#1 Terbawa Masalah

Jemariku yang lentik biasanya kugunakan untuk merespon tuts keyboard. Mata hitamku seharusnya melihat apa yang mau dan harus dilihat. Untaian rambut kecoklatanku terkadang berguna untuk menghipnotis otakku kalau aku tidak bisa mendengar apa yang tak kuinginkan. Namun….

Pria gagah nan lembut ini mengulurkan sebuah kertas hias cantik di tengah senyumnya, “Jangan lupa datang ya.”

Jawab, Sekar! Malaikat sedang bicara denganmu! “I⏤iya kak.”

“Kalau gitu aku duluan. Sekar juga cepat pulang, apalagi Sekar habis jatuh kan? Istirahat yang banyak,” Ia masih tersenyum manis di sela langkah pergi, “Sampai jumpa minggu depan.”

Mungkin ini yang dirasakan katak sehabis hujan? Rasanya mau bernyanyi sekeras mungkin. walaupun buta nada dan sering kali menjengkelkan untuk didengar.

Harus sekejam inikah dunia memperlakukanku? Aku sudah besar tanpa orang tua, bukan berarti aku harus menua tanpa pasangan dong! Kak Aldi, yang kutaksir sejak SMA, akan menikah dengan orang lain minggu depan?! Undangannya saja sudah ada di tangaku!

Suara wanita mendekat dengan heels uniknya, “Relakan. Dari awal memang sudah tidak ada harapan.”

Berusaha menunjukkan wajahku yang kesal, ditambah bibir merahku yang dimajukan, “Aku tahu!” kursiku menahan badanku yang kehabisan tenaga.

“Ya sudah~” dia mengaitkan tote bag ke pundaknya, “Pulang duluan ya. Aku mau beli kue. Di rumah nanti kita rayakan kecil-kecilan. Mau rasa apa?”

Oh iya. Hari ini ulang tahunku. Kesibukan dan kesedihan yang menumpuk membuat aku melupakan itu. Manisnya, teman satu kos ini bahkan ingin membelikan roti untuk ultahku.

Aku menyandarkan kepalaku manja ke wanita bernama Nita itu, “Coklat~”

Dia mencubiti pipiku gemas, “Benar nih tidak mau di jemput? Kaki kamu kan masih luka. Mending lemburnya besok saja.”

“Aku capek jawabnya, tahu.”

“Iya… Sekar itu superwoman,” heelsnya mulai mengambil jalan pulangnya, “Semangat lemburnya, sayang~”

Hiks! Aku akan berusaha….

...)( )( )( )( )( )( )( )( )( )( )(...

Tubuhku menggeliat selagi melewati pintu gedung di belakangku. Jalur sepi di sela petak-petak perkantoran menengah ke bawah menjadi tujuanku selanjutnya. Lampu hangat di ujung lahan parkir yang tak luas memperlihatkan berapa kosongnya tempat ini.

Sangat ingin aku bersantai dengan kue ultah untukku sendiri. Benar, aku tidak perlu lagi berbagi dengan anak-anak panti yang bertambah umur di bulan yang sama. Hanya ada aku yang meniup lilinnya. Cepat! Pulang!

Langkahku yang semangat melambat, “Hmm?”

Gemericik pancur air mengalihkan perhatianku. Sesosok pria menggunakan fasilitas kran air di pinggiran jalan aspal. Ia mencuci muka sampai rambutnya. Aku masih mengamati siapa itu selagi ia menengadahkan kepalanya yang awalnya menunduk.

Pemandangan apa ini? Kenapa aku baru pertama kali melihatnya?! Dia dua⏤tidak, sepuluh kali lipat lebih silau dari pada si gebetan! Wajah tampan begitu, dia bisa jadi model yang di cinta seluruh negeri!

Aa! Mata kami bertemu…. Kenapa dia?!

Tanpa memperdulikan mataku yang melebar karena terkejut, ia malah pergi. Menaikkan hoodie yang ia gunakan menutupi kepalanya.

Dia mau kemana dengan luka seperti itu? “Tunggu!” berusaha kususul langkahnya, “Biar aku bantu obati dulu lukamu sedikit.”

“Tidak. Silahkan pergi,” kecepatan kakinya ditinggikan daripada kakiku. Padahal aku baru saja menyamakannya.

Ih! Apaan sih?! Kutub utara saja tidak sedingin itu. Tidak bisakah dia menangkap kebaikan hatiku yang tulus ingin melindungi wajah itu? Kalau kamu tidak tampan, aku sudah menendangmu ke gorong-gorong.

“Jangan begitu! Nanti lukanya membekas loh.”

Orang bisa salah mengira kalau keringatku karena ikut lomba lari. Berjalan biasa saja dia bisa cepat sekali! Pura-pura tuli juga! Membujuknya sampai mulut berbusa pun sepertinya dia tidak akan menoleh.

Tidak boleh! Lukanya itu di wajah! Mahakarya! Nanti bisa rusak permanen! Pokoknya selama dia tidak peduli dengan lukanya, aku tetap akan mengekor!

Beberapa lama aku membawa kerja rodi bagi kakiku yang masih luka ini. Aku tidak akan bohong, aku capek! Rasanya bisa bernyanyi syukur saat kakinya memberikan waktu untuk istirahat sejenak. He? Apa akhirnya api bisa kupadamkan dengan api?

“Kamu tersesat ya?” tanyanya⏤apa dia bilang?!

“Tidak. Aku mau membantumu, tahu.”

“Dan aku akan percaya?”

Nih anak dah! Tahu kok, kalau yang lebih mudah dipercaya itu, kepalamu yang baru saja kemasukan air setelah cuci muka tadi! Wahai kakak tampan, aku sangat ingin menjatuhkan batu besar ke kakimu.

Sabar. Lebih menjengkelkan kalau wajahnya masih penuh luka begitu, “Aku tidak akan pergi sebelum mengobatimu.”

Mata kecoklatannya tampak kebingungan. Rambut basah yang hitam gelap itu mengkilap bersamaan dengan helaan nafasnya, “Tapi yang cepat.”

Kenapa tidak dari tadi saja sih? Senyumanku puas dan mengeluarkan beberapa peralatan obat yang sengaja dibawakan Nita untuk luka kakiku. Aku harus berterima kasih padanya karena sudah mengomel untuk membawa ini.

Pas sekali ada kursi taman, “Ayo kita duduk disana⏤” heh? Tangan siapa yang ada di pundakku?

Kepalaku memutar mencari tahu… ah… siapa dia? Wajahnya yang tersamarkan karena topi. Pembawaan yang dia sebarkan layaknya mencekik. Hampir tak bisa bernafas. Merinding di sekujur tubuhku. Dibuat takut sampai ke tulangku.

“Ketemu,” pria kekar di belakangku mencengkram pundakku keras, “Anak ini berani-beraninya cari teman baru.”

Tak sadar, tahu-tahu gerombolan orang sudah menyebar mengelilingi aku dan pria di depanku. Ah. Pria tampan tadi, dia tampak kesal tapi… ketakutan. Jangan bilang dia mengenal mereka. Masalah apa yang dia bawa sampai mengundang gerombolan preman seperti in. Apa mungkin mereka yang memberi luka di wajah pria ini?

Auw! Pundakku sakit sekali. Rasa takut mengunci kepalaku untuk tidak menoleh ke arahnya lagi. Suaraku saja tidak berani keluar di tekanan ini. Lalu aku harus bagaimana?

Pria tampan itu membuka topi hoodie-nya, “Aku tidak akan melawan. Sekarang bisa lepaskan wanita itu?”

Terdengar tawaan kecil, “Masih saja nego. Anak bodoh,” hawa yang lebih mencekik semakin kental, “Mati saja sana.”

Percakapan apa ini? Bukannya ini terlalu tidak manusiawi?

Bagaimana ini? Aku tidak berani bergerak. Minta tolong juga ke siapa? Tempat ini terlalu sepi apalagi di hampir tengah malam begini.

Ah! “Awas!”

Entah seberapa gilanya aku. Bergerak begitu saja tanpa takut. Tubuhku langsung terbawa menghalangi jalur senjata api yang tak tahu menahu sudah ditodong ke arah pria tadi. Kulihat jari dari penodong itu menarik pemantiknya.

Nafasku sangat berat. Mataku sayup-sayup tak terlihat jelas. Telingaku mendengung sekejap saat suara kencang melewati gendang telingaku. Apa itu yang membuatku tidak bisa merasakan tubuhku?

Padahal aku ingin meniup kue pemberian teman-temanku. Aku belum bilang terima kasih pada mereka.

Aku mengantuk…

“Waaaa!!” apa itu… suara tangisan bayi?

Tenggorokanku kering. Sangat tidak nyaman. Darimana juga suara bayi itu? Seseorang tolong tenangkan dia.

“Bu, adiknya bangun!” siapa lagi itu?

Mataku yang terasa berair akhirnya menangkap sesuatu. Hah? Ini dimana? Siapa orang-orang ini? Tubuhku berat sekali. Bisakah dia menolongku untuk bangun? Aku mencoba meraih mereka dengan tanganku memberi isyarat untuk membantuku berdiri⏤tunggu! Kenapa tanganku kecil sekali?

Sebuah tangan memaksa mulutku untuk memasukkan sesuatu. Hmm. Apa ini susu? Susu?!

“Anak pintar.” seorang wanita mengelus kepalaku.

Tunggu… sebentar. Aku mencoba untuk mencerna setiap kode-kode yang kudapat. Salah satunya kode berupa sebotol susu yang masih saja aku minum. Jangan bilang aku….

Situasi macam apa ini?!!

Episodes
1 Pengumuman Pembaruan
2 Prolog
3 #1 Terbawa Masalah
4 #2 Adaptasi itu Sulit
5 #3 Pertemuan yang Tidak Disyukuri
6 #4 Kenyataan Pahit
7 #5 Serang!
8 #6 Awal untuk Kita
9 #7 Mulainya Hari-Hari Tenang
10 #8 Hal Baru
11 #9 Hari Ulang Tahun yang Manis
12 #10 Dongeng Sebelum Tidur
13 #11 Dongeng dan Ketakutannya
14 #12 Keanehan yang Lebih Jelas
15 #13 Semakin Jelas Lagi
16 #14 Keluar?!
17 #15 Kesan untuk Dunia Luar
18 #16 Apakah Ini yang Namanya…
19 #17 Damai di Luar Rumah
20 #18 Selesai?
21 #19 Tiga Tahun Berlalu
22 #20 Gara-Gara Crepes
23 #21 ‘Dia’
24 #22 Guruh Setelah Halilintar
25 #23 Rizki yang Kacau
26 #24 Ketakutan Batin
27 #25 Kini Kita Mulai Lagi
28 #26 Tidak Apa
29 #27 Namanya Cowok
30 #28 Kesepakatan
31 #29 Pernyataan yang Mendadak
32 #30 Fakta Keji Sekali Lagi
33 #31 di Ambang Persimpangan
34 #32 Dukungan Manis
35 #33 Menjauh dari Zona Nyaman
36 #34 Pernyataan Lagi?!
37 #35 Pertemuan Kedua
38 #36 Keburukan Demi Keburukan
39 #37 Jejak Lenyap
40 #38 Tujuan Berkelana
41 #39 Jam yang Terhenti
42 #40 Terkelupas
43 #41 Gambaran yang Hilang
44 #42 Mencari Langkah
45 #43 Jumpa Tempat Lama
46 #44 Tuntunan Menuju Lokasi
47 #45 Lintas Balik
48 #46 Tidak Perlu Dibahas!
49 #47 Melepaskan dan Menerima
50 #48 Bedah Kotak
51 #49 Menggali Lebih
52 #50 Masa Kecil
53 #51 Bertahan
54 Pengumuman!!
55 #52 Memulai Permainan
56 #53 Perjumpaan
57 #54 Rencana Indah
58 #55 Rencana Pelarian Kedua
59 #56 Mencari Pasal
60 #57 Akhir Permainan Sendiri
61 #58 Pertengkaran
62 #59 Keluarga yang Bukan Keluarga
63 #60 Hari Rehat
64 #61 Ini Bukan Kencan!
65 #62 Kejutan yang Tidak Menyenangkan
66 #63 Hilang
67 #64 Petaka Datang Tersembunyi
68 #65 Pencarian
69 Surat Cinta untuk Kalian dari Author <3
70 #66 Tiket Masuk
71 #67 Harus Aku Manfaatkan, kah?
72 #68 Pergi ke Permulaan
73 #69 Terseret Kembali
74 #70 di Luar Kendali
75 #71 Waktu Menghadapi
76 #72 Laba-Laba
77 #73 Siasat Dilawan Siasat
78 #74 Satu lagi...?
79 #75 Putar Balik
80 #76 Salam Penutup
81 #77 yang Sudah Dipilih
82 #78 Putri Ini
83 #79 Lega [END]
84 Salam Cinta dari Author
85 Monggo Cek Sekuel-nya <3
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Pengumuman Pembaruan
2
Prolog
3
#1 Terbawa Masalah
4
#2 Adaptasi itu Sulit
5
#3 Pertemuan yang Tidak Disyukuri
6
#4 Kenyataan Pahit
7
#5 Serang!
8
#6 Awal untuk Kita
9
#7 Mulainya Hari-Hari Tenang
10
#8 Hal Baru
11
#9 Hari Ulang Tahun yang Manis
12
#10 Dongeng Sebelum Tidur
13
#11 Dongeng dan Ketakutannya
14
#12 Keanehan yang Lebih Jelas
15
#13 Semakin Jelas Lagi
16
#14 Keluar?!
17
#15 Kesan untuk Dunia Luar
18
#16 Apakah Ini yang Namanya…
19
#17 Damai di Luar Rumah
20
#18 Selesai?
21
#19 Tiga Tahun Berlalu
22
#20 Gara-Gara Crepes
23
#21 ‘Dia’
24
#22 Guruh Setelah Halilintar
25
#23 Rizki yang Kacau
26
#24 Ketakutan Batin
27
#25 Kini Kita Mulai Lagi
28
#26 Tidak Apa
29
#27 Namanya Cowok
30
#28 Kesepakatan
31
#29 Pernyataan yang Mendadak
32
#30 Fakta Keji Sekali Lagi
33
#31 di Ambang Persimpangan
34
#32 Dukungan Manis
35
#33 Menjauh dari Zona Nyaman
36
#34 Pernyataan Lagi?!
37
#35 Pertemuan Kedua
38
#36 Keburukan Demi Keburukan
39
#37 Jejak Lenyap
40
#38 Tujuan Berkelana
41
#39 Jam yang Terhenti
42
#40 Terkelupas
43
#41 Gambaran yang Hilang
44
#42 Mencari Langkah
45
#43 Jumpa Tempat Lama
46
#44 Tuntunan Menuju Lokasi
47
#45 Lintas Balik
48
#46 Tidak Perlu Dibahas!
49
#47 Melepaskan dan Menerima
50
#48 Bedah Kotak
51
#49 Menggali Lebih
52
#50 Masa Kecil
53
#51 Bertahan
54
Pengumuman!!
55
#52 Memulai Permainan
56
#53 Perjumpaan
57
#54 Rencana Indah
58
#55 Rencana Pelarian Kedua
59
#56 Mencari Pasal
60
#57 Akhir Permainan Sendiri
61
#58 Pertengkaran
62
#59 Keluarga yang Bukan Keluarga
63
#60 Hari Rehat
64
#61 Ini Bukan Kencan!
65
#62 Kejutan yang Tidak Menyenangkan
66
#63 Hilang
67
#64 Petaka Datang Tersembunyi
68
#65 Pencarian
69
Surat Cinta untuk Kalian dari Author <3
70
#66 Tiket Masuk
71
#67 Harus Aku Manfaatkan, kah?
72
#68 Pergi ke Permulaan
73
#69 Terseret Kembali
74
#70 di Luar Kendali
75
#71 Waktu Menghadapi
76
#72 Laba-Laba
77
#73 Siasat Dilawan Siasat
78
#74 Satu lagi...?
79
#75 Putar Balik
80
#76 Salam Penutup
81
#77 yang Sudah Dipilih
82
#78 Putri Ini
83
#79 Lega [END]
84
Salam Cinta dari Author
85
Monggo Cek Sekuel-nya <3

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!