Siti pun mempersiapkan segalanya untuk menyambut teman-teman sosialitanya. Dan Sheira yg akan kerepotan oleh ulah ibu mertuanya yg suka pamer. Sheira diminta untuk memasak ini dan itu, dengan jumlah banyak. Bahkan Sheira sampai harus menutup salah satu tokonya karena karyawannya harus membantunya mengurus arisan sosialita milik ibu mertuanya.
"Sheira ibu minta kau membuat kue-kue mahal, kalau bisa kue yg trend di luar negeri.." ucap Siti.
"Baik bu.." ucap Sheira.
"Ingat harus enak, tampilannya cantik dan juga banyak.. jangan buat ibu malu karena mereka semua dari kalangan atas.." ucap Siti dengan sombongnya.
"Kalau perlu semua karyawanmu juga harus membantu, tak masalah kan tokomu libur 1-2 hari.." ucap Siti.
"Baik ibu.." balas Seira pasrah.
Sheira pun menarik nafas panjang, akan keinginan ibu mertuanya yg suka seenaknya. Padahal dia juga sering merendahkan usaha Sheira dan profesinya. Tapi ia juga tak mau jadi menantu durhaka dengan mengabaikan ibu mertuanya.
Mau tak mau Sheira mulai melakukan tugasnya. Ia mulai membeli bahan-bahannya, dan ada beberapa bahan yg sulit didapat juga mahal harganya. Tapi Sheira tetap mengusahakan yg terbaik. Dan setelah semua bahan tersedia, Sheira membuat semua kue-kue pesanan ibu mertuanya bersama para anak buahnya.
Acaranya akan dilangsungkan pada siang hari, namun dari malam hari Sheira dan anak buahnya sudah mulai membuat kue-kue tersebut. Mereka hanya bisa tidur bergantian dan kembali membuat semuanya sesuai pesanan.
Dan pada pagi harinya, Sheira dan anak buahnya tiba dengan mobil mereka yg membawa banyak makanan. Beberapa anak buah Sheira bingung, karena hanya arisan biasa tapi kenapa makanannya banyak sekali.
"Bu, memang anggota arisannya berapa banyak?" tanya salah seorang pegawai Sheira.
"Aku juga tidak tahu dan tak mau tahu, tapi kita siapkan saja sesuai keinginan ibu mertuaku.." balas Sheira datar.
"Baiklah.." balasnya.
Dan saat mereka tiba, mereka langsung menata semuanya dengan rapi. Dan nampak ibu mertuanya mulai menyuruh-nyuruh anak buah Sheira padahal tugas mereka hanya membawa dan merapikan kue. Tapi mereka disuruh-suruh bagaikan pembantu, mereka disuruh menyapu lantai, mengepel, melap semua meja dan kursi, membersihkan peralatan makanan dan sebagainya.
Hingga beberapa dari mereka menggerutu.
"Bagaimana ibu Sheira bisa tahan dengan ibu mertua seperti ini?" gumam salah seorang pelan.
"Aku juga tak tahu, padahal kita hanya asisten yg akan merapikan kue-kue. Tapi malah diperlakukan layaknya pembantu.."
"Kau benar, kalau bukan karena ibu Sheira yg baik hati, aku juga malas.."
Sheira pun mendengar obrolan pelan para pegawainya dan malu melihat tingkah ibu mertuanya. Ia tak sangka kalau mereka yg sudah lembur begini masih harus membereskan rumah ibu mertuanya.
Akhirnya Sheira memberanikan diri untuk membicarakannya dengan ibu mertuanya.
"Bu, mari kita bicara.." ucap Sheira.
"Ada apa?" tanya Siti ketus.
"Bu, mereka hanya bertugas menata kue-kue, bukan melakukan pekerjaan rumah.. " balas Sheira menunjuk pegawainya.
"Kau ini pelit sekali, kan mereka juga kau bayar bukan kerja sukarela.." balas Siti ketus.
"Bukan pelit, tapi kami sudah lembur dari semalam menyelesaikan semua kue-kue pesanan ibu. Lalu dimana para ART yg bekerja disini..?" tanya Sheira.
"Mereka semua sedang pulang kampung.." ucap Siti tanpa rasa bersalah.
"Tak bisakah ibu memanggil Art lain sebagai pengganti mereka sementara?" tanya Sheira.
"Tidak bisa, ibu tak percaya pada siapapun.. dan kau jika tak ikhlas yasudah pergi sana.. dasar menantu pelit..!" ucap Siti dengan kasar.
Sheira pun mau tak mau diam dan tak bisa melawan lagi karena ibu mertuanya malah semakin menjadi. Entah apalagi nanti setelah teman-teman sosialitanya tiba.
Setelah semua pekerjaan selesai, Sheira menyuruh pegawainya untuk pulang. Tapi Siti menahannya dengan alasan mereka harus membantu hingga acara arisan tersebut usai.
"Pokoknya kalian tak boleh pulang sebelum semuanya selesai..!" ucap Siti.
"Tapi bu, mereka harus istirahat. Dan mereka sudah kurang tidur.." ucap Sheira.
"Mereka itu kau bayar, bukan kerja sukarela kenapa kau jadi berpikiran sempit begini..!" balas Situ ketus.
"Pokoknya ibu tak mau tahu ya.. kalian harus membereskan semuanya setelah acara ini selesai.." ucap Siti.
Sheira pun hanya menunduk lesu. Ia tak tahu harus berkata apalagi pada para pegawainya. Hingga terbersit ide untuk membuat mereka pulang. Sheira meminta anak buahnya dari toko lain untuk libur dan kemari membantu pekerjaan disini. Dan roti-roti serta kue-kue yg sudah dibuat pun bisa dibagikan ke orang-orang yg membutuhkan.
Setelah 2 jam, mereka pun tiba sehingga pegawai Sheira yg lain bisa pulang. Dan teman-teman sosialita Siti pun berdatangan. Ternyata teman-temannya hanya beberapa orang bahkan tak sampai 20 orang. Tapi Siti begitu heboh sampai memasak banyak makanan dan juga menyediakan kue dalam jumlah besar.
Pegawai Sheira pun mulai menggerutu setelah melihat yg terjadi.
"Kupikir yg datang akan mencapai 50 orang.. tapi ternyata hanya 15 orang.." ucap salah seorang dengan berbisik.
"Dan wanita tua itu heboh sekali.."
"Memangnya orang kaya makan serakus apa sampai hidangannya banyak begini.."
"Mengatai bu Sheira pelit padahal dirinya yg pelit, sampai para Art pun diliburkan saat ada acara begini."
"Kau benar, kasihan sekali bu Sheira.. sudah merelakan tokonya tutup.. menyediakan banyak makanan mahal.. masih pula dimarahi.."
Umpatan-umpatan pegawai Sheira yg kesal pada Siti pun jelas sekali. Walaupun mereka berbicara pelan, tapi tetap saja mereka tak berani melawan karena permintaan Sheira. Dan beberapa pun bisa pulang untuk beristirahat sementara teman-teman lainnya datang menggantikan mereka.
Mereka yg pulang juga berpesan untuk hati-hati pada nyonya Siti karena ia sangat galak dan tak berperasaan. Mereka pun paham dan bekerja dalam diam sesuai instruksi Sheira.
Dan semua pegawainya pun merasa kasihan pada Sheira yg juga kurang tidur tapi masih harus meladeni Siti. Dan pastinya tampilan Sheira sedikit kucel karena bergelut dengan makanan yg ia buat dari malam.
Seorang wanita paruh baya bernama Mia, dan putrinya Pinkan pun datang dengan angkuhnya. Mereka bersalaman dengan Siti, membuat Siti kesal karena melihat menantunya kini sangat kumal tak sempat berdandan. Sementara Pinkan ia mamakai dress cantik yg menampilkan lekukan tubuhnya, juga make up yg menghiasi wajahnya. Serta barang-barang yg ia kenakan adalah barang branded. Sungguh berbeda jauh dengan Sheira yg kucel dan kumel karena bergelut dengan makanan semalam sampai kurang tidur. Masih untung Sheira masih sempat mandi dan mengganti pakaiannya.
"Hai Jeng.." ucap Mia.
"Mia.. ini Pinkan?? wah cantik sekali.." ucap Siti lebay.
"Halo tante, terimakasih pujiannya ." ucap Pinkan.
"Jeng, mana menantumu yg pandai memasak itu.?" tanya Mia sengaja membandingkannya dengan putrinya.
"Itu dia, Sheira kemarilah.." ucap Siti.
"Ada apa bu?" tanya Sheira.
"Kenalkan ini teman ibu, nyonya Mia dan nona Pinkan.." ucap Siti seakan-akan merendahkan status Sheira.
"Sheira, salam kenal.." ucap Sheira tapi tak ada yg mau bersalaman dengannya takut kalau tangannya berminyak dan kotor.
"Maaf, apa kau sudah mencuci tangan?" tanya Pinkan.
"Aku selalu bekerja dengan sarung tangan jadi makananku higienis dan juga tanganku selalu bersih karena aku selalu menyediakan handsanitizer." ucap Sheira tersenyum.
"Sudah, sudah.. lebih baik kau kembali bekerja.." ucap Siti sembari mendorong Sheira.
Sementara Sheira, ia merasa kesal tapi tak mampu membalas ibu mertuanya. Dan Siti terlihat malu memperkenalkan Sheira yg kucel dan kumel.
Setelah duduk, Mia dan putrinya Pinkan membicarakan penampilan Sheira.
"Mom, lihat wanita tadi.. pintar memasak tapi tak menarik.." ucap Pinkan.
"Kau benar, bagaimana bisa Siti menerimanya.." ucap Mia.
"Aku lebih heran lagi, bagaimana Mas Aryo bisa jatuh cinta pada wanita kumal itu.." ucap Pinkan sembari berbisik pada momnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments