Akhirnya Ze dan Jimmy tiba di kantor polisi dan di sana mereka dicecar berbagai pertanyaan yang terdengar sangat memalukan.
"Kalian bercinta, 'kan? Ayo, mengaku saja!" tanya Pak Polisi.
"Ya, Tuhan. Bagaimana cara menjelaskannya!" gumam Jimmy sambil menggaruk kepalanya.
Jika Jimmy sudah puas mencoba meyakinkan Pak Polisi yang mengintrogasi mereka. Lain halnya Ze yang sepertinya sudah pasrah akan nasib buruk yang akan menghampirinya.
"Heh, bantu ngomong napa!" bisik Jimmy sembari menyikut Ze yang duduk di sampingnya dengan kepala tertunduk.
"Huft! Om saja tidak didengar, apalagi aku," jawab Ze pasrah.
"Hhh," kesal Jimmy.
Karena terus didesak oleh Pak Polisi dan teman-temannya di ruangan tersebut, akhirnya Jimmy memilih mengakuinya. "Ya, ya, ya, baiklah. Kami memang bercinta tadi malam. Bercinta sampai pagi, benar 'kan, Ze?! Ze 'kan namamu?" ucap Jimmy dengan wajah kesal melirik Ze yang masih enggan membuka mulutnya untuk membela diri.
"Loh, kenapa Om bilang begitu? Memangnya benar seperti itu, ya?" pekik Ze dengan mata membulat menatap Jimmy.
Brakkk! Polisi menggebrak meja dengan keras dan membuat Ze serta Jimmy terkaget-kaget. "Nah, begitu donk! Dari tadi kek mengaku! Jadi kalian tidak perlu buang-buang waktu kami!"
Kini tatapan Pak Polisi itu tertuju pada Ze yang wajahnya terlihat semakin menyedihkan. "Sekarang hubungi kedua orang tuamu! Biar mereka tahu bagaimana prilaku anak gadis mereka yang sebenarnya!" titah Pak Polisi.
Mata Ze kembali membesar setelah mendapatkan perintah itu. "A-apa? Menghubungi orang tua saya?"
Brakkk! "Ya! Segera beritahu kedua orang tuamu." Lagi-lagi Pak Polisi itu menggebrak meja dengan keras dan membuat nyali Ze menciut.
"Ba-baiklah. Ta-tapi saya hanya punya Ibu, Pak. Ayah saya tidak tahu ke mana rimbanya," tutur Ze.
"Ya, sudah. Panggil Ibumu," jawab Pak Polisi. "Pantas saja. Bagaimana anak gadisnya mau beres kalau Ayahnya saja tidak tahu kemana rimbanya," gumam Pak Polisi sambil menggelengkan kepalanya.
Jimmy memperhatikan Ze yang sedang merogoh tas kecil miliknya dengan wajah sedih dan tangan bergetar. Entah kenapa ada rasa iba di hati Jimmy ketika melihat gadis itu.
Setelah berhasil mendapatkan ponselnya, Ze pun segera menghubungi nomor ponsel milik sang Ibu yang sedang menunggu kedatangannya dengan cemas.
Dreett ... drreett .... Melihat ponsel jadul miliknya bergetar hebat di atas meja, wanita berusia 40 tahun itu pun bergegas menghampiri benda pipih tersebut sambil memegang sapu ijuk di tangannya.
"Heh, dari mana saja kamu, Non?!" kesal Bu Lidya, Ibu kandung Ze.
Pekikkan wanita tersebut membuat telinga Ze terasa sakit. Ia bahkan sampai menjauhkan ponsel tersebut sambil mengucek telinganya. "Ya ampun, Bu. Jangan berteriak-teriak kenapa," ucap Ze dengan setengah berbisik.
"Heh, Nona! Sekarang kamu di mana, ha? Ayo cepat pulang, kalau tidak--" Belum habis Bu Lidya bicara, Ze sudah memotongnya.
"Bu, maaf ... Ze tidak bisa pulang! Saat ini Ze sedang berada di Kantor Polisi," sela Ze, masih dengan setengah berbisik agar pembicaraannya bersama Sang Ibu tidak kedengaran oleh siapapun. Termasuk Polisi dan Jimmy yang duduk di sampingnya.
Mana mungkin mereka tidak mendengar, toh jarak mereka begitu dekat. Bahkan suara teriakan Bu Lidya saja masih kedengaran dengan sangat jelas di ponsel Ze.
"Apa?! Kantor Polisi? Ngapain kamu di sana, Ze? Ya Tuhan, ini anak ..." celetuk Bu Lidya yang masih tidak percaya dengan ucapan anak gadisnya itu.
"Ze terjaring rajia, Bu!"
"Apa?!" pekikkan wanita paruh baya tersebut semakin nyaring saja. Ponsel Ze bahkan hampir terjatuh akibat terkejut dan ia kelabakan mempertahankan benda pipih itu agar tidak terjatuh ke lantai.
"Rajia apa? Coba jelaskan sama Ibu, Ze!" pekik Bu Lidya.
"Rajia ...." Wajah Ze terlihat masam dan kini ia menatap Jimmy serta Pak Polisi yang juga dengan sedang memperhatikan dirinya.
Pak Polisi yang sudah tidak bisa bersabar lagi, merebut ponsel Ze kemudian berbicara langsung kepada Bu Lidya.
"Maaf, Bu. Kami dari Kepolisian, benar Anda Ibu kandung dari saudari Zea Natasha?" tanya Polisi tersebut dengan nada tegas.
Mendengar nada tegas yang sedang berbicara dengannya, Bu Lidya pun semakin cemas karena apa yang di ucapkan oleh Ze ternyata benar bahwa gadis itu tengah berada di Kantor Polisi.
"Ya, Pak. Itu benar. Saya Ibu dari Zea Natasha. Memangnya anak gadis saya kenapa, Pak?" tanya Bu Lidya dengan gemetar.
"Anak Ibu terjaring rajia prost***si saat kami melakukan penggerebekan di sebuah kamar VIP di Hotel XX tadi pagi bersama seorang pria."
"Apaa?! Ya Tuhan, kenapa lagi ni anak! Ampun, dah-dah!" pekik Bu Lidya dengan tubuh bergetar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Sweet Girl
ih pak Polisi jahat deh...
Ndak boleh ngomong gitu dong...
2023-08-29
1
Sweet Girl
lhaaa kamu berasanya gimana Ze...
sakit Ndak... Nonikmu...
2023-08-29
0
Sweet Girl
kesel deh om Jim...
2023-08-29
0