"Hai, Zayn." sapa Elsa saat bel istirahat berbunyi.
"Iya?" balas Zayn.
"Gak nyangka ya kita bisa sekelas gini."
"Gue juga kaget ngeliat lo pada."
Zayn tidak menyangka ia akan di pindahkan di sekolah ini. Yang ia kagetkan adalah teman-temannya yang baru yang ternyata temannya semasa SMP. Hanya saja waktu SMP mereka tidak satu kelas.
Zee merutuki dirinya sendiri, kenapa seakan-akan hidupnya selalu ada pria itu.
"Kok lo pindah ke sini?" tanya Vani.
"Gue juga gak tau. Nurut aja lah sama bokap."
"Hmmm... Trus. Pas lo bilang kemaren beneran lo udah pindah rumah?" Zee terkaget saat mendengar penuturan sahabatnya, tapi ia berusaha untuk menutupi keterkagetannya itu. Pantas saja saat Zee melewati rumah Zayn, tapi tidak pernah menemukan keberadaan nya.
"Iya, beneran lah. Yakali gue boong."
"Yakan biasanya lo tuh suka becanda. Jadi agak meragukan sih." tatap Elsa intens.
"Ehh, kantin yuk!" ajak Vani sambil memegang perutnya lapar.
"Zayn, mau ikut gak?"
"Emmm, emang boleh?" jawab Zayn ragu.
"Lha, siapa yang ngelarang?"
"Enggak sih. Cuma ya nanti gue sendiri dong yang cowoknya." jelas Zayn.
"Zee." Zee terkaget saat sahabat nya itu tiba-tiba menepuk pelan punggungnya saat ia tengah melamun. Tidak bisakah sahabatnya itu memiliki kepekaan yang tinggi. Pikirnya.
"Kenapa?" tanya Zee cengo. Rasa nya Elsa ingin meneriaki sahabatnya itu yang tiba-tiba berubah menjadi lemot.
"Kantin woyyy." geram Elsa.
Zee terdiam sebentar sambil mencerna apa yang di bicarakan para sahabat nya itu.
"Kalian duluan aja. Gue mau ke toilet bentar." jawab Zee.
"Beneran? Nanti lo nyusul ya. Awas kalo enggak!" ancam Vani.
"Iya, iya. Udah sana. Gue mau ke toilet." Zee melangkahkan kakinya keluar kelas terlebih dahulu meninggalkan sahabatnya yang cekikikan melihat tingkahnya.
"Yaudah yuk, Zayn." Zayn mengangguk sambil mengikuti Vani dan Elsa dari belakang.
Mereka pun sampai di kantin. Mereka memilih tempat duduk yang berada di pojokan untuk menghindari keramaian.
"Van, Sa. Gue ke toilet bentar ya. Kebelet nih." ucap Zayn dengan raut wajah risih untuk ke toilet saat baru saja menghabiskan setengah gelas es teh yang mereka pesan. Sementara makanan yang mereka pesan akan menyusul.
Di toilet
"Hufttt..." Zee menghembuskan nafasnya sambil sesekali merapikan anak rambutnya yang menghalangi pandangan gadis itu.
"Sebel deh gue. Gak peka banget." rutuk Zee pada sahabatnya sambil melihat wajahnya dari pantulan kaca.
"Hikss... Kenapa gini sih?" Zee rasanya ingin menangis. Memang perasaannya yang terlalu kelabu.
Tapi Zee juga bingung sendiri. Bahkan ia jatuh cinta dari bangku sekolah menengah pertama dan sampai sekarang. Tapi Zee tidak mau tenggelam dengan perasaannya sendiri. Ia lebih memilih untuk menyibukkan dirinya dengan aktivitas-aktivitas yang positif seperti menghabiskan waktu bersama keluarganya, dan para sahabatnya itu.
"Sekian lama gue berusaha untuk ngelupain lo, tapi itu enggak bisa. Lo dateng lagi, lagi, lagi. Arghhhh..." Zee mengacak rambutnya.
"Huftt... Oke! Gue pasti bisa!" ucap Zee yang berbicara di depan cermin. Akhirnya Zee membasuh mukanya agar wajah kesal itu itu menghilang. Tidak sampai lima menit, Zee sudah selesai dengan aktivitasnya. Rasanya segar setelah ia membasuh mukanya.
Setelah di rasa cukup mengeluarkan keluh kesahnya akhirnya Zee memutuskan untuk menyusul sahabatnya yang sedang menunggu dirinya di kantin sekolah.
Saat Zee berada di ambang pintu masuk toilet, tiba-tiba Zayn datang.
Memang pintu toilet cewek dan cowok itu sejalur. Tapi bedanya saat sudah masuk arahnya yang berbeda. Toilet cewek yang mengarah di sebelah kiri dan begitu sebaliknya.
Mereka terdiam di tempat nya masing-masing dengan jarak yang lumayan dekat. Sampai akhirnya suara bariton Zayn menyadarkan Zee.
"Bisa minggir dikit?" pinta Zayn dengan ragu. Zayn mengetahui bahwa Zee menaruh perasaan terhadap diri nya saat berada di bangku SMP. Itu semua adalah perbuatan Vani dan Elsa yang memberitahunya. Betapa malunya Zee saat para sahabatnya itu membocorkan rahasia yang sudah ia kubur dalam-dalam. Tapi bukan Vani dan Elsa namanya kalau tidak jahil. Mereka berdua selalu menggerecoki Zee.
"Ehh, bisa..." sentak Zee kaget.
Zee melangkahkan kakinya ke sebelah kiri. Tidak di duga Zayn juga melangkahkan kakinya ke sebelah kanan. Alhasil jalan Zee menjadi terhambat.
Jantung Zee rasanya seperti berdisko. Sekuat tenaga ia menormalkan jantungnya yang perpacu cepat itu.
Zee kembali melangkahkan kakinya ke sebelah kanan agar ia bisa melewati Zayn. Entah sial apakah yang Zee dapatkan. Zayn yang juga melangkahkan kakinya ke sebelah kiri.
1 kali
2 kali
Ketiga kali nya adegan itu terus terulang. Zee yang sudah panas dingin pun refleks menggapai tubuh Zayn untuk ia diam kan.
Setelah Zayn berdiri diam, akhirnya Zee bisa juga melewati Zayn.
Sesampainya kantin di mana Vani dan Elsa sedang menyantap makanannya. Zee yang merasa tenggorokannya kering langsung meminum minuman yang berada di atas meja.
"Zee. Jangan di mi..." belum sempat Vani berbicara, Zee sudah terlanjur meminumnya.
"Ahhh seger." ucap Zee.
"Kalian kenapa?" tanya Zee kepo saat sahabatnya itu yang memperhatikannya.
"Itu minuman yang lo minum." tunjuk Elsa di gelas yang sudah tandas oleh Zee.
"Iya, ini minuman gue kan?" tanya Zee memastikan.
"Bukan."
"Trus itu minuman punya siapa?"
"Lho, minuman gue yang setengahnya mana?"
"Haaaaa???"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments