4. Pemakaman

Happy Reading... 😊

Suara tabrakan itu terdengar. Kia tertabrak oleh sebuah mini bus. Badanya terpental hingga 1 meter dan wajahnya sangat hancur karena terbentur aspal.

"Kia.. kia.." ujar Dirga yang menyaksikan kejadian itu.

Dari kejauhan Dirga melihat Kia yang sudah dikerumuni warga. Semua mobil yang melintas, dan semua warga yang ada ditempat itu melihat korban kecelakaan tersebut dengan sangat dekat. Sehingga Dirga sangat sulit melihat jasad Kia. Dirga hanya mendengar jika yang tertabrak itu telah meninggal dunia.

Padahal berbarengan dengan Kia, ada seseorang yang telah menjadi korban tabrak lari disana. Kia hanya mengalami sedikit lecet dan memar saja disebagian tubuhnya.

"Apa? Jadi Kia sudah meninggal dunia?" gumam batin Dirga tidak percaya dan terkekeh setelah mendengar berita itu.

"Aku harus bergegas pulang untuk memberitahukan berita bahagia ini untuk mamih dan Lia," ujar Dirga.

Dirga bergegas pulang ke rumah hanya untuk memberitahukan tentang berita ini, tanpa melihat jasad kia. Dirga pun berlari sekuat yang ia bisa. Sesampainya dirumah, dengan nafas yang terengah-engah Dirga mulai menceritakan tentang yang sebenarnya.

"Mih, mamih.. Lia.." pekik Dirga yang masih berada dihalaman rumah.

"Kamu denger gak? Itu bukannya suara kakakmu?" tanya Bu Isabel yang seperti mendengar suara Dirga.

"Aku ga denger apa-apa mih," jawab Lia.

"Ah kamu ini memang tuli ya, masa suara gitu aja ga denger," pekik Bu Isabel yang merasa kesal dan memang bicaranya selalu ceplas-ceplos alias suka nyeletuk semaunya.

"Tapi aku memang ga denger apa-apa mih," jelas Lia lagi membela diri.

"Ya sudahlah," ujar Bu Isabel kesal.

"Mih, mamih.. Lia.." pekik Dirga yang semakin keras terdengar.

"Tuh kan, apa mamih bilang. Itu suara kakak kamu," jelas Bu Isabel.

"Ada apa Dirga? Kok teriak-teriak segala sih?" tanya Bu Isabel yang menautkan kedua halisnya.

"Itu bu, si gendut.. si gendut.." jelas Dirga masih dengan nafas yang terengah-engah.

"Ada apa dengan si gajah itu?" tanya Bu Isabel penasaran.

"Dia sudah meninggal dunia mih," jelas Dirga yang langsung menghempaskan tubuhnya diatas sofa.

"Apa? Beneran kak? Jadi dia udah meninggal?" timpal Lia yang tidak percaya mendengar berita dari kakaknya.

"Iya beneran. Tadi kakak liat sendiri mayatnya," jelas Dirga yang sama sekali tidak melihat mayat Kia.

Dirga hanya mendengar berita dari orang saja, tanpa mengetahui yang sebenarnya.

Mendengar berita itu membuat Bu Isabel dan Lia tertawa girang. Mereka sangat senang dengan hal yang baru saja diketahuinya. Sebagai seorang mertua yang baik, tidak sepantasnya mereka bersikap seperti itu. Mereka seharusnya bersedih jika mendengar berita orang yang mengalami kecelakaan atau meninggal dunia. Sungguh terlalu, terbuat dari apa hati mereka hingga mereka bersikap seperti itu.

"Lalu apa rencanamu sekarang?" tanya Bu Isabel pada Dirga.

"Kita akan mengadakan pemakaman untuk kia mih," jelas Dirga.

"Nah mayatnya dimana?" tanya Bu Isabel.

"Pasti masih ada dikerumunan orang-orang yang tadi mih," jelas Dirga.

"Ya sudah suruh orang saja, dan langsung dimakamkan," jelas Bu Isabel.

Setelah pembicaraan itu, Dirga menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari jasad Kia dan langsung dikebumikan. Tanpa bertanya terlebih dahulu, orang suruhan Dirga langsung mencari korban tabrak lari yang tidak jauh dari rumahnya.

Tak lama kemudian, orang kepercayaan Dirga langsung membawa jenazah itu dan langsung dikebumikan. Dirga yang hanya menerima beres segera bergegas bersama keluarganya ke pemakaman.

"Untung dia sudah ga ada ya," ujar Lia yang membisikan kata-kata itu kepada sang mamih.

"Iya untung dia sudah tiada," timpal Dirga yang terkekeh melihat pemakaman istrinya.

Padahal suami mana yang tidak akan merasakan kehilangan karena kehilangan sang istri. Bahkan kesedihan pun tidak terlihat diwajah Dirga. Semua malah tersenyum bahagia. Begitupun dengan keluarga yang lain, semua terlihat sama saja.

Beberapa jam kemudian, Dirga mendapat kabar dari orang suruhannya jika pemakaman sebentar lagi akan dillaksanakan. Untuk menutupi kecurigaan orang-orang semua keluarga termasuk Dirga turut hadir dalam pemakaman itu, Dirga dan keluarganya bergegas ke pemakamn umum yang tidak begitu jauh dari kediamannya. Sesampainya disana ternyata sudah ramai orang-orang yang sudah berkumpul dipemakaman.

Untuk menutupi kesalahannya, Dirga dan keluarganya pura-pura menangis dan bersedih untuk kematian Kia.

"Kia, maafkan aku. Aku sangat mencintaimu," dustanya sambil mengeluarkan air mata buaya.

Begitupun dengan ibu mertua dan adik iparnya, melakukan sandiwara yang sama yaitu pura-pura menangis dan bersedih atas kematian Kia.

"Maafkan ibu nak, ibu banyak salah sama kamu," ujar Bu Isabel.

"Aku juga, maafkan aku Kia karena banyak salah padamu. Semua kesalahnku sudah banyak padamu," timpal Lia yang pura-pura menangis.

Orang-orang yanng berada disekitarnya tidak menaruh curiga sedikitpun akan kebohongan yang dilakukan oleh keluarga Wijaya itu. Akting mereka benar-benar luar biasa, jika dinobatkan mereka tentu sudah menjadi pemain aktor dan aktris terhebat. Akting mereka nyaris sempurna, tidak ada kekurangan yang terlihat sedikitpun. Begitupun dengan Dirga yang pura-pura meratapi kepergian Kia, aktingnya sungguh luar biasa.

Tidak terasa akhirnya pemakaman itu telah selesai dilaksanakan. Semua orang yang hadir, akhirnya pulang satu persatu , meninggalkan pusara itu. Begitupun dengan keluarga Wijaya yang akhirnya pulang juga. Mereka sudah lelah dengan permainan yang sudah mereka mainkan. Semuanya sangat melelahhkan.

Mereka ingin segera pulang dan ingin segera mengakhiri segalanya.

"Akhirnya pemakaman itu selesai juga, aku sudah lelah," ujar Dirga yang langsung menghempaskan tubuhnya diatas kursi di ruang tamu.

"Iya kak, aku juga udah lelah banget sama semua ini," ucap Lia yang langsung duduk disamping kakaknya Dirga.

"Apalagi ibu yang sudah tua seperti ini, semuanya begitu melelahkan," timpal Bu Isabel yang tak kalah hebohnya.

"Cepet ambilin minum sana!" titah Dirga pada sang adik.

"Ish, ga mau! Mamih aja tuh!" jawab Lia yang menolak untuk mengambilkan minum.

"Kok nyuruh mamih sih, kamu aja yang lebih muda sana," titah Bu Isabel.

"Kamu cepetan ambil minum, kok nyuruh mamih lagi. Gak sopan tahu!" jelas Dirga.

"Iya deh iya. Coba si gendut itu masih ada, aku kan pasti nyuruh dia!" jelas Lia yang masih saja mengomel karena tidak mau disuruh oleh kakaknya.

Namun sebagai anak yang paling muda, Lia tidak bisa berkata tidak. Ia hanya bisa pasrah menerima semua perlakuan kakaknya. Dengan segera Lia bergegas ke dapur untuk membuat minuman yang segar. Setelah hampir seharian menangis, membuat mereka sangat haus dan tenggorokannya terasa begitu kering.

Tak berapa lama akhirnya Lia datang dengan membawa minuman jus jeruk yang menyegarkan.

"Nah gitu dong dari tadi, buat ginian aja susah," sindir Dirga.

"Yeay si kakak, ini juga aku bikin dengan susah payah. Untung aja aku segera pergi," jelas Lia yang melakukan pembelaan.

"Sudah, sudah dari tadi berantem saja sih kaya cat and dog tau kalian," timpal Bu Isabel yang langsung meminum minumannya sampai habis tak tersisa.

Dan mereka pun akhirnya bersulang lalu minum, dan terkekeh bersama setelah minum.

"Bersulang untuk kepergian si gendut," ujar Dirga yang mengangkat gelasnya.

"Bersulang," sahut Bu Isabel dan Lia serempak sambil mengangkat gelas mereka.

Terpopuler

Comments

Aquilaliza

Aquilaliza

Lanjut kak.

2022-02-25

0

Lavinka

Lavinka

lanjut kak. semangat up nya

2022-02-24

0

🐈"€£! S@",,, P,,,

🐈"€£! S@",,, P,,,

orang otak'ny geser kya gini ya,,,, ada orang meninggal malah bersulang😤😤😤

2022-02-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!