"Suami? Ah, kenapa juga aku punya suami pecicilan seperti itu" Gerutu Yumi.
Yumi mengemasi kertas yang sempat ia bawa itu, lalu masuk ke dalam kamar.
"Aku juga harus bicara kepada papa" Batin Yumi.
Yumi pun keluar dari kamarnya, lalu pergi menuju kamar ayahnya.
Tok.
Tok.
Tok.
Yumi mengetuk pintu setelah berada di depan pintu ayahnya.
"Pa! Boleh aku masuk?" Tanya Yumi dari luar.
"Masuk saja, pintunya tidak di kunci"
Setelah mendengar suara ayahnya, Yumi pun segera membuka pintu dan masuk ke dalam.
Nampak Pak Hasan masih duduk di kursi rodanya sembari menatap keluar jendela.
"Pa!" Seru Yumi pelan. Dengan ragu ia melangkah maju, mendekati ayahnya yang masih membelakangi dirinya.
"Ada apa?" Tanya Pak Hasan kemudian.
Yumi duduk dengan berjongkok seraya menghadap kepada ayahnya. Tangannya yang lembut, meraih tangan ayahnya dan menciumnya dengan lembut.
"Maafkan Yumi karena telah mengecewakan papa" Ucap Yumi yang sudah bersimpuh di hadapan ayahnya.
"Seharusnya Yumi lebih hati-hati sebelumnya. Yumi minta maaf pa!" Ucap Yumi lagi dengan tulus. Air matanya pun juga ikut meluruh.
"Papa sudah memaafkan mu Nak. Mungkin inilah takdir mu. Dimana suami mu?" Tanya Pak Hasan.
Yumi sedikit menyeka air matanya, "Dia pergi pa" Jawab Yumi.
"Satu hal yang harus kamu ingat sayang" Pak Hasan nampak menatap anaknya dengan dalam seraya mengelus lembut rambut yumi.
"Pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Tidak bisa kita permainkan begitu saja. Walaupun jauh dari apa yang ayah inginkan, namun takdir tuhan lebih baik dari apa yang ayah rencanakan untuk mu. Ayah hanya berharap dan berdoa, semoga pria yang kini sudah menjadi suami mu adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab" ucap Pak Hasan lembut kepada anaknya Yumi.
"Cobalah untuk membuka hati untuknya. Bukankah dia yang sudah menolong mu dari preman-preman itu? Kita harus berterimakasih kepadanya, setidaknya kalau bukan karena dia, mungkin preman-preman itu sudah membuat hidup mu jauh lebih hancur dari sekarang nak" Lanjut Pak Hasan lagi.
Yumi menatap nanar sang ayah, "Terimakasih Pa. Yumi sayang banget sama papa" Yumi pun memeluk tubuh ayahnya dengan erat. Begitupun dengan ayahnya yang juga membalas pelukan Yumi.
"Maafkan Yumi pa. Yumi belum bisa membuka hati untuk Satria. Karena Yumi sudah mencintai pria lain" Ucap Yumi di dalam hatinya.
*****
Malam harinya.
Tok
Tok
Tok
"Permisi"
Yumi yang mendengar suara ketukan pintu, segera ia berjalan ke kedepan untuk membuka pintu.
Krekkkkkk.
Suara pintu di buka.
"Selamat Malam Yumi" Sapa Satria.
Yumi menatap pria yang ada di depannya ini dengan heran, "Ngapain kamu ke sini?" Tanya Yumi ketus.
"Apa kamu lupa? Aku suami mu, tentu saja aku ingin tinggal di sini bersama mu" Balas Satria.
Yumi terdiam sejenak, mendengar kata suami dari mulut Satria membuatnya tersadar, bahwa dirinya telah menikah bersama pria yang ada di depannya.
Satria sekilas menatap Yumi yang nampak terdiam, ia pun segera menerobos masuk membawa koper besar miliknya.
"Hei kamu mau ngapain?" Teriak Yumi kesal, lalu menyusul Satria yang sudah masuk ke dalam kamar Yumi.
Satria langsung mendaratkan tubuhnya di kasur empuk milik Yumi, hal itu membuat Yumi melebarkan matanya dengan sempurna.
"Hei apa yang kau lakukan?" Teriak Yumi. Yumi menarik tangan Satria dengan kuat, memaksa Satria untuk bangun dari kasur.
"Ada apa? Aku ingin beristirahat sebentar" Keluh Satria.
"Ini kamar ku, seharunya kamu tidak tidur di sini" Bentak Yumi.
"Lalu aku tidur di mana?"
"Ya terserah kamu. Yang jelas jangan tidur di kamar ku" Tegas Yumi lagi.
"Ada apa ini?"
Sebuah suara dari ambang pintu mengalihkan perhatian Yumi dan Satria yang sedang bertengkar.
Melihat keberadaan papanya, Yumi segera menghampirinya.
"Tidak kok pa. Kita hanya sedang bercerita sedikit tentang kehidupan masing-masing. Untuk saling mengenal pa" Ucap Yumi berbohong.
"Iya kan Satria?" Lanjut Yumi lagi meyakinkan, seraya menatap Satria dengan sedikit mengedipkan matanya, mencoba memberikan kode kepada Satria.
Satria sedikit termanggu tidak mengerti seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Satria! Kamu gak budek kan?" Tanya Yumi lagi yang sudah menggeram kesal.
"Ah iya iya. Kita hanya mengobrol saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan" Jawab Satria kemudian.
"Oh begitu. Baiklah, kalau begitu papa pergi ke kamar dulu" Ucap Pak Hasan mempercayai. Lalu ia pun pergi dari sana.
Yumi menutup pintu kamarnya setelah papanya pergi.
"Kenapa kau berbohong?" Tanya Satria.
"Bukan urusan mu" Ketus Yumi.
"Ya, baiklah"
"Eits, tunggu" Yumi segera menghentikan Satria yang kembali ingin merebahkan tubuhnya di kasur itu.
"Kamu tidur di kursi, jangan tidur bersama ku. Dan ini bantal untuk mu, dan ingat jangan mencoba untuk melakukan hal apapun" Tegas Yumi, lalu memberikan bantal ke tangan Satria seraya mendorong tubuh Satria menuju kursi panjang yang ada di kamarnya.
"Hei apa ini? Kenapa aku tidur di sini?" Tanya Satria tidak terima.
"Apa malam pertama pengantin baru seperti ini?" Lanjut Satria. Bertanya dengan nada memelas.
"Tidur di sini atau tidur di luar?" Ancam Yumi. Yang sudah menuju kasurnya dan merebahkan tubuhnya di sana.
"Baiklah" Ucap Satria menurut, lalu mendaratkan bokongnya di kasur itu seraya memeluk bantal yang sempat ia bawa tadi.
Seketika suasana menjadi hening, Satria yang jenuh mencoba membuka suara, "Malam pertama tidurnya cuma sama bantal" Sindir Satria.
"Hrokkkkk Hrokkkkk"
Satria berdiri kala tidak mendapat jawaban dari Yumi, berjalan mendekati Yumi dengan ragu.
"Ah, ternyata dia sudah tidur. Ngorok lagi tidurnya" Gerutunya.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk like dan komennya ya! Mohon dukungannya 😊 Berikan hadiah kalian sebanyak-banyaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
INI YG GAK ENAK NYA, APA GK DENGAR APA KATA PPA LO, KLO GK SATRIA HBIS SDH MASA DEPAN LOO, KLO MASA DPN LO HANCUR, MMG MAU LAKI2 YG LO SUKA DGN DIRI LO..
2023-02-10
0
Raifa
aduhhh bocah ni lucu yahhh...tp gk bocah juga kali yah 19th mah dah dewasa d kampungku tuh umur segituh udah pada punya anak🤭
2023-01-25
0
Windy Lyana
harus nya biarin aja Yumi hancur.udah di tolong gak blg trimakasih malah berbuat semaunya.
2022-10-15
0