"Mbak!" Geram Alva saat tau niat yang diucapkan oleh Melanie.
"Mbak mohon Al!" Pinta Melanie dengan memelas.
"Aku ini bukan boneka mbak! Yang bisa dibuat mainan begitu saja!" Timpal Alva kembali.
Ia terkejut saat tiba tiba ia masuk ke ruangan Melanie, Adnan sudah siap dengan jas hitam dikenakannya.
Pertama ia tidak peduli toh juga memang pakaian sehari suami Melanie juga seperti itu. Tapi ia sangat terlonjak saat mengatakan dirinya akan menikahi suami dari sahabatnya yang sudah dianggapnya menjadi kakaknya.
Menikah disituasi saat ini? Jadi istri kedua?
Alva menggeleng cepat karena tidak dapat memikirkan itu. Penghulu dan Adnan sudah siap disana. Hanya mereka karena Adnan ingin pernikahan ini dirahasiakan serapat rapatnya sampai istrinya sembuh.
"Mbak mohon Al, ini permintaan mbak. Mbak tidak pernah meminta apapun darimu hanya ini yang mbak minta!" Melas Melanie dengan juga diiringi isak tangisnya.
"Alva tau mbak! Tapi Alva gak bisa turutin permintaan mbak!" Lirihnya.
Melanie tertunduk lesu. Ia tidak tau lagi mencarikan siapa istri yang bisa dipercayanya untuk menjaga suaminya.
Hanya Alva satu satunya wanita yang ia kenal baik, dan tidak seperti wanita yang pada umumnya.
Melanie tiba tiba mengaduh kesakitan. Tangannya memegang perutnya dan monitorpun menunjukkan adanya perubahan detak jantung.
"Your wife having seizures sir! (Istri anda kejang kejang tuan)! Seru Dokter.
Dokter pun menyuruh semua untuk keluar. Namun Alva masih terkejut saat tiba tiba Melanie mengaduh kesakitan.
"You will go now! (Kau harus pergi sekarang)" Seru Dokter kepada Alva tapi Alva masih diam tak bergeming.
"Mbak Mel maafin aku, aku....-" Perkataannya terhenti saat lengannya ditarik oleh Adnan keluar dari sana.
Memghempaskannya dengan kasar saat sudah keluar dari ruangan.
"Nikahkan dia denganku sekarang!" Titah Adnan.
Alva pun melotot ke arahnya.
"Aku gak mau!" Pekik Alva.
Alva pun segera berlari pergi dari rumah sakit itu, namun baru saja beberpa langkah lari, kini tubuhnya sudah dihadang oleh dua pria kekar berjalan dan membawanya kembali ke arah Adnan.
"Aku gak mau! Lepasin gak!" Geram Alva.
Alva yang sudah sampai di depan tubuh Adnan itu pun hanya bisa menatapnya tajam. Bagaimana ia bisa menjadi istri kedua dari orang yang telah dianggapnya kakak sendiri.
"Aww!" Rintih Alva saat dagunya dicengkeram oleh tangan milik Adnan.
Alva merintih kesakitan karena dagunya benar benar ditekan keras oleh Adnan.
"Lakukan yang diinginkan istriku atau kau akan tau akibatnya!" Adnan berucap seolah olah bukan terdengar seperti ancaman. Tapi lebih ke pernyataan yang harus dilakukan.
"Itu istri, istrinya om! Buat apa aku ikuti keinginannya!" Kini Alva memberanikan diri mengatakan hal itu walaupun sebenarnya hal itu juga tidak mengenakkan hati.
"Kalau begitu pergilah!" Seru Adnan.
Alva yang dilepas cengkeramannya segera berlari pergi dari sana dengan mengelus elus dagunya yang sakit akibat suami Melanie itu.
"Tapi jangan salahkan aku jika kau dikeluarkan dari universitasmu!" Ujar Adnan.
"Kau kira aku tidak tau sebab siapa kau bisa masuk ke universitas itu?" Tanya Adnan.
Adnan pun langsung berbalik dan bersiap untuk melihat keadaan istrinya.
Langkah Alva terhenti. Ia mencoba memejamkam matanya. Ia tidak mungkin menikah dengan ahhh. Alva pusing sendiri memikirnya.
Namun ia tidak mau dikeluarkan dari universitasnya. Dan ia tidak mau mengandalkan orang tuanya untuk membereskan semua ini. Lagi pula ia sudah meminta agar papanya tidak ikut campur semua urusannya. Ia juga tidak ingin memalukan keluarganya.
"Oke gapapa Alva, hanya untuk mbak Melanie sembuh setelah itu kau bisa bercerai dengannya!" Gumam Alva meyakinkan dirinya sendiri.
Namun saat ia ingin masuk ke ruangan ia kembali bingung.
"Tapi gue gak mau nikah!" Rengeknya.
Namun dirinya juga tidak tega melihat keadaan Melanie. Jika ia menolak keinginannya maka kondisi Melanie juga akan memburuk.
...🍀🍀🍀...
"Dimana Alva mas?" Tanya Melanie.
Adnan hanya diam.
"Jika tidak ada yang dinikahkan saya pamit dulu!" Ujar si penghulu.
Adnan juga mencari penghulu dari Indonesia. Karena mereka sama sama orang Indonesia juga. Tapi percuma Alva tidak ingin menikah dengannya toh juga alhamdulillah bagi Adnan. Tapi dia tidak dapat egois. Ia ingin istrinya tetap optimis agar sembuh.
"Tunggu pak!" Panggil Alva.
"Aku mau ikutin permintaan mbak Melanie!" Seru Alva membuat Melanie menangis terharu.
Sedangkan Adnan hanya menatapnya dan melihatnya dengan tatapan datar.
"Tapi memang sah waliku tidak ada?" Tanya Alva kepada penghulu.
"Bukankah kalian hanya menikah siri?" Tanya penghulu karena sebelumnya diminta untuk menikahkan siri.
Alva menganga tidak percaya. Ia pun menatap ke arah Adnan dan Melanie bergantian. Bagaimana bisa dirinya harus dibuat mainan oleh sepasang suami ostri ini.
Yang ia dengar, menikah siri tidak akan membuat jaminan untuknya sebagai istri.
Alva memejamkan mtanya dan menghembuskan nafasnya kasar.
"Terserah!" Cuek Alva.
...🍀🍀🍀...
"Sah!"
Selama ucapan ijab kabul terus berlangsung Alva hanya diam tak nengendahkan dirinya untuk berbicara.
Bahkan tatapannya pun hanya menatap ke depan lurus. Melanie yang melihatnya senang. Kini keinginannya tercapai.
Ia akan lebih tenang jika operasi yang dijalaninya nanti malam gagal.
"Makasih Al, jika aku pergi titip suamiku!" Lirih Melanie.
"Mbak apa apaan sih! Mbak hsrus sembuh agar aku bisa bercerai dengan suami mbak!" Ujar Alva membuat Melanie terkekeh.
"Maafin aku karena aku merepotkanmu!" Timpalnya kembali.
"Engga papa mbak! Anggap aja ini terima kasihku karena waktu itu mbak Mel nolongin aku!" Ujar Alva.
"Sekarang mbak Melanie harus istirahat agar nanti malam operasinya berjalan lancar!" Seru Alva.
Melanie mengangguk walaupun masih ada rasa gugup ia akan menjalani operasi itu.
"Mas, kamu harus pulang dan bawa Alva ke rumah!" Seru Melanie terhadap suaminya yang sedari tadi duduk diam di sofa.
"Gak gak gak! Aku mau tinggal diapartemenku saja! Terima kasih tawarannya tapi aku tidak mau serumah!" Tukas Alva tiba tiba menyahuti perkataan Melanie.
"Al, mbak mohon! Mana ada suami istri tinggal terpisah! Tidak elok tau!" Ucao Melanie.
Adnan pun berdiri dan mendekat ke arah ranjang istrinya
"Jaga dirimu baik baik sayang!" Seru Adnan mengelus puncar rambut Melanie sebelum ia mengecup pula bibir sang istri.
Alva segera membalikkan badannya.
Sialan mataku kotor!
Adnan seolah tidak peduli dan tidak menganggap keberadaan Alva. Ia pun berjalan keluar ruangan dan pergi ke tempat parkiran dimana sekretarisnya sudah menunggu.
"Sana!" Ujar Melanie agar Alva mengikuti langkah suaminya.
Alva pun mengangguk dan berpamitan kepada Melanie, Ia pun segera keparkiran dan mencari dimana mobil Adnan berada.
"Dimana mobilnya om itu!" Seru Alva kesal karena tidak menemukan.
"Aku ditinggal? Syukurlah begitu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
sanjiaran
apakah nanti selama dlm proses penyembuhan melanie, adnan & alva mulai saling jatuh cinta??
2022-04-22
0