Hari-hari berjalan seperti biasanya, sampai suatu malam Daddy dan Kakaknya terlihat pulang dengan wajah yang lesu dan diam tanpa kata. Membuat Laiv bertanya tanya. Beberapa hari terakhir sudah tidak ada lagi canda dan tawa. Bahkan Daddy dan Kakaknya jarang berada dirumah sampai tidak pulang.
Laiv pernah bertanya kepada Mommy tapi jawabannya karena Daddy dan Kakaknya banyak pekerjaan sampai pada satu malam ketika mereka sedang makan malam bersama. Daddy dan Radeska terlihat murung dan tegang.
“Daddy sama Kakak kenapa?”tanya Laiv. Daddynya mengehela nafas panjang sebelum bercerita kalau perusahaan saat ini sedang diambang kehancuran. Pasalnya investasi yang di lakukan daddynya satu tahun yang lalu tidak berjalan dengan baik sehingga hutang yang harus di bayar pun menumpuk. Laiv kaget mendengarnya sedangkan mommynya mulai terisak.
"Apa gak ada yang bisa dilakukan sayang?"tanya Ratu sedangkan Ragaska hanya menggeleng dan Radeska hanya terdiam. Tiba-tiba Daddy menegang dan tangannya meremas dadanya. Daddy terlihat kesakitan dan tidak bisa berbicara. Segera Radeska menelpon ambulans sedangkan Mommy sudah histeris. Laiv diam mematung dia shock, wajahnya terlihat pucat. Daddynya tersandar di samping Radeska yang masih duduk sementara mommy sudah histeris sambil menangis.
"Mom tenanglah”kata Radeska.
“Daddy Des, Dadd hiks hiks Dadd hiks jangan tinggalin Mommy”teriak Mommy histeris sedangkan Daddynya sudah hampir kehilangan kesadaran. Radeska sudah tidak tau lagi harus berbuat apa disatu sisi dia masih memegang menopang Daddynya dan di satu sisi lagi harus menenangkan Mommynya. Seketika dia teringat Laiv, pandangannya langsung tertuju pada Laiv yang mematung wajahnya sudah terlihat pucat.
“Laiv!”bentak Radeska mencoba membuat Laiv tersadar.
“ehh mm ya Kak”kata Laiv dengan suara bergetar. Tidak hanya suara seluruh tubuh Laiv pun gemeteran pikirannya blank. Dia bingung harus berbuat apa.
“Laiv dengar Kakak, kamu harus kuat oke?”kata Radeska sedikit membentak agar Adiknya sadar tapi untuk sekarang Laiv masih terdiam menatap Daddynya. Pandangannya masih terlihat kosong. Radeska semakin frustrasi melihatnya.
“Laiv, liat Kakak”bentak Radeska, seketika Laiv langsung terperanjat menatap Radeska.
“kamu harus kuat Laiv! jangan lemah! kita harus hadapin ini sama-sama. Kamu kesini dan peluk Mommy”Rades berbicara masih membentak agar Adiknya bisa sadar. Baru kali ini dia melihat Adiknya begitu shock dan ketakutan. Dia tidak pernah melihat adiknya seketakutan ini.
Laiv segera menyadarkan dan menguatkan dirinya, dia berdiri dari kursinya berjalan cepat kearah Mommynya dan langsung memeluk mencoba menenenangkan Mommynya.
Tidak berselang lama ambulans datang, petugas medis langsung memeriksa memberikan pertolongan pertama berupa pemasangan oksigen dan pemeriksaan jantung di layar monitor portable yang mereka bawa. Setelah itu mereka membawa Ragaska ke rumah sakit terdekat.
Hari itu adalah hari terberat buat Laiv, Radeska, dan Mommynya. Tidak berselang lama Daddynya sampai dirumah sakit dokter yang memeriksa menyatakan bahwa Daddynya tidak bisa ditolong lagi dan meninggal.
Lutut Laiv lemas hampir terjatuh airmatanya mengalir deras, dia tidak bisa membayangkan hari-harinya tanpa Daddynya. Sedangkan Mommynya sudah hilang kesadaran, Radeska langsung menggendong Mommynya untuk diletakan di samping ruangan Daddynya untuk diperiksa dokter. Setelah Mommynya sudah ditangani dokter, Radeska langsung mencari Laiv yang masih diam terduduk dan langsung memeluknya. Merasakan pelukan Radeska seketika tangis Laivpun pecah. Laiv menangis sejadi-jadinya dipelukan Kakaknya.
“Kak, Daddy Kak. Hiks hiks kita harus bagaimana hiks hiks”raung Laiv di dalam dekapan sang kakak sedangkan Radeska hanya mengelus elus pundak adiknya dia berusaha menahan air matanya agar terlihat tegar di depan Mommy dan Adikknya.
Radeska masih mencoba menahan airmatanya tapi gagal, airmatanya tidak bisa dibendung lagi. Airmatanyapun lolos begitu saja.
Hujan pagi ini menandakan kepedihan Laiv, Radeska dan Mommy, mereka bertiga berdiri di samping pemakaman daddy mereka yang tercinta. Daddy yang selalu terlihat tangguh, kuat dan tegas sekarang kalah dengan kematian terbujur kaki dalam peti yang sudah di tutup rapat. Setelah jenazah sudah di liang lahat dan di timbun oleh tanah.
Mommy langsung duduk disamping kubur suaminya dan memeluk nisan suaminya sambil menangis meraung-raung. Ratu sangat mencintai Ragaska dia kehilangan Ragaska seperti kehilangan separuh raganya. Entah bagaimana dia harus mengahadapi hari tanpa Ragaska disisinya.
“Mom sudah yah, Daddy sudah tenang disana”kata Radeska memeluk Mommynnya dia tidak tega melihat mommynya seperti itu.
“ayo Mom kita pulang nanti Mommy sakit”ajak Radeska lagi.
“gak Radeska Mommy mau nemenin Daddy disini. Nanti Daddy sendirian. Kenapa sih Daddy gak ngajak mommy buat ikut sama Daddy”kata Mommy sambil terisak
“Mommy please jangn kayak gini, Mommy harus kuat kalau Mommy ikut Daddy aku dan Laiv bagaimana? Mommy tega meninggalkan aku dan Laiv?”kata Radeska. Seakan menjadi tamparan buatnya, Ratu kemudian menatap Laiv yang berdiri masih diam menatap kosong kuburan daddynya bergantian menatap Radeska kembali. Ratu langsung menangis lagi dan memeluk Radeska yang ada di sampingnya.
"maafin Mommy Rades”kata Mommy melepas pelukannya dan berganti menatap Laiv.
“maafin Mommy Laiv”kemudian mommy merentakan tangan kanannya seolah mengajak Laiv kepelukan mommynya. Mengerti maksud
mommynya Laiv langsung duduk memeluk mommy dan Radeska mereka bertigapun
menangis di samping kuburan Ragaska.
Tiga hari sejak meninggalnya Ragaska, Radeska menemani Laiv dan mommynya dirumah. Laiv yang sekarang berubah menjadi lebih pendiam dari biasanya dan tidak banyak biacara sedangkan mommynya sudah 3 hari ini jatuh sakit.
Seolah cobaan yang tiada hentinya Radeska harus menghadapi tuntukan para petinggi perusahaan dan hutang bank. Dia saat ini harus berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan perusahaan daddynya.
Sudah dua minggu berlalu tapi usaha Radeska tidak berhasil, hasil nego dengan para investor tidak berjalan dengan baik. Tidak ada yang bisa membantu, Ragaska dan Ratu adalah anak tunggal. Kedua orang tua mereka sudah meninggal. Dia sudah di dedesak petinggi-petinggi perusahannya untuk mundur dan menjual perusahannya agar mereka tidak terlalu rugi. Perusahaan Daddynya pun terpaksa dijual demi menutupi hutang-hutang dan tuntutan para investor.
Tidak hanya perusahaan, rumah mobil, dan barang-barang pun dijual. Menyisakan sedikit tabungan yang Radeska sisakan untuk membeli rumah yang lebih kecil dan mulai membuka usahanya sendiri. Berat rasanya melepaskan perusahaan daddynya yang sudah dirintis oleh kakekknya dari bawah tapi tidak bisa di pertahankan oleh Radeska.
Radeska merasa menjadi anak yang tidak berguna, andai saja dia sudah bekerja diperusahaan Daddynya tahun lalu mungkin dia akan mencoba meyakinkan daddynya untuk tidak berinvestasi secara besar-besaran. Mungkin kejadiannya tidak seperti ini. Tapi seolah nasi yang sudah menjadi bubur Radeska sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Saat ini dia akan fokus mengurusi Adik dan Mommynya. Radeska mengusap mukanya dengan kasar berfikir keras untuk rencana dia kedepannya.
Jangan lupa di vote dan like ya teman-teman. Karena sekecil apapun vote yang kalian berikan sangat berarti untukku.
**Makasih.**❤️❤️❤️
---------------------------------------------------
Marikita lebih dekat lagi : @Lalunaloony
Terimakasih sudah membaca cerita ini teman-teman . Maaf kalau banyak kekurangan dan masih ada typo untuk itu aku mohon kalau ada kritik dan saran silahkan di comment. Agar lebih baik lagi kedepannya ❤️❤️😘😘😘
Dan untuk alur saat ini alurnya lambat semoga kalian tidak bosan.
Jangan lupa juga di vote, like, comment dan dishare yaa hehehe, tapi kalau tidak keberatan
Makasihh 💐💐
Semoga kalian bahagiaa ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Wichan606
Blm bisa ngasih saran cerita jd lngsgung like aja ya
2020-05-21
0