Haiii kembali lagi dengan Ryntimtam disiniiiii. Oh ya-oh ya, menurut data para Dokter, penyakit Batten Disease sering terjadi pada anak laki maupun perempuan.
Awal gejala biasanya terlihat diusia 5-10 tahun.
Silahkan vote bagi yang berbaik hati dan tinggalkan komen bagi yang berbesar hati🍃.
...Enjoy the reading🍃...
.......
.......
.......
.......
Author Pov🍃
Anya duduk disofa yang berhadapan dengan kedua orang tuanya, Auli dan Azran. Keduanya masih nampak muda walau usianya sudah memasuki usia 45 tahun.
"Jadi, kenapa Anya dipanggil untuk pulang ke rumah?" tanya Anya penasaran. Biasnya Anya akan pulang ke rumah ini saat libur kuliah, tapi ini kan belum waktunya libur.
Auli berdehem singkat, lalu berbicara "Kamu mau ketemu Adit?" tanya Auli to the point. Anya terhenyak mendengar nama Adit kembali disebut.
Tanpa menunggu 2 kali dia langsung mengangguk, dia mau ketemu Adit, dia sangat merindukan Adit. "Tapi ada syaratnya." ujar Azran.
"Apa syaratnya?"
"Kamu udah punya pacar atau belum?" tanya Auli mengalihkan pembicaraan. Anya menggeleng pelan.
"Enggak ada Bu, Anya kan suka nya sama Adit dari dulu."
Auli mengangguk. "Kamu harus lihat kondisi dia dulu, baru bisa memutuskan." ujar Auli.
Anya nampak keheranan, terbukti dengan alisnya yang terangkat sebelah.
"Ibu mau jodohin kamu sama Adit, tapi kami gak memaksa. Kamu lihat dulu kondisi Adit baru boleh memutuskan. Kami gak mau merusak masa depan kamu Anya." jelas Auli lembut.
Anya terdiam, dijodohin? Ya gak masalah sih. Lagipula bagus daripada Anya pacaran dan menambah daftar dosanya.
"Kapan kita kesana?" tanya Anya semangat, dia tak sabar ingin bertemu dengan Adit, sudah 14 tahun mereka berpisah.
Azran meminum teh manisnya terlebih dahulu baru menjawab "Nanti malam, ini masih jam 4 sore artinya kamu boleh istirahat dulu dikamar." jawabnya lembut.
Anya mengangguk semangat, tapi lebih baik dia ke ruang Gym saja, sudah lama tidak sparing dan melatih kekuatan otot tangannya.
...🍃🍃🍃🍃...
Jihan sibuk membenahi Adit, dari mulai memandikannya, mengganti popoknya, mengganti handuk yang terus melingkar di lehernya.
Memakaikan baju, bedak, minyak kayu putih, menyuntikan makanan ke selang dihidungnya, memberikan minum.
Adit sudah rapi dan tampan sekali, walau tubuhnya terlihat kurus dan ringkih, bahkan tulang selangkanya sedikit terlihat. Berat badan Adit hanya 40 kg, sangat ringan untuk seukuran pria.
Dia ditidurkan dikasur yang ada dikamarnya.
"Adit, hari ini Anya mau datang. Adit harus ganteng ya." ujar Kardi lembut sembari mengelus rambut putranya, Adit memandang Kardi dengan tatapan polosnya, lalu mengerjab pelan.
Tatapannya kembali terpecah "Ahg-yah.." panggil Adit pada Kardi, Kardi tertawa pelan sembari menjawil pelan hidung Adit.
"Kenapa nak? Kenapa manggil Ayah?" tanya Kardi lembut. Walau banyak orang yang menyuruh Kardi untuk membawa dan menitipkan Adit di rumah sakit saja dibanding dirumah.
Tetap Kardi tak mau, Adit anaknya dan mereka berusaha untuk merawatnya semampu mereka. Tapi tak bisa selamanya karena mereka juga memiliki kesibukan lain.
Seperti Kardi yang tak lain adalah seorang Owner dari pabrik keramik yang harus terus melanjutkan tugasnya, Jihan seorang Dosen yang harus terus mengajar setiap hari dikampus yang berbeda.
Maka dari itu, mereka harus mencarikan Adit pasangan hidup dan jawabannya tak lain adalah Anya. Jika Anya nantinya tak mau, maka mereka tak punya harapan lagi.
Segala usaha sudah dilakukan, Terapi, minum obat dan sebagainya. Tapi Adir seakan sudah pasrah akan hidupnya, dia tak mau berjuang.
Mungkin jika kedatangan Anya nantinya, bisa membuat Adit bersemangat untuk kembali berjuang.
"Anhh-ya.." Adit mulai bersuara, dia memanggil Anya.
Kardi tertawa pelan "Anya lagi dijalan Nak, kamu tunggu ya." ujar Kardi.
Adit menatap Ayahnya dengan tatapan sendu. Bibir mungil yang terus terbuka itu seakan ingin melengkung kebawah. "Agh-yah.." panggilnya pelan.
Kardi tersenyum lembut, dia menyeka liur di dagu Adit dengan tisu, walau nantinya liur itu akan jatuh ke handuk dan terserap dengan cepat.
"Ayah sayang sama Adit, Bunda juga sayang sama Adit. Adit harus sembuh ya Nak. Adit harus kuat." ujar Kardi pelan dengan nada yang sedikit bergetar.
Adit sedih, dia tak bisa melihat air mata orang tuanya jatuh. Mata Adit mulai berair dan berakhir dengan ikut menangis.
"Aaaa..Agh-yah..haaaaa..Agh-yah.." tangisnya sembari memanggil Ayahnya. Kardi tak tahan, dia memeluk Adit erat dan menangis dibahu sang Anak.
Momen sedih itu disaksikan Jihan dari pintu kamar. Ternyata keluarga Anya sudah datang dan mereka ikut melihat momen itu.
Anya sendiri tak bisa menahan air matanya, Adit-nya kenapa bisa jadi seperti itu. Anya tak menyangka akan jadi seperti ini.
"Sebenarnya hiks..Adit malu ketemu kamu. Hiks..dia bilang kalau kamu, hiks..gak suka sama liur..hiks..sedangkan Adit menderita Hypersalivasi yang membuat liurnya terus keluar dengan volume besar..hiks.." jelas Jihan sesenggukan.
Anya menyeka air matanya, tak masalah, dia tak masalah. "Tante..hiks..Anya boleh ketemu Adit kan?" tanya Anya memohon.
Jihan mengangguk, kemudian Anya masuk ke dalam kamar Adit. Mengagetkan Kardi yang masih asik menangis.
"Om Kardi, apa kabar om."
Kardi menoleh, dia langsung menegakan tubuhnya dan menyeka air matanya. "Eh, Anya...hiks..kamu uda datang. Mau lihat Adit kan? Om tinggal aja ya." Kardi langsung keluar.
Malu btw, nangis ditonton banyak orang.
Anya tertawa pelan, kemudian duduk dipinggir kasur yang Adir tiduri. Adit mulai berhenti menangis, Anya meraih tisu dinakas dan menyeka air mata Adit.
Awalnya Adit tak mengenal Anya. Matanya mengerjab asing. Anya mengelus rambut Adit pelan "Adit apa kabar? Bapak kucing oren, akhirnya Anya ketemu kamu lagi." ujar Anya lembut.
Pupil mata Adit melebar, itu Anya pikirnya. Dengan segera Adit menatap kearah lain, dia tak mau Anya melihat wajah menyedihkan milik Adit.
"Adit, hey Adit. Gak papa kok, aku gak jijik. Aku malahan kangen banget sama Adit"
Adit masih membuang muka "Adit, katanya mau jadi Bapak dari anak-anak kita.." ucap Anya lembut, tangannya mengelus pelan punggung tangan kurus Adit.
Adit mulai tergerak, dia menoleh ke arah Anya. Matanya mengerjab polos "Anhh-ya.." panggilnya pelan.
Anya tertawa pelan "Iya Adit, ini Anya." Adit mulai berusaha tersenyum walau bibirnya terus terbuka.
"Ahaha...Anhh-ya..." Adit bahkan tertawa senang. Dia mengangkat satu tangannya dengan susah payah, sebenarnya Adit bisa mengangkat 1 tangannya.
Cuma ya, dia terlalu malas. Anya tau kode itu, Adit minta dipeluk. "Hahaha, Adit aku kangen banget sama kamu." Anya langsung memeluk Adit dengan erat.
Adit menepuk bahu Anya pelan. "Khaa-a-nhgen..Anhh-ya..ghu-ga.." ucap Adit dengan susah.
Dia juga merindukan Anya, walau terkadang Demensianya kambuh dan membuatnya lupa dengan segala hal, tapi hatinya tak lupa pada Anya.
Bahkan debarannya masih sama, debaran jantung Adit pada Anya masih sama, tak pernah berubah sekalipun.
"Anya pasti setuju. Bagaimana langkah selanjutnya?"
Auli berdehem singkat. "Kita nikahkan mereka besok." ujarnya tak bisa dibantah.
Jihan mengangguk, begitu pula dengan Azran dan Kardi. Mereka akan mengikuti mana yang baiknya aja.
Demi Anya dan Adit. Keduanya saling menyayangi, mungkin belum ada rasa cinta, tapi perasaan itu akan datang seiring waktu yang berjalan.
"Adit udah makan?"
"Hkhaa-kan?"
"Iya, Adit udah makan belum?. Anya belum makan, Anya laper."
"Anhh-ya..khaa-ker?"
"Iya. Anya laper. Oh ita Adit, Anya tadi siang beli es krim coklat, Adit masih suka es krim?"
"Khee-hrim?"
"Iya. Duuh gemas banget sih. Kamu masih gemesin walau kayak gini"
"Hahahaha..Kha-hit..khe-mash?"
"Iya, Adit gemasin banget. Makin sayang Anya jadinya."
"Shha-hang?"
"Iya, Anya sayang Adit."
Adit tertawa senang, dia kemudian menepuk paha Anya pelan. "Shha-hang...Anhh-ya..khu-ha" ujarnya susah dimengerti.
Anya tertawa gemas. "Sayang Adit banyak-banyak." dia kembali memeluk Adit, tak perduli dengan rambut yang terkena liur Adit.
Dia tak masalah sama sekali.
...Bersambung🍃...
...Jangan lupa vote dan komen ya🍃...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
ayudisa
disetiap cobaan pasti ada hikmanya
2022-09-29
1
ayudisa
ya allah ikutan nangis loo
2022-09-29
0