Saat Desta maju ke depan meletakkan formulir dan hendak meraih kunci, tak sengaja pandangan matanya mengarah pada direktur Ben. Sreeek.. jantungnya seakan tersangkut, mata elang itu tengah menatap tajam padanya tanpa kedip.
Reflek Desta tersenyum dengan sopan, untuk menutupi rasa canggungnya. Gadis itu menunduk dan segera membawa kunci di tangannya keluar ruangan. Bersama koper dan tas di tangannya, dia bergegas menyusul teman-teman lain yang sudah berkumpul dibalik pintu.
Setelah semua mendapat kunci, mereka dipandu tiga orang petugas menuju lantai dua dengan menaiki anak tangga yang tinggi memutar. Kelima belas peserta itu menempati bilik masing-masing di lantai dua.
Kamar Desta terletak paling ujung dengan kamar bernomer sembilan. Kamar-kamar di lantai itu, didesain seperti kamar hotel lengkap dengan nomer kamar yang terpasang di tiap pintunya. Kamar di lantai dua ini hanya akan digunakan, saat yayasan mengadakan event-event semacam ini.
Dalam kamar terdapat toilet pribadi, kaca rias, almari baju, serta ranjang besar dengan kasur tebal yang terlihat empuk sekali. Tapi Desta menahan keinginanya soal kasur, dia bergegas masuk kamar mandi. Ada bathup besar dan shower di situ. Karena tidak ingin terlewat sholat, Desta segera melakukan mandi cepat dan mengambil wudhu untuk shalat dzuhur.
Rasanya begitu lega setelah menunaikan kewajibannya. Kini Desta tak ragu lagi untuk membantingkan badannya ke atas kasur. Kelopak mata itu menutup seketika. Penat di punggungnya seakan terbayar begitu menyentuh busa empuk itu.
Nyatanya mata itu tidak juga terlelap, ingatanya kembali pada sosok direktur Ben. Lelaki tampan itu kedapatan terang-terangan menatapnya, seakan hendak menguliti dirinya. Kenapa beliau begitu, adakah yang salah denganku? Apakah begitu cara dia menatap semua orang?
Direktur Ben, jika dilihat memang tampan level berat, namun jika sikapnya menyeramkan begitu, siapa yang berselera memujinya, tapi orang kaya seperti itu sudah tidak butuh sanjungan, dia akan bersikap sesukanya.
Desta bermonolog sendiri dengan hatinya. Sampai lelah sendiri yang tanpa dia sadari. Kepalanya serasa berat, kini rasa kantuk itu menghampirinya dan matanya mulai karam sepenuhnya.
Destapun tertidur lelap hingga mengabaikan perutnya yang terasa perih, karena sudah lewat waktu makan siangnya. Kesadaranya datang kembali, saat dia dikejutkan dengan suara lagu yang berasal dari daun pintu. Nampak di situ, sebuah kotak kecil menempel pada daun pintu, dengan lampunya yang berkedip-kedip, rupanya ini seperti bunyi sebuah bell.
Desta bergegas bangun dan segera membuka pintu, nampak berdirilah seorang lelaki dengan seragam pegawai memberinya sebuah senyuman ramah.
"Hallo,Selamat datang mbak, buatlah diri mbak senyaman mungkin disini, saya mengantar nasi kotak ini untuk makan siang embak, dan jangan lupa nanti sehabis Isya embak diminta turun untuk makan malam bersama dengan yang lainya. "
"Iya mas, terimakasih udah dikasih tau serta diantar makananku ya."
Sambil mengangguk sopan, lelaki itu berlalu dan menghampiri pintu kamar disampingnya dengan membawa bungkusan besar yang berisi nasi kotak untuk diantar kesetiap peserta dibilik masing-masing.
Desta nampak sumringah membawa bungkusan nasi kotaknya dimeja rias, segera dibukanya dengan tidak sabar, percayalah saat kelaparan, hal yang paling membahagiakan adalah berjumpa dengan makanan, apapun menunya itu. Dilahapnya seluruh isi makanan dalam kotak menggunakan sendok yang disertakan didalam sampai bersih tiada sisa.
Lalu disambarnya minuman teh botol kemasan sebagai pelengkap nasi kotak, diminumnya beberapa teguk hingga dahaganya hilang, kemudian dikemasnya sampah bungkus makanan itu dan disisihkan untuk dibawanya keluar nanti.
Desta mengambil koper mininya lalu dibuka untuk dikeluarkan handuk beserta perlengkapan mandi yang lain. Segera menuju kamar mandi untuk ritual menyegarkan badan.
Selesai mandi diambilnya wudhu untuk persiapan shalat Ashar, tadi sempat diliriknya jarum jam didinding yang sudah hampir menunjuk di angka 4. Maknanya ia sudah tidur dalam waktu cukup lama, yang lumayan untuk memulihkan staminanya.
Desta yang mempunyai tinggi badan 157 cm itu nampak cantik dengan gamis sederhana yang sangat pas membungkus tubuhnya yang mungil namun berisi dan terlihat proporsional.
Gadis berkulit kuning cerah itu, nampak segar menawan dengan olesan lips balm warna pink, serta polesan baby cream, yang ditutupi dengan sapuan bedak bayi tipis. Gamis cantiknya dia padukan dengan kerudung pashmina yang menempel anggun dikepalanya.
Dia berencana ingin keluar kamar melihat-lihat sekitar bangunan besar itu, rasanya bosan terlalu lama diam-diam saja dalam kamar. Dia keluar kamar sambil dikuncinya pintu itu kembali, saat bersamaan, kamar disampingnya juga tengah dibuka.
Keluarlah seorang gadis manis dengan ramput panjang sebahu tersenyum menyapanya dan mengulurkan tangan ke arah Desta.
"Hai salam kenal lagi, namaku Maya, kamu.... " kalimat itu tergantung, namunDesta menyambungnya dengan cepat.
"Hai kembali, panggil saja diriku Desta, kamu mau pergi ke mana Maya?"
"Aku tak tahu, hanya bosan saja didalam...udah guling sana guling sini tetap juga gagal tidur." Maya menjawab sambil tertawa.
"Hahaha..malang banget May, mujuran aku dong, sempat terkapar lama saat baru ngamar tadi." Desta menimpali dengan candaan.
"Itulah, bikin otak panas aja, kita ngadem bareng aja ya Des, tunggulah sebentar, aku mermak mukaku dulu."
Gadis itu melesat masuk ke dalam kamarnya lagi.
Berdiri menunggu teman barunya, mengingatkan Desta akan bu Hartini, dia merasa bersalah belum memberi kabar apapun sejak tiba di Jakarta tadi, pasti beliau menunggu - nunggu kabar darinya.
Segera diambil Handphone dari saku gamisnya, kemudian mendial nomer telpon kantor yayasan, namun panggilanya tidak juga ada yang mengangkat. Dicobanya lagi, hasilnya tetap sama.
Dan diputuskannya menelpon di Handphone pribadi mas Gilang, yang dengan cepat diangkat oleh pemiliknya. Desta mengabari singkat tentang keaadan dirinya dan sedikit gambaran tempatnya berada, dia mengirim salam serta menanyakan kabar kepada Gilang tentang bu Hartini.
Sesekali Desta juga menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan Gilang. Mengenai perjalananya tadi dengan bersemangat, dan berjanji alan menelepon lagi nanti.
Panggilan itu diakhirinya dengan salam, tepat saat Maya keluar dari pintu kamarnya.Gadis manis itu terlihat lebih cerah dengan polesan lipstik warna merah mencolok dan bau parfum mawar yang segar.
Mereka beriringan menuruni tangga dengan rasa ingin tahu sambil melongokkan kepala ke ruangan lantai bawah yang terlihat sepi. Setelah menghabiskan anak tangga terakhir , kaki mereka kompak melangkah menuju lorong yang sepertinya menuju bagian belakang rumah.
Benar saja, diujung lorong nampak sebuah pintu kaca yang memperlihatkan secara samar ada pohon-pohon berbunga yang ditanam rapi berjajar, nampak jauh dibalik pintu.
Dengan penuh semangat, dua gadis itu mendekati pintu dan menarik gagangnya dengan mudah. Saat pintu sudah berhasil terbuka lebar, ketakjuban menyelimuti mata mereka, didepan terhampar halaman luas yang dipenuhi tanaman-tanaman berbunga.
Pohon-pohon hias beraneka warna begitu indah menyerupai taman kota di Surabaya, yang mana tempat nongkrong favorite Desta bersama teman-temannya, sambil mengerjakan tugas dari kampusnya.
Selain set meja kursi taman, dihalaman itu juga didirikan beberapa gazebo besar yang tiap unitnya mampu menampung beberapa orang.
Namun ada juga versi gazebo mini yang hanya muat kira-kira dua hingga empat orang. Desta dan Maya berjalan lambat menuju salah satu gazebo mini sambil menolehkan kepala kesana kemari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Shafira Hasna
semangat thor
2022-05-23
0
amihthaya
kerenn novel author yg pertama tp tuisannya bagus bgt
2022-04-20
0