Pukul 23.00
Sebelum jam sebelas malam Amelia sudah berada ditempatnya bekerja. Memang di hotel ini, jam kerjanya menggunakan tiga shift. Shift pagi, shift siang dan shift malam.
Amelia membawa peralatan kebersihan, berjalan menyusuri lorong-lorong hotel.
Sekarang dia berada di lantai 5, ruangan VIP hotel ini. Dari ujung lorong ia mengepel sampai ujung lainnya.
Ting .....
Pintu lift di ujung terbuka, keluar seorang pria berjalan sempoyongan.
Tap .... tap .... tap
Seorang laki-laki membuka sebuah kamar dengan nomor 001 bertuliskan VIP. Amelia tahu betul bahwa ruangan itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya kalangan atas.
BRAKK.....
BRUGG...
Suara benda terjatuh.
Amelia yang kebetulan mendengar suara gaduh tersebut, mencoba untuk mencari tahu. Ia berjalan pelan, berdiri di kamar laki-laki itu.
"Auw!" ucap laki-laki itu dari dalam, Amelia panik dan memberanikan diri untuk mencari tahu apa yang terjadi.
"Tuan! Anda tidak apa-apa?" tanya Amelia.
Ruangan kamarnya gelap, Aulia tidak bisa melihat apapun. Ia berusaha meraba-raba mencari letak sakelar lampu, saat ia menemukan dan hendak menyalakan lampunya, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Amelia di dorong sampai terjerembab ke kasur. Laki-laki tersebut menutup pintu kamar, Amelia merasa ketakutan.
"Tuan?"
"Tolong! Jangan bercanda! Kenapa pintunya ditutup?" tanya Amelia bangkit dari tempat tidur dan berlari ke arah pintu, namun lagi-lagi tangannya di tarik dengan kasar hingga dirinya jatuh kembali.
Amelia berusaha untuk berdiri, laki-laki tersebut menggendongnya seperti karung beras. Amelia memberontak dan mencakar punggung laki-laki tersebut. Dilemparnya tubuh Amelia ke kasur .
"Auw!"
"Hiks.....hiks.....hiks!"
"Tolong jangan, Tuan!" ucap Amelia memelas.
"Tolong jangan! Aku mohon!"
Laki-laki itu tidak menggubris perkataan Amelia, ia terus mendekat dan menindih tubuh Amelia. Laki-laki itu mencuri ciuman pertama Amelia. Selama berpacaran dengan Arga, Amelia selalu menjaga dirinya dengan sangat baik, bahkan tidak pernah terlintas untuk melakukan lebih dengan tunangannya. Amelia tidak bisa menghindari ciuman dan ******* laki-laki itu, tenaga Amelia terkuras habis.
Laki-laki itu terus memaksakan kehendaknya, ia melucuti pakaian Amelia. Amelia menangis dan semakin memberontak, namun pria itu dengan beringas merenggut mahkotanya, berulang kali Amelia harus melayani nafsu bejat laki-laki itu.
Hingga laki-laki itu merasa kelelahan, akhirnya tubuhnya ambruk tidak sadarkan diri.
Amelia menangis, tubuh dan hatinya sakit.
Matanya menoleh ke arah jam dinding, ternyata sudah subuh. Ia memunguti semua pakaiannya, dan pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih.
Ia merasakan perih di bagian intinya, berjalan sambil tertatih masuk ke kamar mandi.
Setelah memakai pakaiannya kembali, ia keluar dari kamar itu menuju locker. Amelia mengambil tasnya dan memakai jaket untuk menutupi kaos seragamnya yang sedikit robek.
Kemudian ia memesan ojek online, agar ia bisa pulang lebih cepat.
Sampai di rumah, bunda yang membukakan pintu. Amelia terlihat pucat dan sembab, tentu saja bunda merasa khawatir.
"Nak, kok sudah pulang?"
"Ini kan baru jam setengah enam?" tanya bunda.
"Iya, Bun!"
"Ini kan hari terakhir Amel kerja!" jawabnya, namun sang bunda tidak mencurigai apapun.
"Oh, begitu!"
"Sepertinya kamu sangat capek, lebih baik kamu beristirahat!"
"Baik, Bun! Terima kasih!" jawab Amelia.
Bunda tidak berani bertanya, karena Amelia terlihat sangat lelah. Bunda membiarkan putri semata wayangnya, untuk beristirahat.
Sedangkan bunda sendiri, seperti biasa setiap pagi membersihkan rumah dan membuat sarapan untuk keluarga kecilnya.
Di dalam kamar Amelia menangis tersedu-sedu, ia bangkit menuju kamar mandi.
Seluruh badannya ia siram dengan air, tanpa melepaskan bajunya.
Ia menangis meratapi nasibnya sendiri. Agar suara tangisnya tidak terdengar, ia menyalakan air kran. Selama satu jam, Amelia berada di kamar mandi.
Ia pun keluar dari kamar mandi, memunguti semua baju yang basah itu, membungkusnya dan membuangnya di sampah.
Amelia berdiri di depan cermin, matanya terlalu sembab. Jika keluar dari kamar, ia yakin Bunda pasti khawatir.
Tok.....tok......tok
"Amelia?"
"Nak sarapan dulu!"
"Nanti saja, Bun!"
"Amel ngantuk banget!" ucap Amelia, Amelia kembali menangis meratapi nasibnya. Bunda merasa heran terhadap putri semata wayangnya, karena tidak biasa-biasanya Amelia bersikap seperti itu.
"Ada apa dengan Amelia?" batin Bunda.
"Hiks.....hiks .....hiks!" Amelia masih menangis.
"Apa yang harus kulakukan? Sedangkan pernikahan ku tinggal sebentar lagi!"
"Rasanya aku ingin mati saja!"
"Aku tidak sanggup jika harus menahan malu!"
"Apa reaksi Ayah dan bunda jika tahu?"
"Hiks ..... hiks ..... hiks!" Amelia kembali menangis.
Seharian ini Amelia tidak keluar kamar, membuat Ayah dan bunda cemas. Pesan dan panggilan dari calon suaminya juga diabaikan.
Membuat Arga harus menelfon orang tua Amelia.
"Assalamualaikum, Bun?"
"Walaikumsalam, Nak Arga!"
"Tumben Nak Arga telfon bunda! Biasanya Nak Arga langsung telfon Amelia?"
"Justru itu, Bun!"
"Amelia tidak mengangkat telfon dari Arga!"
"Tidak membalas pesan Arga! Apakah Arga punya salah, Bun!"
"Masa sih?"
"Ehm,ya sudah, nanti biar bunda yang bicara dengan Amelia!" ucap Bunda.
Tiga hari sebelum pernikahan, kedua mempelai memang sudah tidak diperbolehkan bertemu. Mereka akan dikurung di rumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bunda mendatangi kamar Amelia,dan membuka pintu kamarnya. Amelia sedang tidur telungkup , menutupi wajahnya dengan bantal.
Bunda hanya geleng-geleng kepala saja.
Bunda mengambil bantal yang menutupi wajah putrinya, ternyata Amelia sedang menangis.
Sontak bunda terkejut dan hatinya dipenuhi dengan pertanyaan.
"Amelia, ada apa?" tanya Bunda.
"Hiks.....hiks......hiks!"
"Bunda?" Amelia duduk dan memeluk bundanya, ia yakin hanya bundanya yang bisa menenangkan hatinya untuk saat ini.
"Ada apa, Nak?"
"Ceritakan?"
"Apakah kau ada masalah dengan Arga?" tanya Bunda.
"Tidak, Bun!"
"Amelia tidak memiliki masalah dengan Mas Arga!"
"Tapi?" tenggorokannya terasa tercekat tidak bisa menceritakan kejadian yang memilukan tersebut.
"Tapi? Apa Nak?" tanya Bunda penasaran.
"Amelia ingin membatalkan pernikahan ini, Bun!" jawabnya, membuat bunda sangat syok.
Bagaimana tidak? pernikahan yang hanya dihitung tinggal tiga hari saja, Amelia ingin membatalkannya.
"Kenapa?"
"Kenapa harus dibatalkan?"
"Hiks.....hiks ....hiks!" Amelia kembali menangis.
"Ceritakan, Nak!"
"Kenapa kau ingin membatalkan pernikahan ini?"
Ayah yang kebetulan lewat di depan kamar Amelia, mendengar dengan jelas kalau Amelia ingin membatalkan pernikahan ini, tentu saja ikut terkejut.
BRAKK
"Apa?"
"Katakan sekali lagi?"
"Kenapa kau ingin membatalkan pernikahan ini?" bentak Ayah.
"Hiks ..... hiks .... hiks!" Amelia kembali menangis.
"Katakan sama Ayah! Ada apa?"
"Apakah kau sedang bertengkar dengan Arga?"
"Apakah Arga melakukan kesalahan?"
"Katakan Amelia? Jangan diam saja!" cerca Ayahnya dengan banyak pertanyaan.
"Bukan, Yah, bukan itu! Amel hanya tidak pantas saja bersanding dengan Mas Arga!"
"Tidak pantas bagaimana?"
"Kau jangan mengacau Nak! Pernikahan bukanlah main-main! Jangan pernah berpikiran seperti itu!"
"Hiks ..... hiks ..... hiks!"
"Tapi Yah?"
"Amelia melakukan hal itu karena Amelia memiliki alasan yang kuat!"
"Alasan? Alasan apa?" kesal Ayahnya.
"Amel!"
"Eh.....eh....itu, Amel!"
"Amel sudah tidak suci lagi, Yah!"
"Hiks.....hiks.....hiks!"
JEDERR.....................⚡⚡⚡⚡⚡⚡
to be continued.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
dewi patmawati
aku baru mampir bacanya deg deg kan..thor wii love u..
2022-12-30
0
Fang
mulai sedih...
2022-08-22
0
Fira Ummu Arfi
💙💙💙💙
2022-08-20
0