"Bunda, aku pulang. Assalamu'alaikum." teriak Zee saat baru saja pulang dari sekolahnya.
"Wa'alaikumsalam." jawab Bunda Weni yang datang dari arah dapur.
"Adek mana, Bund?" tanya Zee sambil menyalami sang Bunda.
"Ada, tuh lagi tidur di kamarnya lagi tidur."
"Tumben banget Bund adek tidurnya siang. Biasanya main game mulu." tanya Zee heran sambil melirik jam dinding rumahnya yang menunjukkan pukul 13.15.
"Capek mungkin."
Setelah adegan mengobrol ringan antara Zee dan sang Bunda. Kemudian Zee pemit ke kamarnya untuk mengganti baju dan mengistirahatkan tubuh dan otaknya. Memang cukup melelahkan baginya sekolah full day. Tapi tak apa. Demi menuntut ilmu ia tak pernah menyerah meskipun ada sedikit kerikil saat ia menjalaninya.
Setelah berganti baju dengan pakaian santainya, Zee merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya sambil memeluk sebuah boneka panda berukuran besar. Boneka panda tersebut adalah pemberian sang Ayah saat merayakan ulang tahunnya yang ke-15 tahun. Sudah hampir 1 tahun lama nya boneka tersebut menemaninya setiap malam.
Drttt
Suara HP yang bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk. Zee melirik arah nakas nya di mana ia meletakkan HP nya sepulang sekolah dan mengecasnya. Dengan malas Zee bangkit dari tidurnya dan mendekati nakas.
Zee membuka pin HP nya. Saat sudah terbuka, terpampanglah wallpaper HP nya. Wallpaper diri nya yang tengah memeluk boneka pemberian sang Ayah tahun lalu.
Zee membuka aplikasi yang berwarna hijau itu dan muncul lah beberapa pesan masuk. Penglihatannya terhenti saat melihat ada chat 1 menit yang lalu muncul beratas namakan Vani, yaitu anak tetangga depan rumahnya sekaligus sahabatnya.
Isi pesannya adalah Vani yang mengajaknya keluar untuk jalan-jalan sekaligus singgah di sebuah warung makan untuk menikmati bakso favorit mereka.
Zee yang suntuk dan lapar pun mengiyakan ajakan tetangganya itu.
Dengan cepat Zee kembali mengganti baju nya dengan sweater polos berwarna cream. Celana jeans, jangan lupakan sepatu kets berwarna putih yang melekat di kedua kakinya.
"Mau kemana, Zee?" tanya Bunda Weni sambil meneliti pakaian yang di pakai anaknya.
"Mau keluar, boleh kan, Bund?" tanya Zee meminta izin.
"Sama siapa?"
"Itu sama Vani doang kok, Bund. Cuma jalan-jalan bentar trus nginem bakso di tempat biasa." jawab Zee yang menyengir di akhir kalimat nya.
"Yaudah. Hati-hati tapi ya." ucap Bunda Weni memberi izin.
"Yeyyy, makasih, Bunda." balas Zee dengan di akhiri sebuah kecupan singkat di pipi sang Bunda. Bunda Weni hanya menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah sang anak.
Zee keluar dari rumahnya dan berjalan menuju rumah sahabatnya itu yang hanya terletak di depan rumahnya.
"VANI! GUE SAMPE." teriak Zee di depan rumah Vani.
"Astaghfirullah." ucap Mela mama Vani terkaget saat mendengar teriakan anak tetangganya itu saat diri nya sedang menyiram tanaman di samping rumahnya.
Zee yang mendengar sebuah suara tak asing di telinganya pun melihat ke arah sumber suara yang baru saja menyelesaikan kegiatannya itu.
"Ehhh, Tante." celetuk Zee.
"Kamu tuh ya kebiasaan. Suka teriak-teriak mulu kalau mau ke sini." balas Mamanya Vani.
"Hehe, maaf, Tan. Gak di ulangin lagi kok." ucap Zee sambil menunjukkan jari nya yang berbentuk V.
"Vani nya ada, Tan?" tanya Zee.
"Ada, masuk aja ke dalam."
Setelah mendapatkan izin, Zee langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah tetangganya itu.
"Ehhh, Zee. Udah siap. Baru aja gue mau jemput lo." ucap Vani yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Kelamaan sih lo. Sendiri yang ngajak ehh malah telat." balas Zee.
"Udah sehat lo?" tanya Zee sambil mengecek suhu badan Vani dengan meletakkan telapak tangannya di dahi Vani.
"Udah kok."
"Jadi, besok udah bisa sekolah dong ya?" memang tadi pagi Vani tidak sekolah karena sakit. Vani mengangguk mengiyakan Zee.
"Berangkat yuk!"
Mereka berdua pun keluar dari dalam rumah Vani. Sesampainya di luar, sebuah teriakan yang memanggil nama mereka.
"Woyyy, Zee, Van. Kalian mau kemana?" tanya Elsa. Kebetulan sekali rumah mereka itu hanya berjarak beberapa meter saja. Rumah Zee yang di seberang sana dan rumah Vani dan Elsa berdampingan. Memang ribet, mereka bertiga sudah seperti saudara kembar.
"Mau keluar jalan-jalan trus mampir di tempat makan bakso favorit." jawab Vani.
"Ihhhh, kalian gak ngajak gue, curang lo pada." Zee terkekeh saat melihat ekspresi sahabat nya itu yang menggerutu sambil memasang wajah masamnya.
"Ya kan gue gak tau kalo lo itu mau ikutan juga." jawab Vani.
"Kalian tuh ya. Tunggu gue bentar. Awas aja di tinggalin, gue gantung kalian di pohon toge." secepat kilat Elsa langsung masuk ke dalam rumahnya untuk berganti baju.
"Ck! Itu anak nyusahin aja." Vani berdecak sambil duduk di atas motor miliknya.
Tidak lama kemudian, Elsa keluar dari rumahnya dengan pakaian yang sudah rapi.
"Udah, yuk. Gue ikutan." Elsa berdiri di depan Zee dan Vani sambil nyengir.
"Motor lo mana?" tanya Zee.
"Ada tuh di dalam." Elsa menunjukkan motornya yang berada di teras rumah nya.
"Kenapa kagak lo bawa Elsottt?"
"Lha kan pake motor lo." balas Elsa sambil menunjukkan motor Vani.
"Trus gue perginya gimana kalo lo mau naik motor Vani?" Zee menyesali otak sahabat nya yang sedikit lemot itu.
"Ya pake motor Vani juga lah." Zee langsung menepuk dahinya pelan sementara Vani sudah terkikik sedari tadi.
"Lo mau kita bonceng tiga? Mau lo kita di katain cabe-cabean?" jelas Zee dengan kesal. Elsa langsung menggelengkan kepalanya. Namun sesaat kemudian dia mencerna apa yang barusan terjadi.
"Hehe, bentar." Vani langsung berlari menuju rumahnya dan segera mengeluarkan motor kesayangannya.
"Yuk!" ucapnya dengan helm yang sudah terpasang.
Mereka pun melajukan motor nya menuju tempat tujuan dengan Zee yang di bonceng Vani dan Elsa yang mengendarai motornya sendirian.
Tujuan pertama mereka adalah danau. Setelah puas menikmati pemandangan danau yang menyegarkan mata. Mereka langsung melanjutkan perjalanannya menuju tempat makan yang biasa mereka datangi dan memesan bakso yang berukuran jumbo.
"Zee, jangan banyak-banyak cabe nya. Ntar lo sakit perut lagi." peringat Vani saat melihat Zee yang menuangkan sambal ke dalam mangkuk yang berisikan bakso itu dengan banyaknya.
"Gak enak kalo gak pedes." dengan santainya Zee menyuapkan bakso yang telah ia beri sambal membuat Vani meringis melihatnya.
"Ya tapi kan di sesuain juga." timpal Elsa dengan mulut nya yang sudah penuh dengan bakso. Tapi apalah daya, sudah terlanjur.
...***...
Secepat kilat Zee bangkit dan menuju kamar mandinya untuk menuntas kan sesuatu yang sedari tadi menghantuinya.
Setelah selesai, Zee keluar dari kamar mandinya dengan berjalan lesu sambil memegang perutnya.
Ya, saat ini dirinya yang tengah di landa sakit perut karena tadi sore ia yang banyak menuangkan sambal di mangkuk bakso nya. Alhasil. Sudah di peringati oleh sahabatnya tapi tetap saja bandel.
Dengan terpaksa Zee keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga di tengah malam buta.
Zee membuka kulkasnya dan mengambil sebotol air dingin kemudian menuangkannya ke dalam gelas. Segar nya air yang melewati tenggorokannya.
Ceklekkk
Lampu yang tadi mati seketika menyala.
"Zee, ngapain kamu, Nak?"
Uhukkk uhukkk
Zee terbatuk kaget saat sedang meminum airnya ketika sang Ayah memanggilnya. Dengan telaten Ayah Zaki mengusap pundak anaknya.
"Ayah, ngagetin aja ihh." ucapnya kesal.
"Maaf, Ayah kan gak tau kamu lagi minum." jawab Ayah Zaki.
Bunda Weni yang tertidur kemudian mendengar keributan yang berasal dari arah dapur menjadi terbangun. Bunda Weni juga menyadari bahwa sang suami tidak ada di sampingya.
"Ayah, Zee, ngapain malam-malam kok ribut?" tanya Bunda Weni dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Itu Bund. Ayah ngagetin Zee." adu Zee.
"Ayah?" Bunda Weni menatap Ayah Zaki.
"Apa, Bund? Ayah gak salah apa-apa ya. Ayah cuma nanya Zee ngapain, tapi ehh langsung kaget." jelas Ayah Zaki. Bunda Weni akhir nya mengangguk mengerti.
Takkk
Dengan tiba-tiba Zee meletakkan gelas yang ia pegang tadi di atas meja. Zee berlari menuju toilet yang berada di dekat dapur. Mau ke kamarnya rasanya tidak sempat karena dirinya yang sudah tidak tahan dengan perutnya yang sedari tadi serasa di remas-remas.
"Zee, kamu kenapa?" tanya Bunda Weni khawatir. Zee tidak menjawab melainkan langsung masuk ke dalam toilet.
"Zee kenapa, Yah?"
"Ayah juga gak tau. Nanti coba tanya aja pas Zee nya udah selesai." terpaksa akhirnya sang Bunda dan Ayah Zaki menunggu di dapur.
Zee keluar dari toilet dengan badannya yang terasa lemas.
"Kamu kenapa, Nak?" tanya Bunda Weni melihat anaknya lemas.
"Kayaknya kebanyakan makan cabe deh, Bund." jelasnya.
"Astaghfirullah." seketika Bunda Weni langsung istighfar.
"Yaudah kamu masuk kamar ya. Nanti Bunda anterin obat nya." Zee mengangguk dan menaiki anak tangga satu per satu menuju kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
🎯™ Zie ⍣⃝కꫝ 🎸
makan baso pedes pas ujan ujan beuuhh segerrr jadi pengen 😋
2022-03-02
1