"Saya mau bayar SPP atas nama Rahma Dewanti, Bu!" kata Tiara setelah duduk di depan meja petugas Tata Usaha di Sekolahnya.
"Tunggu sebentar! Aku lihat dulu!" jawab salah satu petugas Tata Usaha.
"SPP atas nama Rahma Dewanti sudah lunas semua. Uang ujian juga sudah lunas." sahut kepala Tata Usaha, orang yang tempo hari memarahi Rahma karena menunggak pembayaran SPP.
Hari Senin nanti sekolah mereka akan melakukan Try Out karena Ujian Nasional akan dilaksanakan sebulan lagi. Oleh karena itu semua pembayaran uang sekolah wajib dilunasi, tidak hanya uang SPP tapi juga uang ujian.
"Siapa yang membayar, Bu? Bukankah Rahma belum ada uang, ibunya sakit," tanya Tiara pada Kepala Tata Usaha, Sonia.
"Kamu tidak perlu tahu siapa yang sudah melunasi semua uang sekolah Rahma! Sebaiknya kamu belajar yang rajin untuk persiapan ujian nanti," jawab Bu Sonia meninggalkan Tiara sendiri, kembali pada pekerjaannya.
Akhirnya Tiara meninggalkan ruang Tata Usaha dengan hati bertanya-tanya siapa yang telah membayar uang sekolah Rahma. Tiara sangat tahu bagaimana keadaan Rahma saat ini. Untuk membawa ibunya berobat ke rumah sakit saja tidak mampu, apalagi melunasi semua uang sekolah yang bernilai jutaan.
Sekolah tempat Rahma adalah sekolah elit yang terkenal kualitasnya tapi sangat mahal. Rahma mendapatkan beasiswa siswa dengan nilai tertinggi sehingga anak orang miskin seperti dirinya bisa sekolah di sana.
Sesampainya di kelas, Tiara mendapati Rahma sedang menekuni bukunya. Rahma selalu mengisi waktu luangnya dengan membaca buku sekolah dan belajar. Tiara mendekati Rahma hendak mengagetkannya tapi tidak tega.
"Ma! Kamu sudah lama sampai kelas?" tanya Tiara sambil meletakkan tasnya di kursi sebelah Rahma.
Tiara tadi begitu tiba di sekolah langsung ke ruang Tata Usaha agar tidak ketahuan Rahma, ternyata niat baiknya sudah didahului orang lain.
"Baru saja! Tumben kamu kesiangan sampai di kelas, biasanya aku yang selalu belakangan?" jawab Rahma dengan senyum manisnya, terlihat lesung pipinya.
"I-iya, aku bangun kesiangan tadi!" Tiara gugup karena tidak pernah membohongi Rahma.
Tidak lama kemudian bel tanda masuk sekolah berbunyi. Para siswa masuk ke kelasnya, diikuti oleh guru yang akan mengajar. Begitu juga dengan kelas Rahma dan Tiara.
*
*
*
"Rahma, tunggu sebentar! Aku mau tanya sesuatu, tapi kamu jangan marah ya?" Tiara memanggil Rahma yang hendak menaiki sepedanya di tempat parkir sekolah.
Rahma ke sekolah dengan menggunakan sepeda kayuh. Hanya dirinya yang sekolah dengan menggunakan sepeda, teman-temannya banyak yang mengendarai motor dan mobil.
"Tanya apa? Kalau penting sebaiknya di rumah saja. Aku sedang terburu-buru, maaf!" jawab Rahma.
Bu Sarifah sedang sakit, sehingga Rahma harus cepat sampai rumahnya. Cucian yang diambil dari tetangganya belum sempat dicucinya tadi pagi. Semalaman dia begadang menunggui Ibunya yang sakit.
"Baiklah, nanti sore aku ke rumah kamu!" ucap Tiara akhirnya.
Rahma langsung meninggalkan Tiara begitu mendapat jawaban dari temannya itu. Rahma mengayuh sepedanya seperti orang kesetanan. Dia takut terjadi apa-apa pada Ibunya. Ibunya di rumah hanya sendirian saja. Selain itu dia juga harus menyelesaikan semua cucian tetangganya.
Perjalanan Rahma memakan waktu dua puluh menit. Rahma langsung menyimpan sepedanya di samping rumah begitu sampai.
"Bu, Rahma pulang!" teriak Rahma begitu memasuki rumahnya.
Bu Sarifah yang kebetulan baru terbangun dari tidurnya menyahut seruan anaknya.
"Iya, sayang!" jawab Bu Sarifah dari dalam kamarnya.
Rumah itu terdiri dari dua kamar tidur berukuran tiga kali tiga serta ruang tamu yang menyatu dengan dapur. Kamar mandinya terletak di belakang rumah, kamar mandi dengan dinding plastik terpal berada di samping sumur gali. Sumur tanpa mesin pompa air, mengambil air menggunakan tali yang diikat dengan ember.
Rahma langsung menuju ke kamar mandi setelah melepaskan sepatunya dan menyimpan tasnya di kamar.
"Ibu sudah makan?" tanya Rahma di gawang pintu kamar ibunya.
"Sudah!" jawab Bu Sarifah lirih.
"Syukurlah kalau Ibu sudah makan. Obat Ibu masih ada 'kan?" tanya Rahma lagi.
"Tinggal untuk nanti malam. Besok Ibu harus ke Puskesmas lagi ambil obat. Kamu nanti temui mang Parjo ya, besok antar Ibu ke Puskesmas!" pesan Bu Sarifah.
Mang Parjo adalah tukang ojek di kampung Rahma, Dia yang biasa mengantarkan Bu Sarifah bepergian.
"Iya, Bu! Nanti sekalian antar baju Bu Monica, Rahma singgah di rumah mang Parjo," jawab Rahma.
"Kamu makan dulu sebelum kerja, biar tubuhmu kuat!" kata Bu Sarifah lirih, air matanya sudah mengembun di pelupuk mata.
"Maafkan Ibu, Nak! Kamu harus ikut menanggung beban Ibu!" lanjut Bu Sarifah.
"Ibu ngomong apaan sih? Rahma pasti makan sebelum kerja. Hari ini Rahma cuma mau nyuci dan menyeterika baju saja. Ibu tidak usah khawatir!" jawab Rahma sambil meninggalkan ibunya.
Rahma mulai merendam pakaian dan menimba air untuk mencuci pakaian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Tulip
bpknya rahma benar2 tak bertanggung jawab
2022-05-06
2
☠⏤͟͟͞Revina
baca ini jadi ikutan terhura saya 🤧🤧🤧
2022-04-22
1
☠⏤͟͟͞Revina
wiiiik Rahma kuat ya...mengkayuh sepedanya dr rumah ke sekolah
pdhl jaraknya tak dekat
semangat utk mendapatkan ilmunya tinggi , salut deh ama km Mah...
2022-04-22
1