Bab 2 Perjanjian
"Sah" Sahut para warga mengesahkan.
Tatapan Yumi seakan kosong, bagaimana mungkin ia menikahi seorang pria yang masih menginjak kelas 3 SMA itu. Sebuah ruangan persegi empat dengan besar 2x2 m³ itu telah menjadi saksi bisu bahwa dirinya dan bocah berumur 19 itu telah melaksanakan ijab kabul pernikahan.
Matanya menatap nanar sang ayah, rasa bersalah serta kekecewaan akan dirinya menyelimuti hatinya. Apalagi melihat sorot mata sang ayah yang nampak kecewa.
Setelah selesai. Yumi membawa Ayahnya pulang dengan taksi. Nampak ia di bantu oleh beberapa warga untuk mengangkat tubuh ayahnya ke dalam mobil. Keadaan sang ayah yang hanya memakai kursi roda, tentu membuat Yumi merasa sangat khawatir akan kesehatan ayahnya.
"Kau mau kemana? Kau belum berterimakasih kepadaku karena sudah menolong mu?" Protes Satria tidak terima melihat dirinya yang di acuhkan oleh Yumi yang sudah menyandang status sebagai istrinya. Ya walau umur mereka yang terpaut terlalu jauh.
Yumi menatap Satria dengan tajam, "Ikutlah denganku, aku ingin bicara bersama mu" Ucap Yumi dingin.
Satria terlihat tersenyum sumringah tanpa beban, ia pun turut masuk kedalam mobil dengan senang hati.
Yumi hanya tergeleng, melihat tingkah bocah yang sudah menjadi suaminya ini.
"Ya tuhan. Kenapa kau berikan aku suami yang seperti ini" Batin Yumi.
"Astaghfirullahallazim. Sabarkan hatiku ini ya Allah" Ucap Yumi lagi di dalam hatinya seraya menaiki mobil.
Tidak berapa lama, taksi itu pun membelah jalan yang semakin ramai. Yumi nampak hanya diam, seraya memegang tangan ayahnya dengan erat. Tidak ada pembicaraan antara Yumi dan ayahnya saat ini.
"Apa aku harus memanggil mu kakak?" Satria membuka suara, kala mobil itu sudah melaju dengan stabil. Seraya menjengalkan wajahnya ke kursi belakang.
"Terserah kamu saja" Jawab Yumi dingin.
"Ah tidak. Bukankah aku suami mu? Seharusnya tidak seperti itu. Bagaimana kalau kita panggilnya kakak adek aja? Ah tidak, itu terdengar seperti sapaan untuk saudara sendiri" Ucap Satria seraya berpikir.
"Bagaimana kalau,,,,,,,,," Belum sempat Satria melanjutkan perkataannya, Yumi sudah lebih dulu memotongnya.
"Panggil aku Yumi saja" Potong Yumi cepat.
Satria sedikit kecewa akan respon yang Yumi berikan kepadanya.
"Ya, baiklah" Jawab Satria dengan tidak semangat.
Tidak berapa lama, mobil pun sampai di kediaman Yumi. Satria nampak mengedarkan pandangannya ke seluruh arah seraya tersenyum sumringah, lalu segera turun dari dalam mobil.
Matanya menatap kagum akan rumah serta pemandangan yang terpancar di sekitar rumah.
Sebuah bukit dengan di kelilingi kebun teh yang sangat luas.
"Sepertinya aku akan betah tinggl di sini" Ucap Satria senang. Ia nampak melipat kedua tangannya seraya menghirup udara segar yang ada di sana.
"Apa kau hanya ingin berdiam diri di situ saja"
Satri tersentak, segera ia berbalik dan menghampiri Yumi dan ayah mertuanya dengan setengah berlari menuju pintu mobil belakang.
Mereka pun masuk kedalam rumah sederhana dengan corak bewarna putih di setiap sudut dinding.
"Rumah mu Tante unik ya" Puji Satria.
"Bisa gak kamu itu fokus dulu, niat bantuin gak sih. Dan satu lagi, jangan panggil aku Tante! Panggil Yumi!" Tegas Yumi.
Satria hanya terdiam dengan mulutnya yang sengaja ia manyunkan kedepan mendengar ocehan Yumi yang selalu marah kepadanya.
"Kamu tunggu di sini! Aku mau antar papa ku ke dalam dulu"
Satria hanya mengangguk pelan mendengar perintah dari Yumi. Ia lalu duduk di salah satu kursi tamu yang ada di sana.
Tidak berapa lama, Yumi pun datang dengan membawa sebuah kertas. Entah apa itu, Satria juga tidak tau. Ia hanya bersikap santai seolah tidak mengetahui apapun.
Yumi pun duduk dengan saling berhadapan bersama Satria.
"Aku tidak tau harus ngomong apa sama kamu. Yang jelas, aku hanya ingin membuat perjanjian sama kamu" Ucap Yumi. Satria hanya diam seraya menyimak perkataan Yumi.
"Yang pertama, aku mau pernikahan ini di rahasiakan. Aku tau kamu juga sekolah di sekolahan yang sama di tempatku mengajar, jadi agar kamu tetap melanjutkan pendidikan sebaiknya pernikahan ini kita sembunyikan. Jika berada di luar, anggap kita tidak pernah mengenal"
"Yang kedua, jangan berharap lebih tentang hubungan ini. Jika kamu ingin mundur sekarang, kamu di perbolehkan untuk menalakku segera" Lanjut Yumi.
"Sudah selesai?" Tanya Satria.
Yumi melongo, "Apa mau ku tambah lagi?" Tanya Yumi balik.
Satria nampak terkekeh, "Aku kira perjanjian seperti ini hanya ada di dunia pernovelan saja. Ternyata di dunia nyata juga ada, dan lebih lucu nya lagi itu terjadi kepada ku" Ujar Satria.
"Oh ya. Kalau begitu aku pergi dulu" Satria berdiri, lalu berjalan keluar dari rumah itu.
"Hei mau kemana?" Teriak Yumi.
"Suami mu akan segera kembali. Jangan khawatir" Teriak Satria balik dengan tersenyum manis kepada Yumi.
"Suami? Ah, kenapa juga aku punya suami pecicilan seperti itu" Gerutu Yumi.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa untuk like dan komennya ya! Mohon dukungannya 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Nyi Arifin Bwi
Kwkwkwkw....suami pecicilan, namanya anak SMA, SABAR BU GURU PASTI DIA LEBIH DEWASA ,DARI PADA SUAMI DEWASA, UMUR NGK JADI JAMINAN ....
2023-02-21
0
Sulaiman Efendy
GK TRIMA KASIH AMAT YUMI UDH DITOLONG SUAMI BRONDONGNYA, KLO GK, UDH HABIS MASA DEPAN LO DIGILIR 2 PREMAN.. WANITA MMG BNYK GK TAU TRIMA KASIH & BRSYUKUR
2023-02-10
0
Biduri Aura
😂😂😂selamat ya Bu Yumi dpt berondong ganteng
2023-01-17
0