Desta Galerie Aisha,gadis cerdas berprestasi yang baru merampungkan pendidikan akademisnya. Dengan gelar S2 jebolan universitas milik negara, di kota Surabaya.
Dia menyukai trend fashion bergamis, sepaket dengan kerudung melekat di kepala. Selain nyaman dan aman untuk dipakai, baginya menutup kepala adalah kewajiban sebagai muslimah yang baik.
Meski ilmunya tidak dalam seperti anak pesantren, namun gadis itu gemar membaca buku tentang ilmu dan hukum agamanya. Selain dari buku, Desta juga rajin mengikuti kajian islam tiap minggu. Kajian islam rutin di Masjid, dekat yayasan tempatnya tinggal.
Kini usianya baru memasuki usia ke 22 diakhir tahun ini. Desta, begitu nama panggilan yang melekat padanya, gadis sederhana namun rupawan, mampu meraih predikat sebagai lulusan terbaik tahun ini.
Pencapaian ini membanggakan buat dirinya, cita- cita sedari kecil menjadi seorang banker yang handal sudah di depan mata,berbekal ijazah bukti otak cemerlangnya, dia akan mencoba melamar di salah satu bank nasional kota Surabaya.Setidaknya sebagai teller adalah awal yang bagus baginya.
Sebenarnya beberapa dosen di fakultasnya, telah merekomendasikan beberapa perusahaan, yang sedang membutuhkan pegawai di bidang keuangan. Namun Desta tidak tertarik, obsesinya jadi bagian dari banker begitu kuat.
Angan-angannya cukup sederhana, jika sudah bekerja sesuai minatnya, Desta bertekad untuk tekun bekeja, yang lambat laun bisa menabung, dan mengumpulkan uang sebanyak yang dirinya mampu.
Meski yayasan ini tidak besar, namun kenyamananya terjamin. Semua serba diperhatikan,meskipun tidak berlebihan. Semua memang tercukupi namun ada batasanya. Desta ingin setelah bekerja nanti, sebagian sallarynya akan dia bagikan langsung kepada anak-anak yayasan. Khusus untuk bagian anak terlantar, meskipun awalnya mungkin hanya cukup jadi uang jajan mereka.
Yayasan yang bernama Bina Amanah ini, telah menampungnya hampir 18 tahun, begitu banyak suka duka yang dijalaninya selama menetap disini.
Dari penjelasan singkat yang pernah dimintanya mengenai asal-usulnya. Pembina sekaligus kepala Yayasan, Bu Hartini, mengatakan bahwa dirinya kehilangan orang tua beserta kakak perempuanya,pada sebuah kecelakaan di perjalanan Surabaya- Jakarta, saat pulang berlibur.
Keluarga yang datang hanya neneknya yang sudah lanjut usia. Dan dengan berat hati terpaksa menitipkan dirinya kepada Yayasan ini. Saat itu usianya masih balita, tentu tak ada kenangan berarti yang bisa singgah lama di memorynya.
Meski tetap ada tanya besar tentang dirinya, Desta harus merasa puas dengan informasi apapun, yang telah diberitahukan oleh ibu Hartini padanya.
Malam dingin sekali, belum terlalu malam dan masih pukul 18.20 WIB. Desta duduk diruang makan yayasan yang luas, dan berjajar meja makan yang tersusun rapi, beserta kursinya yang terbuat dari kayu jati dan ada ukiran unik di setiap sandaranya.
Di sampingnya duduk Ajeng, sahabatnya dari kecil yang duluan ada ketika dia baru memasuki yayasan. Mereka seusia dan selalu masuk di sekolah yang sama, namun terpaksa beda aktivitas saat dirinya mulai masuk bangku kuliah. Ajeng hanya mampu duduk sebatas bangku SMA, karena tidak mampu meraih beasiswa berprestasi seperti dirinya.
"Hei Des, tumben porsi makanmu kali ini cuma segayung,biasanya seember, ada masalah dengan lidahmu?"
Ajeng usil bertanya melihat piring Desta yg hampir tak ada isinya, dan dibalas dengan tatapan mata cantik Desta yang berkilat semangat.
"Rasa tak sabar menunggu esok Jeng. Tadi sudah ku kirimkan lamaran online, di situs resmi bank J*T*M. Bank itu lagi buka lowongan, doakan aku diterima ya Jeng.. " terang Desta penuh harapan.
"Iya ku doakan pasti, tapi misal kena tolak jangan pake lemes-lemesan segala, pasti banyak kok bank bonafit lain yang lagi buka lowongan" Ajeng menyemangatinya.
"Iya Jeng , sebenarnya dari kampus, aku juga ditawari bekerja di salah satu bank milik negara, tapi sementara aku abaikan dulu, selain karena kantor cabangnya jauh, aku juga ingin tau rasanya patah hati kena tolak, hhehe" Desta cengengesan.
"Ih maknanya doa restuku tadi, kamu anggap main-main doang dong Des, mentang-mentang punya otak encer, berharap kena tolak melulu." Ajeng pura-pura mengomel sebal.
"Ya enggak berharap kena tolak lah Ajeng, cuma kalo kena tendang nggak bakalan sakit kan."
Desta menimpali dengan senyuman yang diikuti dengan cibiran Ajeng.
Plek ! plek! plek ! Terdengar langkah kaki mendekat, mereka berdua kompak menoleh ke arah bunyi sandal, ternyata mas Gilang sang asisten asrama dari Bu Hartini.
"Desta, sudah habis belum dinner kamu? Bu Hartini menunggumu untuk berbincang dikantor"
Mas Gilang menyampaikan pesan itu, dengan matanya tak pernah lepas menatap wajah Desta.
"Ada apa mas, baiklah sebentar lagi meluncur, tak ambil minum dulu"
Mas Gilang mengangguk mengerti, sambil memutar badan pergi dari dapur.
Desta bergegas menghabiskan bersih isi piringnya. Diambilnya sebotol kecil air mineral dan diteguknya hingga setangah. Sambil berdiri dia pamit undur diri pada Ajeng, yang dibalas tautan jari jempol dan telunjuk membentuk lingkaran, tanda ok dari Ajeng.
Dengan langkah cepatnya, Desta sampai di kantor yayasan yang buka 24 jam itu, bahkan bu Hartini pun memang sering menginap di sana. Diketuknya pintu dengan perlahan, beberapa saat, karena tak ada sahutan diulangnya lagi, lalu terdengarlah suara halus bu Hartini menyuruhnya masuk.
Diputarnya gagang pintu, kemudian didorongnya dengan penuh tanda tanya, seketika lampu ruangan menyambut wajah ayunya. Di sudut ruangan, terlihat bu Hartini tersenyum menatapnya dan melambai tangan. Desta pun mendekat, dan duduk perlahan di kursi yang berseberangan meja di hadapan bu Hartini.
" Ibu memanggil saya?" tanya Desta sopan.
" Iya Desta, terimakasih kamu sudah datang cepat." Ditatapnya wajah Desta seksama.
"Begini, ibu dapat email dari yayasan pusat di Jakarta, isinya memberi kesempatan yayasan ini, untuk mengirimkan satu orang wakilnya, guna mengikuti seleksi anak asuh berprestasi terbaik lulusan tahun ini, dan ibu tidak ragu lagi memilihmu untuk berangkat ke Jakarta lusa, bagaimana Des? "
Tentu Desta terkejut, dan tidak mampu menjawab pertanyaan bu Hartini seketika,tapi kebingungan yang dirasa, mampu dia sembunyikan di balik wajah tenangnya.
"Bu, pemilihan itu apa gunanya, maksudku tujuan acara itu.. " Desta menginginkan kepastian.
"Ibupun kurang mengerti nak, tapi selama 35 tahun ibu disini, tidak sekalipun yayasan kita ini mendapat undangan begini. Baru kali ini, jadi meskipun tidak memaksa, namun ibu harap kamu bersedia nak. "
"Apakah di sana nanti banyak yang akan ikut seleksi bu? "
"Yang ibu dengar, akan ada sekitar selusin anak terbaik sepertimu yang akan ikut tes kelayakan itu, mungkin itu dikumpulkan dari seluruh yayasan mr. Lee yang tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang dan yayasan kita ini. " Bu Hartini menjelaskan dengan sabar.
"Apakah mr. Lee pemilik semua yayasan itu bu?"
Desta memandang lembut wajah bu Hartini yang mulai digelayuti keriput, dengan mata yang senantiasa meneduhkan anak-anak asuhnya, bu Hartini pun mengiyakan pertanyaan Desta dengan mengangguk sekilas.
Karena dirasa perbincangan sudah cukup, Bu Hartini pun mempersilahkan Desta kembali ke kamarnya. Gadis itupun pamit dengan mengucapkan salam dan terimakasih.
📚📚📚📚📚📚📚📓
📚📚📓📚📓📚📚
Harap lanjut baca ya... Emang aku nggak pernah nulis apa pun sebelumnya..paling2 buat PR..itupun nyontek..😂😂😃
Ini benar2 real tulisan cerita pertamaku.
Ada rekomend cantik...terus yaa..terus..terus..yaa..terus..sanaaa..sana...haha..haha...
Trims singgahmu yaa..😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Jeng Anna
Sambil nunggu up, mampir dimari
2022-07-20
1
Shafira Hasna
masih terus nyimak
2022-05-22
0
Bintangfajar21
lanjut Thor...
2022-04-15
0