NovelToon NovelToon

My Lumpuh Husband

01

...Enjoy and happy reading🍃...

.......

.......

.......

.......

Sepasang bocah lucu yang berusia 6 tahun sedang bermain bersama ditaman kota, mereka berlarian mengejar kucing dan sesekali saling berpelukan.

Keduanya sangat menikmati waktu yang mereka jalani, tertawa riang tanpa beban, seakan kehidupan tak akan pernah memberikan masalah pada mereka.

"Anyaaaa, Anyaaa sinii. Sini sama Adit, Adit nemu anak kucing lucu." panggil bocah berambut hitam pekat, kulit putih bersih, alis mata yang rapi, hidung mancung, mata sipit, bibir pink yang mungil.

Namanya Aditya Wiradana. Usianya 6 tahun.

Bocah yang dipanggil Anya itu menoleh, dia berlari mendekati Adit yang sibuk menggendong anak kucing berbulu oren itu.

"Waah, Adit cocok jadi Bapak kucing." seru Anya antusias.

Adit mengerucut tak setuju. "Gamau ah, Adit maunya jadi Bapak dari anak-anak kita." celetuknya santai, tatapan mata indahnya membuat Anya salting.

"Apaan sih Adit, kita masih kecil. Ngomongnya gaboleh gitu." gerutu Anya sebal, sebenarnya itu alibi demi menutupi rasa malunya.

Adit tertawa kuat, lucu sekali melihat wajah cantik Anya merona seperti tomat kesukaanya. Anya berdiri kemudian berjalan mendekati pohon rindang didekat mereka.

Dia asik memetik bunga melati yang tumbuh disekitar pohon, tanpa menyadari jika Adit mulai tak stabil.

"Eungh..Anya.." panggilnya lemas, kepalanya tiba-tiba pusing, dan matanya mulai berkabur.

Anya menoleh, matanya membola kaget saat melihat Adit limbung kebelakang. "ADIT!" teriaknya panik.

Brugh!

Terlambat, Adit sudah jatuh ke rerumputan dengan tangan yang terus meremat rambutnya, berusaha mengenyahkan rasa sakit yang datang.

Adit membuka matanya, gelap.

"Hiks..Anyaaaaaa!!..gelap..hiks..ANYAAA ADIT TAKUT!!..hiks..KEPALA ADIT SAKIT ANYAAA!!..hiks..ANYA ADIT GABISA LIAT HUAAAAAAA!!"

Anya panik sendiri, dia berusaha menenangkan Adit yang terus menangis histeris dan memberontak. Sampai akhirnya Anya ikut menangis dan memilih mencari bantuan.

Dia menangis, dia takut melihat Adit yang berteriak kesakitan seperti itu.

"TANTE JIHAN! TANTE JIHAN BANTUIN ADIT!! DIA NANGIS KESAKITAN TANTEEE..hiks..TANTE JIHAN BANTUIN ADIIIT!!" teriak Anya histeris saat sampai dirumah nya.

Dihalaman rumah yang ramai dengan keluarga Adit dan Anya. Wanita berusia 25 tahun yang dipanggil Jihan itu menoleh. Semua menoleh sebenarnya.

"Kenapa Anya!? Ada apa sama Adit!?" tanya Jihan panik.

Anya masih menangis, dia berlari kepelukan sang Ayah. "ADIT KESAKITAN TANTE..Hiks..DIA GABISA LIAT KATANYA..Hiks..ANYA TAKUT AYAAAH..AYAH ANYA TAKUUT!!" tangisnya meraung.

Orang tua Adit langsung berlari menuju taman, sedangkan orang tua Anya berusaha menangkan Anya yang masih histeris.

Bayangan dimana Adit yang menangis dan histeris masih terus mampir kepala Anya.

Kringg!

"Ah!"

Anya membuka matanya, keringat dingin mengalir didahi dan menjalar ke lehernya. Dia baru saja mengalami mimpi buruk, mimpi tentang kenangan masa kecilnya.

Gadis berusia 20 tahun itu bangkit dan terduduk dikasur besarnya, napasnya masih terengah-engah. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Kenangan buruk yang menyakitkan.

"Ya ampun..Adit..kenapa aku mimpiin kamu lagi.." bisik Anya dengan deru napas yang masih memburu.

Dia menoleh ke arah bingkai foto yang ada dinakas kamarnya, foto terakhirnya bersama Adit. Teman kesayangannya.

Anya meraih foto itu "Adit, kamu udah sehat atau belum sekarang. Aku kangen banget sama kamu.." bisiknya sendu.

Sebab, terakhir kali dia melihat Adit, adalah saat kejadian di taman, dimana Adit berteriak histeris kesakitan, kedua orang tuanya langsung membawa Adit pergi.

Dan mereka tak pernah bertemu lagi.

.............

Anya Geralin, gadis 20 tahun yang masih duduk di semester 4 Jurusan Kedokteran, Anya gadis yang tak terlalu terbuka dengan keramaian, dia penyendiri, pendiam.

Walau begitu, jika ada yang bersikap ramah padanya dia akan berlaku dengan ramah pula. Anya bersikap sebagaimana orang bersikap padanya.

Siang ini Anya bergegas pulang setelah mata kuliah terakhir nya selesai. Anya tinggal di apartemen yang letaknya dekat dengan Kampus, tapi karena hari ini kedua orang tuanya meminta Anya untuk pulang.

"Halo, bang jemput Anya sekarang."

"Anya dimana dek?"

"Anya masih di kampus. Abang cepetan jemput Anya." Anya menyugar poni panjangnya kebelakang.

Dia mengenakan kacamata ber min, kemeja biru dan celana bahan selutut berwarna putih. "Yaudah, adek tunggu abang sebentar ya. Biar rapatnya abang cancel aja. Nunggu 10 menit bisa kan?" Anya sedikit berdecak.

Dia menatap ke arah jam tangan rolex miliknya. "Yaudah, Anya tunggu di toko es krim dekat kampus Anya. Abang jangan lama-lama." ujar Anya.

"Iya sayangnya abang. Tunggu ya."

Anya mematikan sambungannya dengan Rian. Abang pertamanya yang memiliki jabatan sebagai seorang Ceo di Perusahaan Tekstil miliknya sendiri, usia Rian itu 27 tahun, tapi dia masuh single ulala.

Anya punya 3 abang, Rian, Fian, dan Gian. Mudah saja mengingatnya sebab Ibu Anya tak suka nama yang ribet.

Anya berjalan menuju Toko es krim yang tak terlalu ramai, kemudian memesan es krim untuk dirinya. Sekilas Anya teringat dengan mimpinya tadi malam.

"Kenapa aku mimpiin Adit ya. Apa dia baik-baik aja sekarang?" monolongnya pelan. Jujur Anya sangat merindukan Adit, sejak insiden Adit yang histeris dan menangis ditaman, dia tak lagi bertemu dengannya.

Kata Ibu Anya, Adit dibawa ke Luar Negeri untuk berobat. Karena saat itu Anya masih berusia 6 tahun, dia iya-iya aja. Tapi tetap saja Anya rindu dengan bocah tampan itu.

"Adit suka es krim coklat, apa sekarang dia masih suka ya?" monolognya lagi. Jujur, Adit itu adalah cinta pertamanya, sampai saat ini hanya Adit yang terus dipikirannya.

Puluhan laki-laki banyak yang menembaknya, tapi tetap saja Anya tak tertarik sama sekali.

Mungkin benar adanya, cinta pertama adalah dia yang sangat sulit dilupakan.

...🍃🍃🍃🍃🍃🍃...

Diruangan yang lebar, tak penuh dengan benda apapun kecuali sofa dan kasur, ada seorang pria muda yang duduk dikursi roda, dengan keadaan tubuh seakan tak bertulang.

Sangat lemah, bahkan kepalanya sampai terkulai kebahunya. Disekitar lehernya ada handuk yang menutupi tubuh atas sampai perutnya.

Bibir yang terbuka sedikit membuat aliran ludah atau liur terus keluar, membasahi handuk yang bekerja cepat meresap liur tanpa ada bekas sedikitpun.

Didekat pria itu ada sepasang paruh baya yang menjaganya.

"Heuch-hunda.." panggilnya tak jelas pada wanita paruh baya disana, wanita itu menoleh. Dia menjawil pelan hidung bangir putranya.

"Adit mau apa? Biar Bunda ambilin" tawar Jihan lembut. Adit berusaha fokus pada wajah bundanya, walau tatapannya liar dan terus menatap ke seisi ruangan.

Adit menggerakan kepalanya pelan, gerakan menghantuk kekursi rodanya "Hechh-hun..daa.." panggilnya lagi, Jihan menghela napas panjang, kemudian mendorong kursi roda Adit menuju kasur.

"Kamu bobok siang aja yah, ingat nanti malam kita mau ketemu sama Anya. Kamu ingat Anya kan?"

Adit menatap bundanya lama, kemudian tatapannya pecah lagi ke sekililing ruangan. "Annhh-ya.." panggilnya lagi.

Jihan mengangguk, kemudian memanggil suaminya untuk lekas membantu Adit agar bisa berpindah ke kasur. Kardi menggendong tubuh lemah Adit menuju kasurnya.

"Keluarga Azran mau datang kesini nanti malam?" tanya Kardi memastikan.

Jihan mengangguk, dia mengelus rambut hitam putra kesayangan satu-satunya itu. "Iya, mereka mau." jawab Jihan tenang.

Tatapan mata sendu Jihan layangkan pada Adit, pria muda itu masih menatap sekeliling dan sesekali pada Jihan. Dia tak fokus sama sekali.

"Adit, semoga nanti Anya gak jijik ya sama kamu. Kami gatau lagi harus minta tolong siapa, semoga kamu sembuh kalau sama Anya ya." bisik Jihan lembut ditelinga Adit.

Adit melirik Bundanya, senyum yang amat susah Adit lakukan, dia berikan untuk sang Bunda. "Heucrhh-hun..da.." panggilnya senang.

Jihan tertawa pelan, dia mengecup dahi Adit dengan penuh kasih sayang.

Sebenarnya, sejak kapan Adit kesayangannya menjadi seperti ini, jawabannya adalah sejak 3 tahun yang lalu.

Adit yang berumur 6 tahun kala itu dibawa ke Singapur untuk berobat, beruntungnya hanya butuh waktu 2 bulan Adit dinyatakan sembuh.

Selama 2 bulan itu Adit tersiksa, dia selalu berteriak histeris saat bangun tidur, karena saat dia bangun kinerja matanya akan hilang dalam waktu 10 menit.

Disaat itu, Adit tak bisa melihat apapun. Dia berteriak histeris, menangis, bahkan sampai kejang-kejang. Dokter mendiagnosis Adit terkena penyakit bernama Batten Diseas.

Penyakit yang membuat kelumpuhan secara perlahan. Dimulai dari kehilangan rasa dari jari kaki, lalu merambat sampai betis, seiring berjalannya waktu naik sampai pinggang.

Dulu, diawal Adit tak bisa jalan adalah disaat dia umur 13 tahun.

Saat itu Adit baru pulang dari sekolah, dan keburukan itu terjadi.

"hiks..BUNDA!! BUNDAAAA!! Huhuuu..hiks..BUNDA KAKI ADIT GABISA DIGERAKIN BUNDA!!..Hiks..HUAAAAAAA BUNDA KAKI ADIT GABISA DIGERAKIN BUNDAAAAAAA"

Jihan yang ada didapur berlari cepat mendengar tangisan anak semata wayangnya. Disana Adit yang masih memakai seragam putih birunya menangis histeris sembari memukul kedua kakinya.

"Kenapa sayang!? Kamu kenapa nak!?" tanya Jihan panik.

Adit menunjuk kedua kakinya yang mati rasa dan kaku. "Kaki Adit bund..hiks..kaki Adit gabisa gerak..hiks.." adunya pilu.

Jihan juga tak tau harus bagaimana, jalan satu-satunya adalah menggendong putranya lalu membawanya ke rumah sakit.

Sejak saat itu sampai sekarang, Adit selalu duduk di kursi roda.

Awalnya hanya kaki, lalu naik kedaerah tangan dan wajah. Adit mulai mengalami Hipersalivasi diumur yang ke 16, dia putus sekolah karena saat itu Adit mulai mengalami Demensia.

Adit mulai lupa, bagaimana caranya berbicara, apalagi ditambah dengan bibir yang terus terbuka dan membuka air liur keluar tanpa henti.

Sebelum Adit tergeletak lemah dikasur tanpa bisa menggerakan anggota tubuhnya, Adit sempat berbincang dengan Bundanya.

"Adit." panggil Jihan, Adit yang tengah duduk dikursi roda dan memainkan ponselnya lantas menoleh.

"Ya..bund?" jawab Adit mulai susah, bibirnya kaku dan terasa kebas. Bahkan untuk menggerakan lidah sepertinya rumit.

Jihan mengelus rambut Adit lembut "Mau ketemu sama Anya gak?" tanya Jihan pelan.

Mendengar nama Anya, mata Adit membola lucu, dia memandang bundanya lekat, kemudian menggeleng kaku.

"Gak..mau Bund..nan..ti..A..nya..ma..lu, A..ditkan..ca..cat Bund. Nan..ti..A..nya..ji..jik..te..rus..i..***..A..dit..ke..luar terus..A..nya kan..gak..su..ka..sa..ma..i...***.."

Jihan terenyuh, disaat seperti ini Adit masih mengingat apa yang Anya tidak suka. Tatapan sendu Adit sedikit berair, tak lama dia menangis.

"Hiks..A..dit..rin..du..A..nya.." isaknya pilu.

Dia rindu Anya, tapi apakah Anya sudi bertemu dengannya disaat dia mulai lemah dan tak berdaya seperti ini.

"Semoga Anya mampu menerima Adit."

"Dia pasti mau Yah. Anya sangat menyayangi Adit, dia pasti mau."

Dan yah, semoga saja Anya mau.

Bersambung.

02

Haiii kembali lagi dengan Ryntimtam disiniiiii. Oh ya-oh ya, menurut data para Dokter, penyakit Batten Disease sering terjadi pada anak laki maupun perempuan.

Awal gejala biasanya terlihat diusia 5-10 tahun.

Silahkan vote bagi yang berbaik hati dan tinggalkan komen bagi yang berbesar hati🍃.

...Enjoy the reading🍃...

.......

.......

.......

.......

Author Pov🍃

Anya duduk disofa yang berhadapan dengan kedua orang tuanya, Auli dan Azran. Keduanya masih nampak muda walau usianya sudah memasuki usia 45 tahun.

"Jadi, kenapa Anya dipanggil untuk pulang ke rumah?" tanya Anya penasaran. Biasnya Anya akan pulang ke rumah ini saat libur kuliah, tapi ini kan belum waktunya libur.

Auli berdehem singkat, lalu berbicara "Kamu mau ketemu Adit?" tanya Auli to the point. Anya terhenyak mendengar nama Adit kembali disebut.

Tanpa menunggu 2 kali dia langsung mengangguk, dia mau ketemu Adit, dia sangat merindukan Adit. "Tapi ada syaratnya." ujar Azran.

"Apa syaratnya?"

"Kamu udah punya pacar atau belum?" tanya Auli mengalihkan pembicaraan. Anya menggeleng pelan.

"Enggak ada Bu, Anya kan suka nya sama Adit dari dulu."

Auli mengangguk. "Kamu harus lihat kondisi dia dulu, baru bisa memutuskan." ujar Auli.

Anya nampak keheranan, terbukti dengan alisnya yang terangkat sebelah.

"Ibu mau jodohin kamu sama Adit, tapi kami gak memaksa. Kamu lihat dulu kondisi Adit baru boleh memutuskan. Kami gak mau merusak masa depan kamu Anya." jelas Auli lembut.

Anya terdiam, dijodohin? Ya gak masalah sih. Lagipula bagus daripada Anya pacaran dan menambah daftar dosanya.

"Kapan kita kesana?" tanya Anya semangat, dia tak sabar ingin bertemu dengan Adit, sudah 14 tahun mereka berpisah.

Azran meminum teh manisnya terlebih dahulu baru menjawab "Nanti malam, ini masih jam 4 sore artinya kamu boleh istirahat dulu dikamar." jawabnya lembut.

Anya mengangguk semangat, tapi lebih baik dia ke ruang Gym saja, sudah lama tidak sparing dan melatih kekuatan otot tangannya.

...🍃🍃🍃🍃...

Jihan sibuk membenahi Adit, dari mulai memandikannya, mengganti popoknya, mengganti handuk yang terus melingkar di lehernya.

Memakaikan baju, bedak, minyak kayu putih, menyuntikan makanan ke selang dihidungnya, memberikan minum.

Adit sudah rapi dan tampan sekali, walau tubuhnya terlihat kurus dan ringkih, bahkan tulang selangkanya sedikit terlihat. Berat badan Adit hanya 40 kg, sangat ringan untuk seukuran pria.

Dia ditidurkan dikasur yang ada dikamarnya.

"Adit, hari ini Anya mau datang. Adit harus ganteng ya." ujar Kardi lembut sembari mengelus rambut putranya, Adit memandang Kardi dengan tatapan polosnya, lalu mengerjab pelan.

Tatapannya kembali terpecah "Ahg-yah.." panggil Adit pada Kardi, Kardi tertawa pelan sembari menjawil pelan hidung Adit.

"Kenapa nak? Kenapa manggil Ayah?" tanya Kardi lembut. Walau banyak orang yang menyuruh Kardi untuk membawa dan menitipkan Adit di rumah sakit saja dibanding dirumah.

Tetap Kardi tak mau, Adit anaknya dan mereka berusaha untuk merawatnya semampu mereka. Tapi tak bisa selamanya karena mereka juga memiliki kesibukan lain.

Seperti Kardi yang tak lain adalah seorang Owner dari pabrik keramik yang harus terus melanjutkan tugasnya, Jihan seorang Dosen yang harus terus mengajar setiap hari dikampus yang berbeda.

Maka dari itu, mereka harus mencarikan Adit pasangan hidup dan jawabannya tak lain adalah Anya. Jika Anya nantinya tak mau, maka mereka tak punya harapan lagi.

Segala usaha sudah dilakukan, Terapi, minum obat dan sebagainya. Tapi Adir seakan sudah pasrah akan hidupnya, dia tak mau berjuang.

Mungkin jika kedatangan Anya nantinya, bisa membuat Adit bersemangat untuk kembali berjuang.

"Anhh-ya.." Adit mulai bersuara, dia memanggil Anya.

Kardi tertawa pelan "Anya lagi dijalan Nak, kamu tunggu ya." ujar Kardi.

Adit menatap Ayahnya dengan tatapan sendu. Bibir mungil yang terus terbuka itu seakan ingin melengkung kebawah. "Agh-yah.." panggilnya pelan.

Kardi tersenyum lembut, dia menyeka liur di dagu Adit dengan tisu, walau nantinya liur itu akan jatuh ke handuk dan terserap dengan cepat.

"Ayah sayang sama Adit, Bunda juga sayang sama Adit. Adit harus sembuh ya Nak. Adit harus kuat." ujar Kardi pelan dengan nada yang sedikit bergetar.

Adit sedih, dia tak bisa melihat air mata orang tuanya jatuh. Mata Adit mulai berair dan berakhir dengan ikut menangis.

"Aaaa..Agh-yah..haaaaa..Agh-yah.." tangisnya sembari memanggil Ayahnya. Kardi tak tahan, dia memeluk Adit erat dan menangis dibahu sang Anak.

Momen sedih itu disaksikan Jihan dari pintu kamar. Ternyata keluarga Anya sudah datang dan mereka ikut melihat momen itu.

Anya sendiri tak bisa menahan air matanya, Adit-nya kenapa bisa jadi seperti itu. Anya tak menyangka akan jadi seperti ini.

"Sebenarnya hiks..Adit malu ketemu kamu. Hiks..dia bilang kalau kamu, hiks..gak suka sama liur..hiks..sedangkan Adit menderita Hypersalivasi yang membuat liurnya terus keluar dengan volume besar..hiks.." jelas Jihan sesenggukan.

Anya menyeka air matanya, tak masalah, dia tak masalah. "Tante..hiks..Anya boleh ketemu Adit kan?" tanya Anya memohon.

Jihan mengangguk, kemudian Anya masuk ke dalam kamar Adit. Mengagetkan Kardi yang masih asik menangis.

"Om Kardi, apa kabar om."

Kardi menoleh, dia langsung menegakan tubuhnya dan menyeka air matanya. "Eh, Anya...hiks..kamu uda datang. Mau lihat Adit kan? Om tinggal aja ya." Kardi langsung keluar.

Malu btw, nangis ditonton banyak orang.

Anya tertawa pelan, kemudian duduk dipinggir kasur yang Adir tiduri. Adit mulai berhenti menangis, Anya meraih tisu dinakas dan menyeka air mata Adit.

Awalnya Adit tak mengenal Anya. Matanya mengerjab asing. Anya mengelus rambut Adit pelan "Adit apa kabar? Bapak kucing oren, akhirnya Anya ketemu kamu lagi." ujar Anya lembut.

Pupil mata Adit melebar, itu Anya pikirnya. Dengan segera Adit menatap kearah lain, dia tak mau Anya melihat wajah menyedihkan milik Adit.

"Adit, hey Adit. Gak papa kok, aku gak jijik. Aku malahan kangen banget sama Adit"

Adit masih membuang muka "Adit, katanya mau jadi Bapak dari anak-anak kita.." ucap Anya lembut, tangannya mengelus pelan punggung tangan kurus Adit.

Adit mulai tergerak, dia menoleh ke arah Anya. Matanya mengerjab polos "Anhh-ya.." panggilnya pelan.

Anya tertawa pelan "Iya Adit, ini Anya." Adit mulai berusaha tersenyum walau bibirnya terus terbuka.

"Ahaha...Anhh-ya..." Adit bahkan tertawa senang. Dia mengangkat satu tangannya dengan susah payah, sebenarnya Adit bisa mengangkat 1 tangannya.

Cuma ya, dia terlalu malas. Anya tau kode itu, Adit minta dipeluk. "Hahaha, Adit aku kangen banget sama kamu." Anya langsung memeluk Adit dengan erat.

Adit menepuk bahu Anya pelan. "Khaa-a-nhgen..Anhh-ya..ghu-ga.." ucap Adit dengan susah.

Dia juga merindukan Anya, walau terkadang Demensianya kambuh dan membuatnya lupa dengan segala hal, tapi hatinya tak lupa pada Anya.

Bahkan debarannya masih sama, debaran jantung Adit pada Anya masih sama, tak pernah berubah sekalipun.

"Anya pasti setuju. Bagaimana langkah selanjutnya?"

Auli berdehem singkat. "Kita nikahkan mereka besok." ujarnya tak bisa dibantah.

Jihan mengangguk, begitu pula dengan Azran dan Kardi. Mereka akan mengikuti mana yang baiknya aja.

Demi Anya dan Adit. Keduanya saling menyayangi, mungkin belum ada rasa cinta, tapi perasaan itu akan datang seiring waktu yang berjalan.

"Adit udah makan?"

"Hkhaa-kan?"

"Iya, Adit udah makan belum?. Anya belum makan, Anya laper."

"Anhh-ya..khaa-ker?"

"Iya. Anya laper. Oh ita Adit, Anya tadi siang beli es krim coklat, Adit masih suka es krim?"

"Khee-hrim?"

"Iya. Duuh gemas banget sih. Kamu masih gemesin walau kayak gini"

"Hahahaha..Kha-hit..khe-mash?"

"Iya, Adit gemasin banget. Makin sayang Anya jadinya."

"Shha-hang?"

"Iya, Anya sayang Adit."

Adit tertawa senang, dia kemudian menepuk paha Anya pelan. "Shha-hang...Anhh-ya..khu-ha" ujarnya susah dimengerti.

Anya tertawa gemas. "Sayang Adit banyak-banyak." dia kembali memeluk Adit, tak perduli dengan rambut yang terkena liur Adit.

Dia tak masalah sama sekali.

...Bersambung🍃...

...Jangan lupa vote dan komen ya🍃...

03

Haiii balik lagi bareng Ryntimtam, oh ya-oh ya, Cerebal palys dan Batten Diease hampir sama, namun penyebabnya berbeda.

Jika Batten Diease terjadi karena kelainan genetik, maka Cerebal Palys terjadi karena cedera otak.

Jangan lupa vote untuk yang berbaik hati, komen untuk yang berbesar hati🍃.

...Enjoy the reading🍃...

.......

.......

.......

.......

Author Pov🍃

Anya meminta izin pada Ibunya untuk menginap dirumah keluarga Adit, dia mau Pdkt dulu sana Adit sebelum hari H mereka menikah.

Malam ini Anya akan tidur bareng Adit, tak akan ada yang terjadi melihat kondisi fisik Adit yang seperti itu.

Anya mengenakan baju tidur bergambar Hello Kitty, sedangkan Adit memakai yang bergambar Iron Man. Adit sudah memakai popoknya yang baru, tadi Anya sudah belajar cara ganti popok Adit.

Adit yang dibiarkan tidur dikasur sedari tadi mengikuti gerak-gerik Anya, bibirnya yang terbuka itu tak henti-hentinya memanggil Anya.

Sekarang hobinya Adit adalah memanggil Anya sesering mungkin.

"Anhh-yaaa.."

"Anhh-yaaa.."

"Anhh-yaaaaa.."

Anya tertawa pelan saat mendengar panggilan itu, terdengar seperti Adit tengah merajuk padanya. Anya segera berjalan mendekati kasur lalu tidur disebelah Adit.

Adit hanya bisa tidur telentang, kepalanya bergerak menoleh ke arah Anya yang terlihat cantik. "Anhh-yaaa..shhan-hik.." ujar Adit polos.

Anya tersipu malu. "Anya cantik ya? Makasih Adit." Anya mengecup pipi Adit singkat, membuat Adit terhenyak tak percaya. Anya mau cium Adit yang menjijikan ini.

Matanya membola lucu. Liur keluar semakin banyak "Adit, nanti kalau kita udah nikah. Anya bakalan bawa Adit berobat ya, terus nanti Anya belajar jadi Dokter pribadi Adit." oceh Anya.

"Dan nanti, Anya bakalan bantu Adit biar bisa jalan lagi."

"Nah, setelah itu Adit belajar bawa Mobil yakan."

"Khho-bil?"

Anya mengangguk semangat "Iya mobil, biar kita bisa jalan-jalan berdua. Gaperlu pake supir."

"Nah, terus nanti Adit bakalan sehat, bisa jalan, bisa lari, pokoknya Adit gaperlu duduk dikursi roda lagi, Adit juga bisa berdiri tegap."

"Adit nanti juga bisa gendong Anya."

"Adit nanti juga bisa makan es krim coklat sama Anya."

"Nanti kita ke Petshop kalau Adit sehat, beli ibu kucing, bapak kucing dan anak kucing. Keluarga kucing."

Adit tertawa pelan "Nah, nanti Adit juga bisa datang ke acara wisuda Anya tahun depan. Berarti tahun ini Adit harus berjuang biar sehat"

Adit mengangguk. "Khi-ya.." jawabnya  lembut. Tatapan mata sayunya membuat Anya terlena.

"Nanti kita bisa pergi ke Mall, ke kebun binatang, kemana-mana asal berdua terus bareng Adit."

Adit hanya mengerjab memandangi wajah cantik Anya dan bibirnya yang terus berceloteh. Tawa pelan Adit berikan "Terus, kalau Adit udah sehat betul. Kita buat anak hehehe." ceplos Anya.

Adit tersedak ludahnya. "Ehuk!" Anya kaget, dia lekas membantu Adit duduk sembari mengelus punggungnya.

"Ya ampun, maaf Adit. Anya terlalu frontal ya!?" Anya tak tau jika perkataannya bisa membuat Adit tersedak seperti itu.

Adit hanya melirik sebal Anya "Mhhe-hsum." ujar Adit kesal. Anya tergelak mendengarnya, setelah selesai Anya kembali menidurkan Adit dan mereka melanjutkan Pillow talk mereka.

"Maaf Dit, yakan nanti kita pasti buat anak yakan. Adit emangnya mau punya anak kucing? Bukan anak sungguhan?"

Adit menggeleng kecil. "Khaa-nak, khaa-ma..Anhh-yaa..khaa-nak..khii-ha" Anya merona, kata Adit 'anak sama Anya, anak kita' Ya Allah Anya gini aja baper hiks.

Tak mau berlarut, Anya menyelimuti Adit dan memeluknya erat, tak perduli dengan liur Adit dia tetap memeluknya "Sayang Adit banyak-banyak. Besok kita jalan-jalan ya." gumam Anya.

Sebelum akhirnya tertidur, Adit memandang Anya lekat, tangan kanannya bergerak menepuk pelan bahu Anya.

"Shaa-hang, Anhh-ya.." bisik Adit sebelum akhirnya ikut tertidur, dengan kepalanya yang menempel dipucuk kepala Anya.

So sweet sekali mereka ini, Ryn iri jadinya hiks...

...🍃🍃🍃🍃...

...Bersambung🍃...

...Jangan lupa vote+komen+share bagi yang berbaik hati🍃...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!