Keesokan paginya, Alva kini mendapat kelas pagi di universitasnya.
Seperti biasa dia hanya duduk dibelakang dan menyendiri. Alva memang tidak suka bergaul atau tipe orang yang supel dengan seseorang yang baru ia kenal.
Tapi Alva tetap memiliki attitude dan sopan santun yang baik.
Di semua mahasiswi dikelasnya, hanya ada dua orang yang sama sama berasal dari negara Indonesia.
Sehingga dua mahasiswa di kelas Alva masih sering berbicara satu sama lain dan akrab menggunakan bahasa indonesia.
"Al, makulnya Mr. James itu tugasnya bener yang ini kan?" Tanya temannya yang bernama Jennita.
Alva pun mengecek dan melihat ke arah buku milik Jennita yang disodorkan kepadanya.
Setelah mengecek beberapa pekerjaan Jennita, Alva pun menjawabnya dengan anggukan kepala yang artinya sudah benar.
"Makasih Al!" Ucap Jennita yang kembali duduk ditempatnya setelah Alva membalasnya dengan anggukan kepala lagi.
"Dia sangat sulit bergaul ya!" Seru Rhita yang teman Jennita dan sama sama orang Indonesia.
Ya Jennita dan Rhita lah dua orang yang sama dari Indonesia yang berkuliah di universitas di negara itu.
"Ya tapi dia baik sih! Gue pengen banget deket ama dia!" Ujar Jennita.
"Gue nya juga mau! Tapi gue kadang masih sungkan!" Bisik Ritha.
Jennita pun terkekeh kecil. Memang Ritha akan lebih dulu berpikir dua kali lipat jika ingin bicara dengan Alva.
"Excuse me!! (Permisi)" Suara dosen pun tiba diruangan kelas itu membuat semua mahasiswa mengarahkan pandangannya ke arah dosen itu.
"Now, i want you take the homework for me in the front! (Sekarang, saya mau kalian meletakkan tugas yang saya berikan ke depan!" Perintah dosen.
Semua orang pun mengumpulkan semua buku ke depan. Setelah dosen menghitung siapa yang mengumpulkan tugasnya ternyata lengkap. Akhirnya dosen pun melanjutkan materi yang harus diberikan di mata kuliah yang dicangkupnya.
Beberapa menit pun sudah berlalu lamanya. Dosen pun mengakhiri dan akhirnya keluar dari kelas tersebut.
Setelah itu Alva tidak memiliki kelas lagi, dan akhirnya ia pun memilih untuk segera pulang ke apartemennya.
Tringggggg
Bunyi dering telepon di ponselnya membuat Alva menghentikan langkah jalannya yang akan segera pulang ke apartemennya itu.
"Mbak Melanie!" Lirih Alva saat melihat nama ponsel yang sedang meneleponnya.
"Halo mbak!" Ujar Alva.
"Al, hari ini aku ada persiapan untuk operasi besok! Kamu bisa kan besok datang!" Seru Melanie di balik telepon.
"Mbak Melanie udah mau dioperasi?" Tanya Alva dengan antusias karena terkejut.
Melanie yang baru saja kemarin ia antar ke rumah sakit, dalam waktu dekat ini akan menjalani waktu operasi pertamanya.
"Tentu dong mbak aku akan ke rumah sakit besok!" Ujar Alva.
Melanie yang mendengar pun tersenyum. Ia merasa senang, setidaknya sebelum ia tiada dan akan gagal menjalani operasi pertama bertujuan untuk mencoba mengecilkan pembuluh darahnya, ia memiliki salah satu seorang sahabat yang benar benar peduli dengannya.
"Makasih Al, aku senang bertemu denganmu waktu itu dan menjadi temanku!" Ujar Melanie dibalik telepon.
"Harusnya aku yang senang mbak karena waktu itu Mbak Melanie nolong aku! Kalau enggak mungkin aku waktu itu sudah benar benar tidak dapat masuk ke universitas aku sekarang!" Jelas Alva.
"Aku pamit mau pulang mbak. Mbak Mel istirahat yang banyak agar besok operasinya lancar!" Ucap Alva.
Alva dan Melanie pun sama sama mengakhiri panggilan mereka. Alva pun bersiap untuk menuju mobilnya yang terpakir rapi di tempat parkir.
Ia berjalan melewati lapangan bola basket. Dengan berjalan Alva pun memakai headset dan memutar lagu. Ia sangat suka tidak mendengarkan apa yang orang lain katakan. Membuat dirinya menjadi lebih tenang dan lepas.
"Hei, Be carefull!!!!" Teriak salah seorang mahasiswa.
Karena Alva yang mendengarkan headset ia tidak terdengar teriakan itu. Sampai teriakan itu terdengar samar samar karena banyak juga yang berteriak membuat Alva menoleh.
Matanya membuka lebar saat bola besar nan berat yang sering dipa tul pantulkan itu mengarah ke arahnya.
Alva pun menutup matanya saat kiranya bola itu hampir dekat kearahnya. Sampai ia merasakan lengannya yang tertarik oleh tangan seseorang.
Alva pun membuka matanya saat tubuhnya terbanting. Terlihatlah ia berada di depan seorang mahasiswa yang tengah mengenakan pakaian olahraga bola basket.
'Sial, gue ketemu orang ini!' Batin Alva.
"Kau mau mati? Dasar orang Indonesia!" Ujar Dryan.
Alva pun menarik lengannya yang dipegang olah lelaki itu. Siapa yang tidak kenal dengannya.
Mahasiswa terpopuler semester 7 dengan banyak julukan yang didapatnya. Dan lebih uniknya takdir, Daryan adalah seorang campuran dari ibunya yang berasal dari Indonesia.
Alva hanya menatapnya tajam dan pergi tanpa mengucapkan satu kata pun. Daryan terkekeh kecil merasa gemas dengan gadis yang baru saja ia selamatkan.
Daryan pun mengejar ke arah Alva dan menarik headset yang terpasang ditelinga Alva.
"Hei!" Pekik Alva.
"Lo mau pakek ini terus?" Tanya Daryan.
Alva hanya berdecih tidak menghiraukannya. Ia melepas headset di sisi satunya dan melepasnya dari ponsel.
Daryan pun tersenyum saat melihat Alva melepas headset itu. Namun tiba tiba headset itu dilempar oleh Alva tepat didepan wajah Daryan.
Alva pun kembali berjalan dan meninggalkan Daryan yang terbengong disana. Bisa bisanya ia diperlakukan seperti itu oleh seorang adik kelasnya.
Daryan melihat ke arah belakang yang terlihat banyak sekali fansnya mengikutinya.
"Aku setampan ini bahkan mereka tergila gila denganku, bagaimana dia bisa sangat tidak tertarik!" Gumam Daryan.
"Sepertinya aku yang tertarik karena dia menarik!" Gumam Daryan
Daryan pun kembali mengejar Alva di parkiran. Disaat Alva akan membuka pintu mobil dan masuk. Daryan tiba tiba masuk di pintu mobil satunya.
"Kak Daryan!" Teriak Alva.
"Apa?" Jawab Daryan dengan santainya.
"Keluar dari mobilku!" Geram Alva.
Namun Daryan tidak mengendahkan ucapan dan teriakan Alva. Ia pun malah menyandar dan memejamkan matanya.
"Apa maumu?" Tanya lagi Alva dengan malas.
"Terima kasihmu karena aku telah menyelamatkanmu!" Jawab Daryan dengan mata yang masih tertutup.
"Siapa juga tadi yang minta kau nyelamatin aku? Kau aja yang sok jadi pahlawan!" Ujar Alva.
Daryan pun membuka matanya dan menatap Alva dengan tatapan takjub.
"Apa?" Geram Alva.
"Baru kali ini aku lihat kau bicara lebih dari sepuluh kali!" Ucap Daryan.
"Kak keluarlah! Banyak yang nglihatin mobilku!" Geram Alva.
"Biarin!" Ujar Daryan.
Alva pun terlihat kesal. Namun akhirnya ia memilih untuk keluar dari mobil dan berjalan menuju kantin.
Daryan yang melihatnya benar benar menggelengkan kepalanya.
"Dia lebih memilih keluar dan pergi dari pada satu mobil denganku? Wanita itu benar benar!" Seru Daryan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Fransiska Siba
bentar udah malas baca ceritanya kalau pemeran Alva di sini nyebelin, kata sopan , baik, tp apa hal sekecil pun dia tidak bisa lakukan misalnya pas di rumah sakit suka campur urusan org lain tidak sopan pada org yg tidak kenal padahal dia tahu itu suami sahabatnya harusnya dia ngerti kalau suaminya begitu bentuk peduli sama istri krn dia panik juga bukan kau ceramah tidak jelas dan nilai org sesuka hatimu tanpa tahu masalah mereka dan krn kau teledor org menyelamatkan mu malah seharusnya mengucapkan Terima kasih bukan kasar brutal kayak gitu kalau kau benci ya urusan lain tp setidaknya Terima kasih lab. mana thor menggambarkan karakter yg sopan etika berterima kasih saja tidak ada
2022-04-30
2
Rista Baha
ceritanya seru nih
2022-04-24
1