Hari ini adalah hari pertunanganku karena aku menginginkan bertunangan dulu sebelum menikah. Lebih tepatnya aku belum siap atas perjodohan ini.
Namun apa daya aku berusaha terima perjodohan demi orang tuaku. Semoga aku bisa menjalani ini semua dengan ikhlas dan sabar atas semua cobaan yang kujalani saat ini.
"Kirana ayo, kamu sudah siap belum? Itu calon suamimu sudah datang dan banyak tamu yang menunggu! Cepatlah keluar jangan lama-lama," panggil Bu Lastri dari luar kamar putrinya.
Kirana yang berada dikamar saat dirias tersentak kaget mendengar teriakan Ibunya diluar karena melamun disaat hari pertunangan.
"Iya bu, sebentar tinggal sedikit lagi!" balas Kirana.
Seorang asisten perias pengantin yang melihat Kirana melamun segera menghiburnya.
"Mbak, di hari bahagia kok melamun?" tanya asisten perias.
"Hari bahagia harusnya tersenyum senang dan bahagia mbak," timpal asisten perias sekali lagi pada calon periasnya.
Kirana yang mendengar pertanyaan dari asisten tersebut hanya tersenyum getir.
Laras adik Kirana yang paling bungsu hanya bisa memandang kakaknya dengan perasaan senang dan bahagia, tapi juga sedih karena kakaknya akan bertunangan dan pasti menikah.
"Kak, apakah Kak Kirana bahagia dengan perjodohan ini?" tanya Laras kepada kakaknya.
Kirana hanya terpaku dan diam membisu atas lontaran pertanyaan dari adiknya itu. Apa yang akan dia jawab. Padahal dalam hati dia begitu tersiksa akan perjodohan ini.
"Kakak bahagia, kok Dek," ucap Kirana kepada adiknya dengan tersenyum.
"Kakak 'kan bertunangan dulu jadi masih ada waktu untuk mengenal calon suami kakak bagaimana sikapnya kedepannya nanti".
"Toh, kakak menjalani ini karena amanah dari orang tua, kakak tidak mau dicap sebagai anak yang durhaka, dek. Jadi untuk kedepannya jaga Bapak dan Ibu ya, buat mereka bahagia jangan sampai melawan orang tua karena itu tidak baik." tutur Kirana pada adiknya.
Laras hanya manggut-manggut akan jawaban yang dilontarkan kakaknya.
Nasehat dari kakaknya akan selalu diingat sampai kapanpun karena kakaknya yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam pelajaran sekolahnya.
"Baik bos." seraya Laras mengangkat tangannya di atas kepala seperti hormat.
Kirana hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik nya itu.
Kini Kirana sudah berada diruang tamu bersama kedua orang tua dan dua adiknya serta keluarga besar lainnya yang sudah berkumpul dirumah Pak Tono.
"Wah…Kirana ternyata cantik ya," ucap Bibi Kirana yang bernama Bu Siti.
"Ya, pastilah cantik, siapa dulu Ibunya," ucap Andika adik Kirana saat mendengar perkataan Bibinya.
"Iya Andika, kelak kau juga akan seperti kakakmu Kirana saat dewasa nanti. Yang terpenting sekarang kamu fokus sekolah dulu yang benar." balas Bibi Kirana akan pernyataan Andika tadi.
Ilham yang melihat Kirana begitu cantik dengan make up natural dan baju batik yang dipakainya begitu berbeda saat pertama kali datang kerumahnya saat itu. Dia memandangi Kirana terus menerus tanpa berkedip.
Kirana yang melihat pandangan Ilham terus tertuju padanya langsung tertunduk malu dengan semburat merona menghias di kedua pipinya.
Kenapa Mas Ilham terus memandangiku, apa ada yang salah dengan diriku. batin Kirana berucap tanpa berani mengangkat kepala.
"Pak Tono, tak kusangka nak Kirana udah besar dan sangat cantik," puji Pak Darman saat memandang Kirana dengan perasaan takjub dan senang akan perjodohan ini.
"Padahal dulu, nak Kirana masih kecil usia 8 tahun ya, saat terakhir saya mau pindah ke luar kota," timpal Pak Darman lagi.
"Iya Pak Darman, Kirana menurun kecantikannya dari ibunya." ucap Pak Tono saat mendengar pujian sahabatnya itu dan langsung memandang istrinya yang juga begitu cantik alami sejak pertama kali kenal.
Obrolan mereka pun disertai dengan canda tawa antara sahabat yang sudah lama tak bertemu itu.
Kini, acara pertunangan pun segera dimulai dengan saling memakai cincin yang disematkan di jari pasangan masing-masing.
Ilham dan Kirana saling bertatapan mata saat pandangan itu bertemu. Namun, dalam hati salah satu diantaranya Kirana begitu merasa berat dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua tercinta. Mengingat dia masih memikirkan Ibrahim yang pergi entah ke mana setelah mereka mengakhiri hubungan.
Kini Ilham dan Kirana duduk di teras rumah mengobrol satu sama lain untuk mengenal lebih dekat sampai Ilham membuka obrolan mereka.
“Kirana, apa boleh Mas manggil kamu dengan sebutan adik supaya kita lebih saling mengenal.” Ilham berucap sambil bertanya pada Kirana.
“Boleh, Mas silakan,” jawab Kirana.
Ilham pun tersenyum dengan jawaban dari calon istrinya itu.
“Bolehkah, Mas minta nomor ponsel, Adik?” lanjut Ilham dengan bertanya.
Tanpa membantah Kirana menuliskan nomor ponsel miliknya untuk dia berikan pada Ilham, begitu pula dengan dirinya menyimpan nomor ponsel milik calon suami supaya mereka lebih mengakrabkan diri.
“Dek, kamu itu setelah lulus SMA sering membantu ibu, ya?” tanya Ilham yang sangat ingin mengetahui kehidupan calon sang istri.
“Setelah lulus sekolah dari SMA. Mau tak mau terpaksa membantu ibu berjualan kue setiap hari. Sebab, untuk melanjutkan kuliah saja biaya sedang tak ada karena ada adik Kirana yang masih kecil.” Kirana berkata sambil menceritakan tentang kehidupan pribadinya.
“Lalu, Mas kamu sendiri bekerja apa? Di mana tempatnya? Dan udah berapa lama?” tanya Kirana dengan antusiasmya.
Ilham terkekeh pelan saat mendengar cecaran pertanyaan yang di tujukan untuk dirinya.
“Mas, bekerja di perusahaan Sawit lebih tepatnya di daerah Lampung dan sudah 3 tahun Mas bekerja disana.” jelas Ilham di iringi senyuman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ainun Dunggio
hmmm
2023-02-18
0
ᵉLiˢ📴
rata2 yg dijodohkan sebagian begitu
2022-06-13
1
Your name
Tetap semangat Thor, aku mampir lagi
2022-06-05
1