My Lumpuh Husband

My Lumpuh Husband

01

...Enjoy and happy reading🍃...

.......

.......

.......

.......

Sepasang bocah lucu yang berusia 6 tahun sedang bermain bersama ditaman kota, mereka berlarian mengejar kucing dan sesekali saling berpelukan.

Keduanya sangat menikmati waktu yang mereka jalani, tertawa riang tanpa beban, seakan kehidupan tak akan pernah memberikan masalah pada mereka.

"Anyaaaa, Anyaaa sinii. Sini sama Adit, Adit nemu anak kucing lucu." panggil bocah berambut hitam pekat, kulit putih bersih, alis mata yang rapi, hidung mancung, mata sipit, bibir pink yang mungil.

Namanya Aditya Wiradana. Usianya 6 tahun.

Bocah yang dipanggil Anya itu menoleh, dia berlari mendekati Adit yang sibuk menggendong anak kucing berbulu oren itu.

"Waah, Adit cocok jadi Bapak kucing." seru Anya antusias.

Adit mengerucut tak setuju. "Gamau ah, Adit maunya jadi Bapak dari anak-anak kita." celetuknya santai, tatapan mata indahnya membuat Anya salting.

"Apaan sih Adit, kita masih kecil. Ngomongnya gaboleh gitu." gerutu Anya sebal, sebenarnya itu alibi demi menutupi rasa malunya.

Adit tertawa kuat, lucu sekali melihat wajah cantik Anya merona seperti tomat kesukaanya. Anya berdiri kemudian berjalan mendekati pohon rindang didekat mereka.

Dia asik memetik bunga melati yang tumbuh disekitar pohon, tanpa menyadari jika Adit mulai tak stabil.

"Eungh..Anya.." panggilnya lemas, kepalanya tiba-tiba pusing, dan matanya mulai berkabur.

Anya menoleh, matanya membola kaget saat melihat Adit limbung kebelakang. "ADIT!" teriaknya panik.

Brugh!

Terlambat, Adit sudah jatuh ke rerumputan dengan tangan yang terus meremat rambutnya, berusaha mengenyahkan rasa sakit yang datang.

Adit membuka matanya, gelap.

"Hiks..Anyaaaaaa!!..gelap..hiks..ANYAAA ADIT TAKUT!!..hiks..KEPALA ADIT SAKIT ANYAAA!!..hiks..ANYA ADIT GABISA LIAT HUAAAAAAA!!"

Anya panik sendiri, dia berusaha menenangkan Adit yang terus menangis histeris dan memberontak. Sampai akhirnya Anya ikut menangis dan memilih mencari bantuan.

Dia menangis, dia takut melihat Adit yang berteriak kesakitan seperti itu.

"TANTE JIHAN! TANTE JIHAN BANTUIN ADIT!! DIA NANGIS KESAKITAN TANTEEE..hiks..TANTE JIHAN BANTUIN ADIIIT!!" teriak Anya histeris saat sampai dirumah nya.

Dihalaman rumah yang ramai dengan keluarga Adit dan Anya. Wanita berusia 25 tahun yang dipanggil Jihan itu menoleh. Semua menoleh sebenarnya.

"Kenapa Anya!? Ada apa sama Adit!?" tanya Jihan panik.

Anya masih menangis, dia berlari kepelukan sang Ayah. "ADIT KESAKITAN TANTE..Hiks..DIA GABISA LIAT KATANYA..Hiks..ANYA TAKUT AYAAAH..AYAH ANYA TAKUUT!!" tangisnya meraung.

Orang tua Adit langsung berlari menuju taman, sedangkan orang tua Anya berusaha menangkan Anya yang masih histeris.

Bayangan dimana Adit yang menangis dan histeris masih terus mampir kepala Anya.

Kringg!

"Ah!"

Anya membuka matanya, keringat dingin mengalir didahi dan menjalar ke lehernya. Dia baru saja mengalami mimpi buruk, mimpi tentang kenangan masa kecilnya.

Gadis berusia 20 tahun itu bangkit dan terduduk dikasur besarnya, napasnya masih terengah-engah. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Kenangan buruk yang menyakitkan.

"Ya ampun..Adit..kenapa aku mimpiin kamu lagi.." bisik Anya dengan deru napas yang masih memburu.

Dia menoleh ke arah bingkai foto yang ada dinakas kamarnya, foto terakhirnya bersama Adit. Teman kesayangannya.

Anya meraih foto itu "Adit, kamu udah sehat atau belum sekarang. Aku kangen banget sama kamu.." bisiknya sendu.

Sebab, terakhir kali dia melihat Adit, adalah saat kejadian di taman, dimana Adit berteriak histeris kesakitan, kedua orang tuanya langsung membawa Adit pergi.

Dan mereka tak pernah bertemu lagi.

.............

Anya Geralin, gadis 20 tahun yang masih duduk di semester 4 Jurusan Kedokteran, Anya gadis yang tak terlalu terbuka dengan keramaian, dia penyendiri, pendiam.

Walau begitu, jika ada yang bersikap ramah padanya dia akan berlaku dengan ramah pula. Anya bersikap sebagaimana orang bersikap padanya.

Siang ini Anya bergegas pulang setelah mata kuliah terakhir nya selesai. Anya tinggal di apartemen yang letaknya dekat dengan Kampus, tapi karena hari ini kedua orang tuanya meminta Anya untuk pulang.

"Halo, bang jemput Anya sekarang."

"Anya dimana dek?"

"Anya masih di kampus. Abang cepetan jemput Anya." Anya menyugar poni panjangnya kebelakang.

Dia mengenakan kacamata ber min, kemeja biru dan celana bahan selutut berwarna putih. "Yaudah, adek tunggu abang sebentar ya. Biar rapatnya abang cancel aja. Nunggu 10 menit bisa kan?" Anya sedikit berdecak.

Dia menatap ke arah jam tangan rolex miliknya. "Yaudah, Anya tunggu di toko es krim dekat kampus Anya. Abang jangan lama-lama." ujar Anya.

"Iya sayangnya abang. Tunggu ya."

Anya mematikan sambungannya dengan Rian. Abang pertamanya yang memiliki jabatan sebagai seorang Ceo di Perusahaan Tekstil miliknya sendiri, usia Rian itu 27 tahun, tapi dia masuh single ulala.

Anya punya 3 abang, Rian, Fian, dan Gian. Mudah saja mengingatnya sebab Ibu Anya tak suka nama yang ribet.

Anya berjalan menuju Toko es krim yang tak terlalu ramai, kemudian memesan es krim untuk dirinya. Sekilas Anya teringat dengan mimpinya tadi malam.

"Kenapa aku mimpiin Adit ya. Apa dia baik-baik aja sekarang?" monolongnya pelan. Jujur Anya sangat merindukan Adit, sejak insiden Adit yang histeris dan menangis ditaman, dia tak lagi bertemu dengannya.

Kata Ibu Anya, Adit dibawa ke Luar Negeri untuk berobat. Karena saat itu Anya masih berusia 6 tahun, dia iya-iya aja. Tapi tetap saja Anya rindu dengan bocah tampan itu.

"Adit suka es krim coklat, apa sekarang dia masih suka ya?" monolognya lagi. Jujur, Adit itu adalah cinta pertamanya, sampai saat ini hanya Adit yang terus dipikirannya.

Puluhan laki-laki banyak yang menembaknya, tapi tetap saja Anya tak tertarik sama sekali.

Mungkin benar adanya, cinta pertama adalah dia yang sangat sulit dilupakan.

...🍃🍃🍃🍃🍃🍃...

Diruangan yang lebar, tak penuh dengan benda apapun kecuali sofa dan kasur, ada seorang pria muda yang duduk dikursi roda, dengan keadaan tubuh seakan tak bertulang.

Sangat lemah, bahkan kepalanya sampai terkulai kebahunya. Disekitar lehernya ada handuk yang menutupi tubuh atas sampai perutnya.

Bibir yang terbuka sedikit membuat aliran ludah atau liur terus keluar, membasahi handuk yang bekerja cepat meresap liur tanpa ada bekas sedikitpun.

Didekat pria itu ada sepasang paruh baya yang menjaganya.

"Heuch-hunda.." panggilnya tak jelas pada wanita paruh baya disana, wanita itu menoleh. Dia menjawil pelan hidung bangir putranya.

"Adit mau apa? Biar Bunda ambilin" tawar Jihan lembut. Adit berusaha fokus pada wajah bundanya, walau tatapannya liar dan terus menatap ke seisi ruangan.

Adit menggerakan kepalanya pelan, gerakan menghantuk kekursi rodanya "Hechh-hun..daa.." panggilnya lagi, Jihan menghela napas panjang, kemudian mendorong kursi roda Adit menuju kasur.

"Kamu bobok siang aja yah, ingat nanti malam kita mau ketemu sama Anya. Kamu ingat Anya kan?"

Adit menatap bundanya lama, kemudian tatapannya pecah lagi ke sekililing ruangan. "Annhh-ya.." panggilnya lagi.

Jihan mengangguk, kemudian memanggil suaminya untuk lekas membantu Adit agar bisa berpindah ke kasur. Kardi menggendong tubuh lemah Adit menuju kasurnya.

"Keluarga Azran mau datang kesini nanti malam?" tanya Kardi memastikan.

Jihan mengangguk, dia mengelus rambut hitam putra kesayangan satu-satunya itu. "Iya, mereka mau." jawab Jihan tenang.

Tatapan mata sendu Jihan layangkan pada Adit, pria muda itu masih menatap sekeliling dan sesekali pada Jihan. Dia tak fokus sama sekali.

"Adit, semoga nanti Anya gak jijik ya sama kamu. Kami gatau lagi harus minta tolong siapa, semoga kamu sembuh kalau sama Anya ya." bisik Jihan lembut ditelinga Adit.

Adit melirik Bundanya, senyum yang amat susah Adit lakukan, dia berikan untuk sang Bunda. "Heucrhh-hun..da.." panggilnya senang.

Jihan tertawa pelan, dia mengecup dahi Adit dengan penuh kasih sayang.

Sebenarnya, sejak kapan Adit kesayangannya menjadi seperti ini, jawabannya adalah sejak 3 tahun yang lalu.

Adit yang berumur 6 tahun kala itu dibawa ke Singapur untuk berobat, beruntungnya hanya butuh waktu 2 bulan Adit dinyatakan sembuh.

Selama 2 bulan itu Adit tersiksa, dia selalu berteriak histeris saat bangun tidur, karena saat dia bangun kinerja matanya akan hilang dalam waktu 10 menit.

Disaat itu, Adit tak bisa melihat apapun. Dia berteriak histeris, menangis, bahkan sampai kejang-kejang. Dokter mendiagnosis Adit terkena penyakit bernama Batten Diseas.

Penyakit yang membuat kelumpuhan secara perlahan. Dimulai dari kehilangan rasa dari jari kaki, lalu merambat sampai betis, seiring berjalannya waktu naik sampai pinggang.

Dulu, diawal Adit tak bisa jalan adalah disaat dia umur 13 tahun.

Saat itu Adit baru pulang dari sekolah, dan keburukan itu terjadi.

"hiks..BUNDA!! BUNDAAAA!! Huhuuu..hiks..BUNDA KAKI ADIT GABISA DIGERAKIN BUNDA!!..Hiks..HUAAAAAAA BUNDA KAKI ADIT GABISA DIGERAKIN BUNDAAAAAAA"

Jihan yang ada didapur berlari cepat mendengar tangisan anak semata wayangnya. Disana Adit yang masih memakai seragam putih birunya menangis histeris sembari memukul kedua kakinya.

"Kenapa sayang!? Kamu kenapa nak!?" tanya Jihan panik.

Adit menunjuk kedua kakinya yang mati rasa dan kaku. "Kaki Adit bund..hiks..kaki Adit gabisa gerak..hiks.." adunya pilu.

Jihan juga tak tau harus bagaimana, jalan satu-satunya adalah menggendong putranya lalu membawanya ke rumah sakit.

Sejak saat itu sampai sekarang, Adit selalu duduk di kursi roda.

Awalnya hanya kaki, lalu naik kedaerah tangan dan wajah. Adit mulai mengalami Hipersalivasi diumur yang ke 16, dia putus sekolah karena saat itu Adit mulai mengalami Demensia.

Adit mulai lupa, bagaimana caranya berbicara, apalagi ditambah dengan bibir yang terus terbuka dan membuka air liur keluar tanpa henti.

Sebelum Adit tergeletak lemah dikasur tanpa bisa menggerakan anggota tubuhnya, Adit sempat berbincang dengan Bundanya.

"Adit." panggil Jihan, Adit yang tengah duduk dikursi roda dan memainkan ponselnya lantas menoleh.

"Ya..bund?" jawab Adit mulai susah, bibirnya kaku dan terasa kebas. Bahkan untuk menggerakan lidah sepertinya rumit.

Jihan mengelus rambut Adit lembut "Mau ketemu sama Anya gak?" tanya Jihan pelan.

Mendengar nama Anya, mata Adit membola lucu, dia memandang bundanya lekat, kemudian menggeleng kaku.

"Gak..mau Bund..nan..ti..A..nya..ma..lu, A..ditkan..ca..cat Bund. Nan..ti..A..nya..ji..jik..te..rus..i..***..A..dit..ke..luar terus..A..nya kan..gak..su..ka..sa..ma..i...***.."

Jihan terenyuh, disaat seperti ini Adit masih mengingat apa yang Anya tidak suka. Tatapan sendu Adit sedikit berair, tak lama dia menangis.

"Hiks..A..dit..rin..du..A..nya.." isaknya pilu.

Dia rindu Anya, tapi apakah Anya sudi bertemu dengannya disaat dia mulai lemah dan tak berdaya seperti ini.

"Semoga Anya mampu menerima Adit."

"Dia pasti mau Yah. Anya sangat menyayangi Adit, dia pasti mau."

Dan yah, semoga saja Anya mau.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

sakura

sakura

....

2025-02-20

0

ayudisa

ayudisa

namppiirrr🥰🥰🥰

2022-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!