Hanya Memastikan

#3

Suasana salon cukup ramai malam ini.

Padahal sudah jam delapan malam tapi beberapa orang masih bergantian keluar masuk salon.

Salon Star. Salon tempat langganan Andy potong rambut.

Beberapa kali ia cerita tiap potong rambut pasti di salon ini.

Sebenarnya ini juga salon langganan aku dan Shinta, tapi aku dan Shinta bukan tipe orang yang banyak bicara.

Rasanya mustahil pegawai apalagi pemilik salon akan mengenali kami.

Tiap kali datang, kami asyik ngobrol berdua sambil menunggu giliran potong rambut, smoothing, atau sesekali mewarnai rambut. Selama proses pengerjaan pun kami hanya diam. Menjawab ala kadar jika ditanya oleh karyawan salon lalu setelahnya langsung pulang.

Selalu seperti itu.

Jadi, siapa juga yang menyadari kehadiran kami disini?

“Eh ya ampuuunnn Bang Andy...! Udah lama bangett siiih gak ke siniii...? Ih pasti udah pindah yaa potong rambut di tempat lain?”

Seorang laki-laki gemulai menepuk pundak Andy manja.

Tubuhnya tinggi tapi sangat kurus. Kulitnya putih bersih dan terlihat sekali dirawat dengan baik. Rambut lurus sebahunya dibiarkan tergerai.

Andy tertawa pelan, “Mana mungkiin siih saya pindah ke salon lain selama salon Mbak masih adaa? Salon Mba kan yang terbaaikk...” Ia mengedipkan mata kanannya.

“Aaahhhh... sii Abang bisa ajaaa...! Ih beneran deh, kok bisa siiih ada cowok seganteng Abaangg iihhh... ampun deh gemessss!”

“Ganteng apaan, Mbaa...! Pacar saya aja barusan mutusin saya...!”

Deg! Aku refleks menoleh kearahnya.

Apa-apaan sih dia? Ngapain ngomongin kayak gitu disini?

“Gak muunggkiiinn...!! Gak mungkin ada cewek bodoh yang bakal ngelepasin Abaangg.. Ih Si Abang suka ngerendah gitu siiih...”

Ucapan Laki-laki yang dipanggil ‘Mbaa’ oleh Andy di sambut gelak tawa karyawan salon yang lain.

Salah satu karyawan di sebelahnya bahkan menepuk pundaknya sambil berkata bahwa ia setuju dengan ucapan atasannya itu.

“Lah, gak percaya sii Mbaa... Itu tu orangnya ada disitu, tanya aja tuh sama orangnya langsung”

Aku jelas tercekat. Kaget tidak menyangka akan ditembak langsung olehnya.

Berani-beraninya dia bicara seperti itu setelah apa yang dia lakukan padaku...

“Eh, sebentar deh...! Itu Mbaa-nya yang pakai jilbab pashmina hitam polos itu?”

Andy menggangguk, “Cantik kaan pacar saya?” ia mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum.

“Ya ampuunn... kalo Mbaa ini mah saya taauu, Bang! Dia kan langganan jugaa di salon sayaa... Dia selalu dateng bareng temennya yang satu lagii. Iya kan, Mbaa...?”

“Eh, a... apa...?”

“Bener kan? Cewek secantik Mbaa ini maah susaah dilupaiinn...!”

Semua mata memandang ke arahku. Lidahku terasa kelu. Bola mataku mendadak terasa berkabut. Aku benar-benar ingin menangis saat ini juga.

Andy tertawa lalu menepuk pundak Pemilik Salon, “Sudah deh berisik bangett si Mbaa... kasian tuh Pacar saya jadi malu. Buruan rapihin rambut saya... kayak biasaaaa...”

Laki-laki itu ikut tertawa, “Maaf yaa, Bang... Abisnyaaa gagal fokus aku tuh tiap ketemu sii Abaanggg...”

Dengan sigap ia menarik rak peralatan nya lalu mulai asyik memotong rambut Andy. Sesekali ia menjawil dagu Andy. Mulutnya tidak henti bicara sambil cekatan memotong rambut.

Sedangkan aku hampir tidak bisa menguasai emosiku. Mati-matian menahan agar kabut di mataku tidak berubah menjadi air mata. Rasanya sesak sekali, dadaku seperti mau pecah.

Apa mereka tidak melihat mata sembabku ini? Bisa-bisanya mereka masih tertawa sambil terus berbicara tanpa henti.

Sudut mataku menangkap Andy tertawa seolah tanpa beban, seolah tidak ada kejadian apapun yang telah terjadi, bersikap segalanya seolah baik-baik saja.

Rasanya jijik sekali melihat wajahnya.

Ingin sekali aku datang ke arahnya lalu menampar pipinya, memaki dirinya sampai aku merasa puas.

Aku ingin semua orang tau betapa bejat dirinya. Betapa tega dirinya. Betapa brengseknya sifat aslinya.

Cukup sudah. Sungguh aku tidak tahan lagi.

Aku tidak tau apa yang akan ku lakukan padanya jika aku sedikit lebih lama lagi disini.

Terlebih lagi, aku tidak bisa menahan tangis ini lebih lama.

Menahan tangis selalu sangat menyakitkan, ditambah lagi melihat tatapan kagum semua orang ke arah Andy.

Beberapa karyawan bahkan saling mencolek pundak temannya sambil tertawa cekikan, berbisik sesuatu lalu tertawa lagi sambil mencuri pandang ke arah Andy

Hey, kalian tertipu!! Dia cowok paaling brengsek yang pernah aku temui!!!

Aku berlari keluar Salon.

Oh terima kasih Tuhan... taksi tepat berhenti di depanku.

Tanpa berfikir panjang, aku buru-buru masuk, menyebutkan alamat Kosanku pada supir taksi dan tak menunggu lama tangisanku pun meledak.

Abah... Ibu... maafin Nayaaaa.....

........................................................

Di dalam Taksi bayangan kejadian tadi sore berkelebat dalam bayanganku.

Rasanya seperti mimpi. Sungguh aku tidak percaya ini benar benar terjadi.

Aku, Naya Khairunnisa, yang terkenal ketus kepada setiap laki-laki, yang dikenal tidak mudah didekati, aku....sudah kehilangan sesuatu yang seharusnya ku jaga mati-matian.

Beberapa kali aku berkata dengan sombongnya kepada teman-temanku bahwa hanya wanita bodoh –lah yang bisa kehilangan kesuciannya sebelum menikah.

Bahwa itu sama sekali bukan salah laki-laki, murni kebodohan dari si wanita itu sendiri.

Aku menyombongkan diriku bahwa aku pandai menjaga diri, bahwa walau aku bergonta-ganti pacar namun peraturan ku tentang hubungan berpacaran belum pernah aku langgar.

Aku merasa menjadi wanita paling suci.

Kejadian sore tadi meluluh lantakkan diriku. Datang secara tiba-tiba bagai hantaman tsunami maha dahsyat dan menghancurkan segalanya dalam sekian detik. Meninggalkan diriku ditengah lautan, terombang-ambing perasaan bersalah, sibuk memaki diri sendiri, kehilangan pegangan untuk terus menggapai permukaan.

Apakah aku akan mati?

Tidak, haruskah aku mati saja saat ini?

.................................................................

Sore tadi, dengan tenangnya Andy memeluk diriku, merengkuh kepalaku ke pundaknya sambil berbisik,

“Tenang, Sayang... aku gak akan menyakiti kamu... aku gak bakal ngelakuin sesuatu kalau kamu gak mengizinkan.”

Mulutku kelu. Apa yang harus aku katakan agar dia melepaskanku?

"Hey... hey... Sssttt...” Andy meraih daguku lalu menatap mataku lembut, “aku tanya sama kamu, apa aku pernah nyakitin kamu selama ini?”

"Apa karena belum pernah terus Kakak bakalan nyakitin aku sekarang?”

"Jangan seperti itu mengartikannya, Sayang...” Andy menarik tanganku, “Kita duduk dulu disini yuk... jangan gitu, ah.. kamu memperlakukan aku seolah aku ini orang jahat.”

Aku menurut. Tidak ada gunanya melawannya saat ini.

Aku sadar, sekuat apapun aku melawan, tenagaku tidak akan cukup mengalahkan dirinya.

Seluruh tubuhku gemetar, tenaga ku seperti tersedot entah kemana.

Ya Tuhan... Ya Tuhan...

“Kamu tau kan kalo aku sayang banget sama kamu?”

“Apa dengan merusak ku seperti ini adalah bentuk kasih sayang, kak?” mataku nanar menatap Andy. Putus asa.

“Merusak? Hey... aku gak akan seperti itu. Kamu tau banget kan kalo aku pencemburu luar biasa? Aku cuman pengen memastikan bahwa kamu memang masih belum tersentuh siapapun... hanya memastikan... tidak akan lebih dari itu.”

“Apa yang pengen kakak pastikan?”

“Your virginity.”

Jelas saja aku kaget setengah mati. Tidak percaya bagaimana bisa dia meragukan kesucianku seperti itu.

Dia sangat tau bagaimana aku menjaga diriku selama ini, lalu bagaimana bisa dia berkata seperti itu?

“Kamu gila, Andy!!”

“Wow... Wow... Wow!” Andy terkekeh senang, ia mendekati wajahku lalu menarik daguku dengan kasar,

“Aku curiga, jangan-jangan kamu begitu menjaga tubuh kamu selama ini hanya karena takut ketahuan kalau kamu sudah gak suci lagi..."

"Aku gak nyangka pikiran Kakak sepicik ini!!”

“Aku gak perduli apapun yang akan kamu lakukan atau atau apapun yang akan kamu pikirkan tentang aku setelah ini, Nayaaa!

Satu hal yang harus kamu tau, kamu yang ngebuat aku ngelakuin ini! Kamu yang membuat aku gila!”

“Nafsu kotor mu sama sekali tidak ada kaitannya denganku, Andy! Aku gak melakukan hal apapun untuk memancing nafsu kotor mu!!!”

“Berteriak cuman ngebuat kamu kehabisan lebih banyak tenaga, Naya.

Kenapa? Kamu berharap dengan berbicara keras bakal ngebuat orang lain datang menyelamatkan kamu?

Oh, Pacarku yang malang... sekuat apapun suaramu gak bakal ada yang denger karena ruangan ku kedap suara...!”

“Kamu gilaaa, Andy!! Kamu gilaaa....!! Aku bahkan bisa melaporkan kamu atas pelecehan seksual saat ini!!”

“Hey, Sayang... apa kamu lupa apa yang aku bilang tadi? Gak bakal ada yang percaya sama kamuu, Nayaa! Kamu masuk kosan ku secara sukarela...!”

Andy menarik kasar tubuhku ke dinding, membuat tubuhku terdesak.

“LEPASIN AKU, SIALAAANNN....!!”

Andy terkekeh, “Hey, Listen... Aku hanya ingin memastikan. Tidak akan lebih dari itu. Setelah aku memastikan kamu menjaganya dengan baik, kita berhenti.”

“Hanya itu?”

“Ya.”

"Janji?”

Ia mengangguk. Tangannya meraih wajahku lalu menatap wajahku lembut, “Do you trust me?”

Aku menatap matanya. Mencoba mencari pembenaran atas perkataanya, berusaha mencari tau kebenaran kalimatnya lewat tatapannya.

Bisakah aku percaya? Bolehkah?

"Aku buka ya?” Andy menunjuk area bawah perutku.

Aku hanya perlu membuatnya percaya, bukan? Hanya itu, kan?

Lalu setelahnya dia akan melepaskan ku?

Baiklah. Lakukan saja. Makin cepat selesai, makin baik.

Mendengar tidak ada penolakan atau jawaban apapun dariku, Andy tersenyum.

Secara tiba-tiba ia menggedong tubuhku ala bridal, membawaku ke kamarnya, dan membaringkan tubuhku dengan hati-hati di atas ranjangnya.

Perlahan Andy melepas kancing celana hitam ku, menurunkan celanaku dengan sangat hati-hati. Matanya tidak lepas menatap mataku yang entah mengapa justru membuatku merasa aman.

Menyadari diriku sudah setengah telanjang, mendadak aku panik.

Aku berusaha bangun namun Andy segera memelukku sambil mengelus kepalaku dengan lembut, usapannya seolah mengatakan bahwa segalanya akan baik-baik saja.

“Boleh aku lanjut?” Ia berkata setengah berbisik setelah memastikan aku sudah sedikit lebih tenang.

Aku terdiam mematung.

Tidak menolak, tidak pula menyetujui.

Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada diriku.

Melihat tidak ada penolakan, Andy mencium keningku lembut, “Trust me.”

Aku menelan ludah. Entah bagaimana aku menjadi penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sebagian diriku menolak, tapi aku justru mendapati tubuhku menginginkannya.

Secara perlahan, Andy membuka pertahanan terakhirku menuju sesuatu dibawah sana.

Area yang sangat ku jaga sebelumnya, yang bahkan aku pun malu jika memandanginya lama.

Andy menelan saliva. Matanya terbelalak sesaat namun dengan cepat ia mampu kembali menguasai dirinya.

“Sialan, Nayaa... Kamu cantik banget, Sayang...”

Sesaat kemudian ia meraup wajahku, bibirnya menyambar bibirku, ciumannya mendominasi memenuhi bibir dan rongga mulutku.

Andy seolah tidak perduli betapa kerasnya aku melawan. Air mataku tumpah membasahi wajah dan masuk ke mulut.

Air mata ini bukan terasa asin, namun terasa sangat pahit mengenai lidahku.

Kehadirannya seolah menyadarkan ku akan situasi yang akan ku hadapi.

“Bu...Bukan seperti ini yang...Mmhh...kaa....”

Aku kesulitan bicara. Bibirnya menutupi mulutku, menguasai lidahku. Memaksaku untuk jangan berkata apapun.

“Daripada kamu sibuk berteriak atau melakukan hal sia-sia, kenapa gak kita nikmati saja alurnya, Sayang? Aku bakal ngebuat kamu ngalamin sesuatu yang gak akan kamu lupain seumur hidup kamu...”

“Kaak.... Aku mohoonn... Aku mohoonn jangaann.”

Sambil terus menciumi bibirku, tangannya sibuk melepaskan ikat pinggang lalu menurunkan celananya.

Aku makin panik ketakutan. Mataku terbelalak kaget. Tanganku sibuk meronta memukuli punggungnya, mendorong tubuhnya, berusaha sekuat yang aku bisa.

Andy meraih tanganku lalu di genggamnya erat. Ia melepaskan ciumannya dan mengencangkan pegangannya.

Kedua tanganku di tarik ke posisi atas kepalaku dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya terus menyapu ke seluruh akses bagian bawah tubuhku.

Jarinya berusaha membenamkan dirinya di dalam rawa tak berpenghuni yang selama ini ku rawat dan ku jaga dengan sangat baik.

Aku menjerit namun otak ku tidak mampu mendefinisikan untuk apa jeritan itu.

Ketakutan kah? Atau justru karena tubuhku mulai menginginkannya?

Semakin dalam jarinya menelisik, lalu perlahan terasa lebih masuk ke area yang sulit ku artikan.

Di bagian apa ini? Mengapa rasanya seperti ini?

Aku menjerit. Perih.

Namun mengapa aku membiarkannya?

Ini sesuatu yang belum pernah ku rasakan sebelumnya.

Bagaimana mungkin rasanya seperti ini? Bagaimana bisa jika salah satu bagian tubuh bagian bawah dimainkan oleh jari secara sempurna, sementara bibirnya terus mengulum bibirku menghasilkan perasaaan yang sangat sulit ku mengerti?

Sementara pikiranku masih sulit mengartikan jenis perasaan ini, mendadak tubuhku menegang.

Aliran larva seolah-olah baru saja tumpah. Tubuhku menggelinjang. Bercampur antara rasa geli, kenikmatan yang belum ku mengerti, juga kelegaan yang aneh.

Aku menjerit keras.

Apa? Apa ini? Apa yang baru saja terjadi?

Aku baru saja akan menarik nafas lalu secara tiba-tiba Andy menautkan kembali bibirnya dan jemariku makin di genggam erat olehnya.

“Kamu siap?”

“Huh? A..pa....AAKHH!”

Kalimatku belum selesai namun aku dikejutkan oleh sesuatu dibawah sana yang menyeruak, memaksa masuk.

Aku berusaha melepaskan diriku tapi apa daya tubuhku jelas kalah olehnya.

Setelah tiga kali hentakan, sesuatu yang sangat menyakitkan menembus masuk sesuatu di bawah sana. Menyobek dengan kasar sesuatu yang puluhan tahun ku jaga luar biasa.

Aku menjerit histeris. Jelas aku sangat tau apa yang sedang terjadi saat ini.

Andy tersenyum senang saat merasakan ada sesuatu yang hangat keluar di bawah sana.

Ia membelai wajahku lembut namun ku gelengkan kepalaku, menolak tangannya agar tidak menyentuh wajahku.

“Kamu bohong!! Kamu brengsek, Andy!”

Tanganku terasa mati rasa. Genggaman Andy terasa makin kuat.

Ia mencium dadaku yang masih tertutupi baju, berbisik berulang kali meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja.

“Aku ngelakuin ini karena aku sayang sama kamu, Nay... Aku gak mau kehilangan kamu...”

Bisikan Andy bagaikan rayuan maut seorang Iblis. Dia mengecup keningku berulang kali, membiarkan dibawah sana hingga aku mulai terbiasa, lalu mengendorkan gerakannya lalu menatap mataku,

“Kamu tahu sesuatu, Sayang? Aku belum pernah secinta ini dengan seorang wanita kecuali kamu.

Kamu mau tau kenapa aku melakukan ini? Biar kamu gak akan punya alasan apapun untuk meninggalkan aku.

Kamu milik aku, Naya! Gak akan ada yang bisa memiliki kamu kecuali aku.”

Andy kembali ******* bibirku sementara sesuatu mulai bergerak kembali dibawah sana. Bergerak dengan lembut membawaku kedalam dunia yang belum pernah ku rasakan sebelumnya.

Rasanya tubuhku melayang, melintasi waktu, dan membiarkanku melewati lapisan langit cakrawala, mendapati diriku beberapa kali diluar kendali menjerit tidak karuan.

Semakin cepat ia bergerak, semakin aku berteriak histeris. Hingga akhirnya aku merasa sesuatu mendorong tubuhku, mendesak ku berteriak lebih kuat, bersamaan dengannya menumpahkan lahar sambil kedua tangan kami menggenggam sempurna.

Suhu tubuhku memanas. Nafas kami terengah-engah, beradu menghasilkan udara yang perlahan membuatku kembali tersadar.

Ya Tuhan... apa yang sudah aku lakukan... apa yang sudah kami lakukaan..

Aku menangis histeris. Dengan sisa tenaga yang ada aku mendorong tubuhnya menjauh dariku.

Rasa jijik menyeruak tanpa terkendali. Aku jijik pada diriku sendiri. Aku merasa sangat kotor dan berlumuran dosa. Rasanya tubuhku secara sempurna mengkhianati diriku, mengkhianati segala perjuangan yang sudah kulakukan selama ini.

“Maafin aku, Naya... A...aku khilaf...” suara Andy terdengar serak

“Apa permintaan maaf kamu bisa memulihkan semuanya, Andy?”

Andy terdiam. Ia menarik rambutnya putus asa.

Terpopuler

Comments

Seona Young

Seona Young

itulah sebabnya jangan pacaran 🤪 lelaki itu gak semua bisa di percaya

2022-04-19

1

Hu Jan December

Hu Jan December

Gilee sii Andyyyy!!!

2022-04-07

1

Fujio Ami

Fujio Ami

detail tp bagus bgt penyampaiannya kak🥰
smpe bikin aku ngumpat2🤬
ahahah...
Semangat Thor!!!

2022-04-06

2

lihat semua
Episodes
1 Namaku Naya
2 Aku beruntung?
3 Hanya Memastikan
4 Wanita
5 Ketakutan
6 Pandai berpura-pura
7 Bungkusan Coklat
8 Radar Cinta
9 Demam
10 Aku ingin kamu berhenti
11 Sisi Lain Hengky
12 Surprise
13 Jalan di tempat
14 Parfume
15 Diantara dua pilihan
16 Keputusan yang salah
17 Laki-Laki Asing
18 Kalap
19 Yang Pertama
20 Lima hari
21 Cinta Pertama Hengky
22 Tolong aku
23 Menjemput Lara
24 Aku Sang Penyelamat
25 Acting Sempurna
26 Fahri
27 Base Camp
28 Obsesi
29 Aku Gak Mau Jadi Adik mu!
30 Kakak
31 Tidak Bisa Menunggu
32 Itu Urusanmu
33 Hacker
34 I-ini Apa?
35 Pulang
36 Rumah Hantu
37 Percaya
38 Ibu
39 Jodoh
40 Pertemuan Pertama
41 Kembali
42 Dia Ada di Dekat Kita
43 Munafik
44 Marah Tanpa Alasan
45 Mansion
46 Kantor Polisi?
47 Apa Kabar, Naya?
48 Kesalahan Terbesar
49 Wanita
50 Si Bodoh
51 Kemarahan
52 Pertemuan Pertama (2)
53 Aku Benci Rumah Sakit
54 Coffee
55 Akhir Bulan
56 Gaun Putih
57 Selingkuh
58 Tanpa Baju
59 Jacuzzi
60 Berjanji
61 Lelaki Sempurna
62 First Love
63 Kakak Sepupu Naya
64 Zuppa Soup
65 Lepaskan, Biarkan Dia Bahagia
66 Kalian mau ikut?
67 Motif Tersembunyi
68 Risotto Osman
69 Kewajaran yang Tidak Wajar
70 Surat dari Nisa
71 Berpura-pura Adalah Keahlianku
72 Laki-laki Berlesung Pipi
73 Lelaki Sempurna?
74 "Masya Allah"
75 Media Sosial
76 Poligami?
77 Aku Harus Bagaimana?
78 Lamar Aku Sekarang!
79 Pakaian Pernikahan
80 Ta'aruf lagi?
81 Menunggu
82 Pelukan Abah
83 "Sudah Siap Untuk Pulang?"
84 Tepuk Tangan dan Kejutan
85 Tanda Tangan
86 Rencana Pernikahan Hengky
87 Memetik Benih Sabar
88 Calon Isteri Hengky
89 Perjuangan Dibalik Tabir
90 Moody Swing
91 Hari H
92 Surprise
93 "Bisa Jaga Naya Untukku?"
94 Ikrar Suci
95 Sentuhan Halal (Last Chapter)
96 Bonus Chapter
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Namaku Naya
2
Aku beruntung?
3
Hanya Memastikan
4
Wanita
5
Ketakutan
6
Pandai berpura-pura
7
Bungkusan Coklat
8
Radar Cinta
9
Demam
10
Aku ingin kamu berhenti
11
Sisi Lain Hengky
12
Surprise
13
Jalan di tempat
14
Parfume
15
Diantara dua pilihan
16
Keputusan yang salah
17
Laki-Laki Asing
18
Kalap
19
Yang Pertama
20
Lima hari
21
Cinta Pertama Hengky
22
Tolong aku
23
Menjemput Lara
24
Aku Sang Penyelamat
25
Acting Sempurna
26
Fahri
27
Base Camp
28
Obsesi
29
Aku Gak Mau Jadi Adik mu!
30
Kakak
31
Tidak Bisa Menunggu
32
Itu Urusanmu
33
Hacker
34
I-ini Apa?
35
Pulang
36
Rumah Hantu
37
Percaya
38
Ibu
39
Jodoh
40
Pertemuan Pertama
41
Kembali
42
Dia Ada di Dekat Kita
43
Munafik
44
Marah Tanpa Alasan
45
Mansion
46
Kantor Polisi?
47
Apa Kabar, Naya?
48
Kesalahan Terbesar
49
Wanita
50
Si Bodoh
51
Kemarahan
52
Pertemuan Pertama (2)
53
Aku Benci Rumah Sakit
54
Coffee
55
Akhir Bulan
56
Gaun Putih
57
Selingkuh
58
Tanpa Baju
59
Jacuzzi
60
Berjanji
61
Lelaki Sempurna
62
First Love
63
Kakak Sepupu Naya
64
Zuppa Soup
65
Lepaskan, Biarkan Dia Bahagia
66
Kalian mau ikut?
67
Motif Tersembunyi
68
Risotto Osman
69
Kewajaran yang Tidak Wajar
70
Surat dari Nisa
71
Berpura-pura Adalah Keahlianku
72
Laki-laki Berlesung Pipi
73
Lelaki Sempurna?
74
"Masya Allah"
75
Media Sosial
76
Poligami?
77
Aku Harus Bagaimana?
78
Lamar Aku Sekarang!
79
Pakaian Pernikahan
80
Ta'aruf lagi?
81
Menunggu
82
Pelukan Abah
83
"Sudah Siap Untuk Pulang?"
84
Tepuk Tangan dan Kejutan
85
Tanda Tangan
86
Rencana Pernikahan Hengky
87
Memetik Benih Sabar
88
Calon Isteri Hengky
89
Perjuangan Dibalik Tabir
90
Moody Swing
91
Hari H
92
Surprise
93
"Bisa Jaga Naya Untukku?"
94
Ikrar Suci
95
Sentuhan Halal (Last Chapter)
96
Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!