. Kamu Bodoh, Naya!

“Tapi, Naya... kamu lihat sendiri kan dari awal kita masuk gerbang tadi ada banyak temen-temen aku yang melihat kita...” Andy berjalan pelan ke arahku, “dan mereka juga melihat kamu masuk kesini tanpa paksaan, bukan?”

Aku tercekat, “maksud Kakak apa?”

“Okey, kamu memang gak ngapa-ngapain disini sama aku. Tapii... apa mereka tau itu?” langkah Andy semakin mendekat ke arahku, mendesakku untuk mundur.

Ya Tuhan.... Ya Tuhan...

“No! Apapun yang lagi kamu pikirin itu gak akan bakal terjadi!”

“Oooh... sudah mulai kurang ajar yaa manggil aku ‘kamu-kamu’...?”

Aku panik lalu refleks menoleh ke arah pintu dan baru sadar bahwa kunci pintu sudah tidak ada ditempatnya lagi.

Kenapa tadi tadi aku diam saja saat Andy menutup pintu..?!

Kenapa aku percaya begitu saja bahwa katanya dia hanya ingin menyalakan AC dan pintu harus ditutup?

Langkahku terhenti karena tubuhku terdesak ke dinding.

Andy terkekeh kemudian langsung memeluk erat tubuhku yang masih terdesak di dinding, merapatkan dirinya pada diriku.

“Kamu tahu sesuatu, Naya? Sudah lamaa sekali aku menginginkan inii...”

Terpopuler

Comments

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

si Andy ini tipe cowok aku saat ini . suka pemaksa 🤧

2022-04-20

1

Hu Jan December

Hu Jan December

Waahh si Andy gilaa bgtt!!

2022-04-07

1

Fujio Ami

Fujio Ami

huhuhu,cowok manipulatif mmg mengerikan😭
Semangat trs y kak!

2022-04-06

2

lihat semua
Episodes
1 Namaku Naya
2 Aku beruntung?
3 Hanya Memastikan
4 Wanita
5 Ketakutan
6 Pandai berpura-pura
7 Bungkusan Coklat
8 Radar Cinta
9 Demam
10 Aku ingin kamu berhenti
11 Sisi Lain Hengky
12 Surprise
13 Jalan di tempat
14 Parfume
15 Diantara dua pilihan
16 Keputusan yang salah
17 Laki-Laki Asing
18 Kalap
19 Yang Pertama
20 Lima hari
21 Cinta Pertama Hengky
22 Tolong aku
23 Menjemput Lara
24 Aku Sang Penyelamat
25 Acting Sempurna
26 Fahri
27 Base Camp
28 Obsesi
29 Aku Gak Mau Jadi Adik mu!
30 Kakak
31 Tidak Bisa Menunggu
32 Itu Urusanmu
33 Hacker
34 I-ini Apa?
35 Pulang
36 Rumah Hantu
37 Percaya
38 Ibu
39 Jodoh
40 Pertemuan Pertama
41 Kembali
42 Dia Ada di Dekat Kita
43 Munafik
44 Marah Tanpa Alasan
45 Mansion
46 Kantor Polisi?
47 Apa Kabar, Naya?
48 Kesalahan Terbesar
49 Wanita
50 Si Bodoh
51 Kemarahan
52 Pertemuan Pertama (2)
53 Aku Benci Rumah Sakit
54 Coffee
55 Akhir Bulan
56 Gaun Putih
57 Selingkuh
58 Tanpa Baju
59 Jacuzzi
60 Berjanji
61 Lelaki Sempurna
62 First Love
63 Kakak Sepupu Naya
64 Zuppa Soup
65 Lepaskan, Biarkan Dia Bahagia
66 Kalian mau ikut?
67 Motif Tersembunyi
68 Risotto Osman
69 Kewajaran yang Tidak Wajar
70 Surat dari Nisa
71 Berpura-pura Adalah Keahlianku
72 Laki-laki Berlesung Pipi
73 Lelaki Sempurna?
74 "Masya Allah"
75 Media Sosial
76 Poligami?
77 Aku Harus Bagaimana?
78 Lamar Aku Sekarang!
79 Pakaian Pernikahan
80 Ta'aruf lagi?
81 Menunggu
82 Pelukan Abah
83 "Sudah Siap Untuk Pulang?"
84 Tepuk Tangan dan Kejutan
85 Tanda Tangan
86 Rencana Pernikahan Hengky
87 Memetik Benih Sabar
88 Calon Isteri Hengky
89 Perjuangan Dibalik Tabir
90 Moody Swing
91 Hari H
92 Surprise
93 "Bisa Jaga Naya Untukku?"
94 Ikrar Suci
95 Sentuhan Halal (Last Chapter)
96 Bonus Chapter
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Namaku Naya
2
Aku beruntung?
3
Hanya Memastikan
4
Wanita
5
Ketakutan
6
Pandai berpura-pura
7
Bungkusan Coklat
8
Radar Cinta
9
Demam
10
Aku ingin kamu berhenti
11
Sisi Lain Hengky
12
Surprise
13
Jalan di tempat
14
Parfume
15
Diantara dua pilihan
16
Keputusan yang salah
17
Laki-Laki Asing
18
Kalap
19
Yang Pertama
20
Lima hari
21
Cinta Pertama Hengky
22
Tolong aku
23
Menjemput Lara
24
Aku Sang Penyelamat
25
Acting Sempurna
26
Fahri
27
Base Camp
28
Obsesi
29
Aku Gak Mau Jadi Adik mu!
30
Kakak
31
Tidak Bisa Menunggu
32
Itu Urusanmu
33
Hacker
34
I-ini Apa?
35
Pulang
36
Rumah Hantu
37
Percaya
38
Ibu
39
Jodoh
40
Pertemuan Pertama
41
Kembali
42
Dia Ada di Dekat Kita
43
Munafik
44
Marah Tanpa Alasan
45
Mansion
46
Kantor Polisi?
47
Apa Kabar, Naya?
48
Kesalahan Terbesar
49
Wanita
50
Si Bodoh
51
Kemarahan
52
Pertemuan Pertama (2)
53
Aku Benci Rumah Sakit
54
Coffee
55
Akhir Bulan
56
Gaun Putih
57
Selingkuh
58
Tanpa Baju
59
Jacuzzi
60
Berjanji
61
Lelaki Sempurna
62
First Love
63
Kakak Sepupu Naya
64
Zuppa Soup
65
Lepaskan, Biarkan Dia Bahagia
66
Kalian mau ikut?
67
Motif Tersembunyi
68
Risotto Osman
69
Kewajaran yang Tidak Wajar
70
Surat dari Nisa
71
Berpura-pura Adalah Keahlianku
72
Laki-laki Berlesung Pipi
73
Lelaki Sempurna?
74
"Masya Allah"
75
Media Sosial
76
Poligami?
77
Aku Harus Bagaimana?
78
Lamar Aku Sekarang!
79
Pakaian Pernikahan
80
Ta'aruf lagi?
81
Menunggu
82
Pelukan Abah
83
"Sudah Siap Untuk Pulang?"
84
Tepuk Tangan dan Kejutan
85
Tanda Tangan
86
Rencana Pernikahan Hengky
87
Memetik Benih Sabar
88
Calon Isteri Hengky
89
Perjuangan Dibalik Tabir
90
Moody Swing
91
Hari H
92
Surprise
93
"Bisa Jaga Naya Untukku?"
94
Ikrar Suci
95
Sentuhan Halal (Last Chapter)
96
Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!